Surah Al-Kahfi Ayat 23-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi Ayat 23-24

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 23-24 ini, menyebutkan Allah swt mengingatkan Rasul-Nya supaya beliau tidak mengucapkan janji atau suatu pernyataan untuk suatu pekerjaan dengan pasti dengan berkata, “Besok pagi akan kukerjakan.”

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah swt menerangkan bahwa jawaban Nabi terhadap pertanyaan orang-orang musyrik Mekah hendaklah disertai dengan kata-kata “insya Allah” yang artinya “jika Allah mengizinkan”. Sebab ada kemungkinan seseorang akan meninggal dunia sebelum hari besok itu datang dan barangkali ada suatu halangan, sehingga dia tidak dapat mengerjakan apa yang diucapkannya itu. Bilamana dia menyertainya dengan kata insya Allah, tentulah dia tidak dipandang pendusta dalam janjinya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 23-24

Surah Al-Kahfi Ayat 23
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا

Terjemahan: “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,”

Tafsir Jalalain: وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ (Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu) tentang sesuatu إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi) lafal Ghadan artinya di masa mendatang.

Tafsir Ibnu Katsir: Yang demikian ini merupakan bimbingan dari adab Allah kepada Rasulullah saw mengenai sesuatu jika beliau hendak melakukannya pada masa yang akan datang, yakni hendaklah beliau mengembalikan hal itu kepada kehendak Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, yang Mahamengetahui segala yang ghaib, yang mengetahui apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, yang tidak akan terjadi, dan bagaimana akan terjadinya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-Shahihain, dari Abu Hurairah, dari Rasulullahbeliau bersabda:

“Sulaiman bin Dawud pemah berkata: ‘Aku akan berkeliling mendatangi tujuh puluh isteriku [yang dalam riwayat lain disebutkan, sembilan puluh isteri, dan dalam riwayat lainnya disebutkan seratus isteri] dalam satu malam, yang masing-masing akan melahirkan satu orang anak laki-laki yang berperang di jalan Allah.’ Kemudian dikatakan kepadanya, [dalam sebuah riwayat disebutkan, salah satu Malaikat berkata kepadanya]

“Katakanlah, Insya Allah (jika Allah menghendaki).’ Tetapi Sulaiman tidak mengucapkannya. Kemudian ia berkeliling mendatangi isteri-isterinya itu. Maka tidak seorang pun dari mereka yang melahirkan anak kecuali seorang wanita raja yang melahirkan setengah orang.”

Selanjutnya, Rasulullah bersabda: “Demi Allah, seandainya ia (Sulaiman) berkata: ‘Insya Allah’, niscaya ia tidak berdosa dan demikian itu sudah cukup untuk memenuhi hajatnya.” Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Dan akan berperang di jalan Allah semua orang-orang yang ahli berkuda.”

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 1-2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pada awal Surat telah dikemukakan sebab turunnya ayat ini, yakni dalam sabda Nabi ketika beliau ditanya tentang kisah Ash-haabul Kahfi: “Akan aku berikan jawaban kepada kalian besok hari.” Lalu wahyu terlambat turun sampai lima belas hari.

Tafsir Kemenag: Sewaktu kaum musyrikin mengajukan tiga buah pertanyaan kepada Nabi Muhammad saw, atas saran dari pendeta-pendeta Yahudi di Madinah, yaitu tentang Ashhabul Kahf, dzul Qarnain, dan roh, maka beliau mengatakan, “Besok pagi saya akan menjawab apa yang kalian tanyakan.”

Beliau tidak menyebutkan dalam perkataannya kata-kata insya Allah. Sebelum mengakhiri kisah Ashhabul Kahf, dalam ayat ini, Allah swt mengingatkan Rasul-Nya supaya beliau tidak mengucapkan janji atau suatu pernyataan untuk suatu pekerjaan dengan pasti dengan berkata,

“Besok pagi akan kukerjakan.” Seharusnya beliau mengetahui bahwa tidak seorangpun yang tahu dengan pasti apa yang akan terjadi besok pagi.

Firman Allah: Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. (Luqman/31: 34)

Apa yang beliau janjikan kepada kaum musyrikin itu ternyata lima belas hari kemudian baru dapat beliau penuhi, yakni sesudah wahyu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu diturunkan.

Surah Al-Kahfi Ayat 24
إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا

Terjemahan: kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini”.

Tafsir Jalalain: إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ (Kecuali dengan menyebut “Insya Allah”) artinya, mengecualikannya dengan menggantungkan hal tersebut kepada kehendak Allah, seumpamanya kamu mengatakan Insya Allah وَاذْكُر رَّبَّكَ (Dan ingatlah kepada Rabbmu) yaitu kepada kehendak-Nya seraya menggantungkan diri kepada kehendak-Nya

إِذَا نَسِيتَ (jika kamu lupa) ini berarti jika ingat kepada kehendak-Nya sesudah lupa, sama dengan ingat kepada kehendak-Nya sewaktu mengatakan hal tersebut. Hasan dan lain-lainnya mengatakan, “Selagi seseorang masih dalam majelisnya”

وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا (dan katakanlah, “Mudah-mudahan Rabbku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat daripada ini) yaitu berita tentang Ashhabul Kahfi untuk menunjukkan kebenaran kenabianku (kebenarannya”) yakni petunjuk yang lebih benar, dan memang Allah memperkenankan hal tersebut.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 47-49; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ (“Dan ingatlah kepada Rabb-mu jika kamu lupa.”) Ada yang mengatakan, artinya, jika kamu lupa mengucapkan pengecualian (insya Allah), maka berikanlah pengecualian pada saat kamu mengingatnya. Demikianlah yang dikemukakan oleh Abul `Aliyah dan al-Hasan al-Bashri.

Husyaim menceritakan dari al-A’masy, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas mengenai orang yang bersumpah. la mengatakan, hendaklah ia memberikan pengecualian (dengan mengucapkan insya Allah) meski setelah satu tahun. Demikianlah yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, dari Abu Mu’awiyah, dari al-A’masy.
Dan arti ungkapan Ibnu Abbas:

“Hendaklah ia memberikan pengecualian meskipun setelah berlalu satu tahun,” berarti jika ia lupa dalam sumpahnya atau ucapannya untuk mengucapkan insya Allah, lalu ia mengingatnya setelah satu tahun berlalu, maka disunnahkan baginya mengucapkan hal itu, supaya ia datang dengan memberikan pengecualian meskipun setelah ia melakukan kesalahan.

Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir, dan ia menashkan hal tersebut. Namun, hal itu tidak menghapuskan dosa sumpah dan menggugurkan kaffarat. Dan yang dikatakan oleh Ibnu Jarir. inilah yang shahih dan yang lebih layak bagi ungkapan IbnuAbbas. Wallahu a’lam.

Selain itu, mungkin juga ayat di atas mempunyai sisi lain, yaitu bahwa Allah Ta’ala bermaksud menunjukkan orang yang lupa akan sesuatu dalam ucapannya supaya mengingat-Nya, karena lupa itu disebabkan oleh syaitan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang anak muda yang bersama Musa as: “Dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan.” (QS. Al-Kahfi: 63).

Allah mengingatkan agar mengusir syaitan. Jika syaitan itu telah pergi, maka lupa itupun lenyap. Maka Allah Ta’ala menyebutkan kapan harus mengingat. Oleh karena itu, Dia berfirman: وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ (“Dan ingatlah kepada Rabb-mu jika kamu lupa.”)

Firman-Nya lebih lanjut: وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا (“Dan katakanlah: ‘Mudah-mudahan Rabbku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.’”) Maksudnya, jika kamu ditanya tentang sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya,

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 121-123; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

maka memohonlah kepada Allah Ta’ala dan menghadaplah kepada-Nya dengan memohon agar Dia memberimu taufiq untuk memperoleh kebenaran dan juga petunjuk mengenai hal tersebut. Ada juga yang berpendapat, mengenai penafsiran ayat tersebut terdapat penafsiran lain selain itu. Wallahu a ‘lam.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa jawaban Nabi terhadap pertanyaan orang-orang musyrik Mekah hendaklah disertai dengan kata-kata “insya Allah” yang artinya “jika Allah mengizinkan”. Sebab ada kemungkinan seseorang akan meninggal dunia sebelum hari besok itu datang dan barangkali ada suatu halangan, sehingga dia tidak dapat mengerjakan apa yang diucapkannya itu. Bilamana dia menyertainya dengan kata insya Allah, tentulah dia tidak dipandang pendusta dalam janjinya.

Sekiranya seseorang terlupa mengucapkan kata-kata insya Allah dalam janjinya, hendaklah dia mengucapkan kalimat itu sewaktu dia teringat kapan saja. Sebagai contoh pernah Rasul saw mengucapkan kata insya Allah setelah dia teringat. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa beliau mengucapkan, “Demi Allah pasti akan memerangi Quraisy,” kemudian beliau diam lalu berkata, “Insya Allah ……..”

Allah swt kemudian menyuruh Rasul-Nya supaya mengharapkan dengan sangat kepada-Nya supaya Allah memberikan petunjuk kepada beliau ke jalan yang lebih dekat kepada kebaikan dan lebih kuat untuk dijadikan alasan bagi kebenaran agama.

Allah swt telah memenuhi harapan Nabi saw tersebut dengan menurunkan kisah nabi-nabi beserta umat mereka masing-masing pada segala zaman. Dari kisah nabi-nabi dan umatnya itu, umat Islam memperoleh pelajaran yang sangat berfaedah bagi kehidupan mereka dunia dan akhirat.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Kahfi Ayat 23-24 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S