Surah Al-Hujurat Ayat 4-5; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hujurat Ayat 4-5

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hujurat Ayat 4-5 ini, Allah memberikan pelajaran kesopanan dan tata krama dalam menghadapi Rasulullah saw, terutama dalam mengadakan percakapan dengan beliau. Rasulullah saw selama di Medinah tinggal di sebuah rumah di samping masjid Medinah. Di dalam rumah itu terdapat kamar-kamar yang berjumlah sembilan buah, dan masing-masing diisi oleh seorang istri nabi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bangunan tersebut dibuat sangat sederhana, atapnya rendah sekali sehingga mudah disentuh oleh tangan dan pintu-pintunya terdiri dari gantungan kulit binatang yang berbulu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 4-5

Surah Al-Hujurat Ayat 4
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِن وَرَآءِ ٱلۡحُجُرَٰتِ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِن وَرَآءِ ٱلۡحُجُرَٰتِ (“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar) yakni dari luar kamar istri-istrinya. Lafal Hujuraat bentuk jamak dari lafal Hujratun, yang artinya; sepetak tanah yang dikelilingi oleh tembok atau lainnya, yang digunakan sebagai tempat tinggal.

Masing-masing di antara mereka memanggil Nabi saw. dari belakang kamar-kamarnya, karena mereka tidak mengetahui di kamar manakah Nabi saw. berada. Mereka memanggilnya dengan suara yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab Badui, yaitu dengan suara yang keras dan kasar,

أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ (kebanyakan mereka tidak mengerti) tentang apa yang harus mereka kerjakan di dalam menghadapi kedudukanmu yang tinggi, dan sikap penghormatan manakah yang pantas mereka lakukan untukmu.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah itu Allah mencela orang-orang yang memanggil-manggil Rasulullah saw. dari luar hujurat, yakni rumah-rumah yang dihuni oleh istri-istri beliau, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Arab Badui yang bertabiat kasar. Maka Allah berfirman:

أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ (“Kebanyakan mereka tidak mengerti.”) selanjutnya Allah memberikan bimbingan tentang etika yang berkenaan dengan hal tersebut.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah memberikan pelajaran kesopanan dan tata krama dalam menghadapi Rasulullah saw, terutama dalam mengadakan percakapan dengan beliau. Rasulullah saw selama di Medinah tinggal di sebuah rumah di samping masjid Medinah.

Di dalam rumah itu terdapat kamar-kamar yang berjumlah sembilan buah, dan masing-masing diisi oleh seorang istri nabi. Bangunan tersebut dibuat sangat sederhana, atapnya rendah sekali sehingga mudah disentuh oleh tangan dan pintu-pintunya terdiri dari gantungan kulit binatang yang berbulu.

Baca Juga:  Surah At-Tahrim Ayat 11-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pada masa Khalifah al-Walid bin ‘Abd al-Malik, kamar-kamar itu dibongkar dan dijadikan halaman masjid. Hal itu sangat menyedihkan kaum Mukminin di Medinah. Sa’id bin al-Musayyab merespon dan berkata, “Saya suka sekali jika kamar-kamar istri Nabi itu tetap berdiri dan tidak dirombak, agar generasi mendatang dari penduduk Medinah dan orang-orang yang datang dapat meneladani kesederhanaan Nabi Muhammad dalam mengatur rumah tangganya.

Ibnu Ishaq menerangkan dalam kitab Sirah-nya bahwa tahun kesembilan Hijrah itu merupakan tahun mengalirnya para delegasi dari seluruh Jazirah Arab. Setelah Pembebasan Mekah, seusai Perang Tabuk, dan Kabilah saqif dari thaif masuk Islam dan ikut membaiat Rasulullah saw, maka datanglah dengan berduyun-duyun berbagai delegasi ke Medinah untuk menemui Rasulullah saw.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Zaid bin Arqam bahwa sekumpulan orang-orang Badui berkata kepada kawan-kawannya, “Marilah kita menemui laki-laki (Muhammad) itu, apabila ia benar-benar seorang nabi, maka kitalah yang paling bahagia beserta dia, dan jika ia seorang raja maka kita pun akan beruntung dapat hidup di sampingnya.”

Maka datanglah Zaid bin Arqam kepada Rasulullah saw menyampaikan berita itu lalu mere-ka datang beramai-ramai menemui beliau yang kebetulan sedang berada di kamar salah seorang istrinya. Mereka memanggil dengan suara yang lantang sekali,

“Ya Muhammad, ya Muhammad, keluarlah dari kamarmu untuk berjumpa dengan kami karena tujuan kami sangat indah dan celaan kami sangat menusuk perasaan.” Nabi Muhammad saw keluar dari kamar istrinya untuk menemui mereka dan turunlah ayat ini.

Menurut Qatadah, rombongan sebanyak tujuh puluh orang itu adalah dari kabilah Bani Tamim. Mereka berkata, “Kami ini dari Bani Tamim, kami datang ke sini membawa pujangga-pujangga kami dalam bidang syair dan pidato untuk bertanding dengan penyair-penyair kamu.”

Nabi menjawab, “Kami tidak diutus untuk mengemukakan syair dan kami tidak diutus untuk mem-perlihatkan kesombongan, tetapi bila kamu mau mencoba, boleh kemukakan syairmu itu.” Maka tampillah salah seorang pemuda di antara mereka membangga-banggakan kaumnya dengan berbagai keutamaan.

Nabi Muhammad menampilkan hassan bin sabit untuk menjawab syair mereka dan ternyata hassan dapat menundukkan mereka semuanya. Setelah mereka mengakui keunggulan hassan, mereka lalu mendekati Rasulullah saw dan mengucapkan dua kalimat syahadat dan sekaligus masuk Islam.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Kebijaksanaan Nabi Muhammad dalam menghadapi delegasi da-ri Bani Tamim yang tidak sopan itu akhirnya berkesudahan dengan baik. Sebelum pulang, mereka lebih dahulu telah men-dapat petunjuk tentang jalan yang benar dan kesopanan dalam pergaulan.

Dengan tegas sekali Allah menerangkan bahwa orang-orang yang memanggil Nabi supaya keluar kamar istrinya yang ada di samping masjid Medinah, kebanyakan mereka itu bodoh, tidak mengetahui kesopanan dan tata krama dalam mengadakan kunjungan kehormatan kepada seorang kepala negara apalagi seorang nabi.

Tata cara yang dikemukakan ayat ini, sekarang dikenal sebagai protokoler dan security (keamanan). Dari ayat ini dapat pula dipahami bahwa agama Islam sejak dahulu kala sudah mengatur kode etiknya dengan maksud memberikan penghormatan yang pantas kepada pembesar yang dikunjungi.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang memanggilmu, Muhammad, dari luar kamarmu kebanyakan mereka benar-benar tidak mengerti cara menghormati dan memuliakan kedudukanmu.

Surah Al-Hujurat Ayat 5
وَلَوۡ أَنَّهُمۡ صَبَرُواْ حَتَّىٰ تَخۡرُجَ إِلَيۡهِمۡ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Terjemahan: Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: وَلَوۡ أَنَّهُمۡ صَبَرُواْ (Dan kalau sekiranya mereka bersabar) lafal Annahum berada dalam Mahall Rafa’ sebagai Mubtada. Tetapi menurut pendapat lain menjadi Fa’il dari Fi’il yang diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Tsabata لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (sampai kamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”) kepada orang yang bertobat di antara mereka.

Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Walid bin Uqbah. Ia telah diutus oleh Nabi saw. ke Bani Mushthaliq untuk menarik zakat, tetapi ia merasa takut terhadap mereka, karena dahulu di masa jahiliah ia bermusuhan dengan mereka.

Akhirnya di tengah perjalanan ia kembali lagi seraya melaporkan, bahwa mereka tidak mau membayar zakat dan bahkan mereka hampir saja membunuhnya. Karena itu hampir saja Nabi saw. bermaksud untuk memerangi mereka, hanya karena mereka keburu datang menghadap Nabi saw. seraya mengingkari apa yang telah dikatakan oleh Walid mengenai mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 24-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Dia berfirman: وَلَوۡ أَنَّهُمۡ صَبَرُواْ حَتَّىٰ تَخۡرُجَ إِلَيۡهِمۡ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ (“Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka.”) maksudnya, jika saja mereka melakukan hal itu, niscaya mereka akan mendapatkan kebaikan dan kemashlahatan di dunia dan akhirat. Kemudian Allah menyeru mereka untuk segera bertaubat dan kembali kepada-Nya:

وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (“Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”) telah disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh banyak ulama.

Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Aqra’ bin Habis, bahwasannya ia pernah memanggil Rasulullah saw. ia berseru: “Hai Muhammad, hai Muhammad.” Dan dalam sebuah riwayat disebutkan:

“Yaa Rasulallah.” Namun beliau tidak memberikan jawaban kepadanya, maka iapun berseru lagi: “Ya Rasulallah, pujianku adalah keindahan dan celaanku adalah keburukan.” Maka Rasulullah bersabda: “Yang demikian itu ialah Allah.”

Tafsir Kemenag: Seandainya tamu-tamu delegasi itu tidak berteriak-teriak memanggil Nabi Muhammad dan mereka sabar menunggu sampai beliau sendiri keluar kamar peristirahatannya, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. Karena sikap demikian itu menunjukkan adanya takzim dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

Allah Maha Pengampun kepada mereka yang memanggil Nabi Muhammad dari belakang kamar-kamarnya bila mereka bertobat dan mengganti kecerobohan mereka dengan kesopanan tata krama. Allah Maha Penyayang kepada mereka, tidak mengazab mereka nanti pada hari Kiamat karena mereka telah menyesali perbuatan mereka yang memalukan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Sekiranya mereka mau bersabar–demi menghormatimu–sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik bagi mereka. Allah Mahaagung ampunan-Nya dan Mahaluas rahmat-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hujurat Ayat 4-5 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S