Surah Al-Anbiya Ayat 7-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Anbiya Ayat 7-9

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 7-9 ini, Allah menjelaskan bahwa Allah sejak dahulu tidak pernah mengutus rasul kecuali selalu dari kalangan manusia biasa yang diberi-Nya wahyu. Kalau mereka benar-benar tidak mengetahui bahwa para rasul yang diutus Allah adalah manusia bukan malaikat, mereka bisa bertanya kepada orang-orang yang mengetahui baik dari kalangan kaum Yahudi maupun Nasrani, sebab mereka itu mengetahui masalah tersebut, dan tidak pernah mengingkarinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 7-9

Surah Al-Anbiya Ayat 7
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Terjemahan: Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

Tafsir Jalalain: وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي (Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu) menurut qiraat yang lain lafal Nuuhii dibaca Yuuhaa إِلَيْهِمْ (kepada mereka) mereka bukanlah malaikat فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ (maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu) yakni ulama yang mengetahui kitab Taurat dan kitab Injil

إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (jika kalian tidak mengetahui) hal tersebut, sesungguhnya mereka mengetahuinya, mengingat kepercayaan kalian kepada ulama kitab Taurat dan Injil lebih kuat daripada kepercayaan kaum Mukminin kepada Muhammad.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman menolak orangyang mengingkari diutusnya Rasul dari kalangan manusia. وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ (“Kami tiada mengutus para Rasul sebelummu, melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka,”) yaitu seluruh Rasul yang terdahulu adalah laki-laki.

Tidak ada seorang pun di antara mereka berasal dari Malaikat, sebagaimana Dia berfirman menceritakan umat-umat terdahulu, karena mereka mengingkarinya. Lalu, mereka berkata: “Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” (QS. At-Taghaabun: 6)

Untuk itu, Allah Ta’ala berfirman: فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.”) Yaitu, tanyakanlah oleh kalian kepada orang yang berilmu di antara umat-umat tersebut, seperti Yahudi, Nasrani dan aliran-aliran lain; Apakah para Rasul yang datang kepada mereka itu manusia atau para Malaikat? Mereka hanyalah manusia.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 21-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal itu merupakan kesempurnaan nikmat Allah kepada makhluk-Nya dengan diutusnya para Rasul dari jenis mereka yang memungkinkan untuk sampainya penyampaian dan penerimaan dari mereka.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah sejak dahulu tidak pernah mengutus rasul kecuali selalu dari kalangan manusia biasa yang diberi-Nya wahyu. Kalau mereka benar-benar tidak mengetahui bahwa para rasul yang diutus Allah adalah manusia bukan malaikat, mereka bisa bertanya kepada orang-orang yang mengetahui baik dari kalangan kaum Yahudi maupun Nasrani, sebab mereka itu mengetahui masalah tersebut, dan tidak pernah mengingkarinya.

Dalam ayat yang lain Allah menyuruh Nabi Muhammad mengatakan kepada kaum musyrikin bahwa dia adalah manusia. Allah berfirman:

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (al-Kahf/18:110), Jadi Nabi Muhammad bukanlah pengecualian dari para rasul se-belumnya.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang Kami utus sebagai rasul sebelummu, Muhammad, hanyalah orang laki-laki biasa yang kemudian Kami berikan wahyu untuk disampaikan kepada umat manusia. Cobalah kalian bertanya, wahai orang-orang yang ingkar, kepada orang-orang yang tahu tentang kitab-kitab suci samawi, jika kalian tidak tahu.

Surah Al-Anbiya Ayat 8
وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَّا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

Terjemahan: Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal.

Tafsir Jalalain: وَمَا جَعَلْنَاهُمْ (Dan tidaklah Kami jadikan mereka) para rasul itu جَسَدًا (tubuh-tubuh) lafal Jasadun sekalipun kata tunggal tetapi maknanya jamak لَّا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ (yang tiada memakan makanan) tetapi justru mereka memakannya وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ (dan tidak pula mereka itu orang-orang yang kekal) hidup di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَّا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ (“Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan,”) yaitu, bahkan mereka adalah jasad-jasad yang memakan makanan.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 91; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman-Nya: وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ (“Dan tidak pula mereka itu orang-orang yang kekal,”) di dunia. Bahkan, mereka hidup, kemudian mereka akan mati.
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelummu.” (QS. Al-Anbiyaa’: 34)

Keistimewaan mereka adalah bahwa mereka diberi wahyu dari Allah di mana para Malaikat turun kepada mereka membawa sesuatu ketetapan hukum bagi makhluk-Nya berupa apa yang diperintah dan yang dilarang.

Tafsir Kemenag: Kaum musyrikin menyerang Rasulullah, di mana mereka menyinggung sifat-sifat kemanusiaan yang terlihat pada diri Rasulullah saw. Mereka mengatakan, mengapa rasul itu memakan makanan seperti manusia lainnya, dan berjalan di pasar (untuk berdagang), sebagaimana disebutkan dalam Surah al-Furqan, ayat 7.

Maka dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan rasul-rasul itu orang-orang yang memakan makanan, dan tidak pula mereka hidup kekal di dunia, karena mereka itu adalah manusia juga, yang memerlukan makanan, minuman, tidur dan hidup berumah tangga.

Hanya saja Allah telah memilih mereka untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia, dan diberinya wahyu yang berisi petunjuk dan bimbingan, untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan kekufuran kepada cahaya iman yang terang benderang. Rasul sebagai pembimbing adalah manusia biasa yang tidak memiliki kualitas supranatural, melainkan hanya diberi wahyu.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak menjadikan rasul-rasul itu memiliki tubuh yang berbeda dengan tubuh manusia pada umumnya, seperti tahan hidup tanpa makanan berhari-hari, misalnya. Dan mereka bukanlah orang-orang yang hidup abadi di dunia.

Surah Al-Anbiya Ayat 9
ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ فَأَنجَيْنَاهُمْ وَمَن نَّشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ

Terjemahan: Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ (Kemudian Kami tepati janji kepada mereka) yaitu untuk menyelamatkan mereka فَأَنجَيْنَاهُمْ وَمَن نَّشَاءُ (maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki) yakni orang-orang yang beriman kepada para rasul itu وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ (dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas) yaitu orang-orang yang mendustakan para rasul.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 68-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ (“Kemudian, Kami tepati janji [yang telah Kami janjikan] kepada mereka,”) yaitu yang dijanjikan Rabb mereka kepada mereka adalah sesungguhnya orang-orang yang dhalim akan dibinasakan. Allah telah menepati janji-Nya kepada mereka dan melaksanakan hal tersebut.

Untuk itu, Dia berfirman: فَأَنجَيْنَاهُمْ وَمَن نَّشَاءُ (“Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki,”) yaitu pengikut-pengikut mereka yang termasuk orang-orang yang beriman. وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ (“Dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas,”) yaitu orang-orang yang mendustakan risalah yang dibawa oleh para Rasul.

Tafsir Kemenag: Allah menjanjikan kepada setiap rasul yang diutus-Nya, bahwa Dia akan menyelamatkan rasul bersama para pengikutnya yang telah beriman. Di samping itu, Allah juga berjanji akan membinasakan kaum kafir dan para pendurhaka di antara kaumnya. Hal ini seperti diterangkan dalam Surah Hud, yang berisi kisah-kisah tentang para nabi dan rasul.

Maka dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah menepati janji-Nya kepada rasul-rasul yang terdahulu, sehingga mereka bersama umatnya telah diselamatkan-Nya dari kezaliman kaum kafir dan musyrik yang mengingkari agama-Nya, serta mendustakan rasul-rasul-Nya.

Demikianlah balasan yang layak untuk mereka. Janji semacam itu akan ditepati-Nya pula terhadap Nabi Muhammad beserta kaum Muslimin yang setia.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah itu, Kami menepati janji yang telah Kami ucapkan kepada mereka. Mereka Kami selamatkan bersama orang-orang Mukmin yang Kami kehendaki. Sedangkan orang-orang kafir yang melampaui batas dalam mendustakan dan mengingkari misi suci para nabi mereka, Kami hancurkan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 7-9 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S