Surah Al-Kahfi Ayat 42-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi Ayat 42-44

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 42-44 ini, mengungkapkan Allah menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat mem-perhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menegaskan bahwa keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan.

Harta didahulukan dari anak, padahal anak lebih dekat ke hati manusia, karena harta sebagai perhiasan lebih sempurna daripada anak. Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin. Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada kebutuhannya terhadap anak, tetapi tidak sebaliknya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 42-44

Surah Al-Kahfi Ayat 42
وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَى مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا

Terjemahan: Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”.

Tafsir Jalalain: وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ (Dan buah-buahannya diliputi) yakni ditimpa oleh berbagai macam musibah seperti yang telah disebutkan tadi sehingga binasalah semuanya berikut kebunnya

فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ (lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya) karena menyesal dan kecewa عَلَى مَا أَنفَقَ فِيهَا (terhadap biaya yang telah dibelanjakannya untuk itu) untuk menggarap kebunnya وَهِيَ خَاوِيَةٌ (sedangkan pohon anggur itu roboh) tumbang عَلَى عُرُوشِهَا (berikut para-paranya) penopang-penopangnya; pada mulanya pohon berikut penopangnya roboh maka berjatuhanlah buah-buah anggur itu

وَيَقُولُ (dan dia berkata, “Aduhai) sebagai ungkapan kekecewaannya يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا (kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku)”.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah befirman: وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ (“Dan harta kekayaannya dibinasakan,”) yakni seluruh harta kekayaannya. Menurut yang lainnya adalah buah-buahan-nya. Maksudnya, apa yang dulu pernah diperingatkan oleh kawannya, seorang mukmin, yakni pengiriman ketentuan (pembinasaan) terhadap kebunnya yang karenanya ia menyombongkan diri dan menjadikan dirinya lupa kepada Allah.

فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَى مَا أَنفَقَ فِيهَا (“Lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya [tanda menyesal] terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu.”)
Qatadah mengatakan:

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

“Yakni, menepukkan kedua telapak tangannya seraya menyayangkan dan menyesalkan harta kekayaannya yang dibinasakan-Nya وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا (dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa apa yang diharapkan Yahuza akan segera menjadi kenyataan. Allah swt kemudian membinasakan segala harta kekayaan Qurthus. Tadinya ia mengatakan dengan penuh kesombongan bahwa kebun-kebunnya tidak akan binasa selama-lamanya.

Tetapi setelah dia menyaksikan kehancuran harta kekayaannya, timbullah kesedihan dan penyesalan yang mendalam, sambil membolak-balikkan dua telapak tangannya sebagai tanda menyesal terhadap lenyapnya segala biaya yang dibelanjakannya untuk membangun kebun-kebunnya selama ini. Semua tanaman dan pohon anggur yang ada dalam kebun itu runtuh bersama penyangganya.

Pada saat kesedihannya memuncak, dia teringat kepada nasihat dan ajaran saudaranya, sehingga ia mengerti bahwa bencana itu datang karena kemusyrikan dan kezalimannya terhadap diri sendiri. Lalu keluarlah kata-kata penyesalan dari mulutnya, “Aduhai, kiranya aku beriman dan bersyukur, tentulah Tuhan tidak akan menghancurkan kebun-kebunku.”

Kata-kata penyesalan yang demikian lahir dari seorang yang sudah berada dalam kesulitan besar yang tak terelakkan lagi. Semua orang bila terjepit dan berada dalam bencana, dia mengeluh dan dari mulutnya keluar kata-kata yang mencerminkan penyesalannya yang mendalam. Sedangkan jika tidak terjepit atau tidak dalam kesengsaraan, dia tidak akan mengeluarkan kata-kata demikian.

Firman Allah swt: Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.” (al-Mu’min/40: 84)

Surah Al-Kahfi Ayat 43
وَلَمْ تَكُن لَّهُ فِئَةٌ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا

Terjemahan: Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.

Tafsir Jalalain: وَلَمْ تَكُن (Dan tidak ada) dapat dibaca Lam Takun atau Lam Yakun لَّهُ فِئَةٌ (bagi dia segolongan pun) sekelompok orang pun يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ (yang akan menolongnya selain Allah) di waktu kebunnya binasa

وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا (dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya) tak mampu mempertahankannya sendiri sewaktu kebunnya binasa.

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 20-21; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: وَلَمْ تَكُن لَّهُ فِئَةٌ (“Dan ia berkata: ‘Aduhai kiranya dulu aku tidak menyekutukan seorang pun dengan Rabbku. Dan tidak ada bagi dia segolongan pun.’”) Yakni, keluarga atau keturunan, sebagaimana dulu ia pernah membanggakan diri karena mereka.

يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا ( (“Yang akan menolongnya selain Allah. Dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa tidak ada segolongan orang pun yang sanggup menolong pemilik kebun itu, baik keluarganya, pengawal, buruh-buruh, anak-anak, atau siapa saja yang tadinya menjadi kebanggaannya.

Hanya Allah yang dapat menolongnya dari kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan orang itu sendiri tidak dapat menolong dirinya sendiri dengan kekuatan yang ada padanya.

Surah Al-Kahfi Ayat 44
هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا

Terjemahan: Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.

Tafsir Jalalain: هُنَالِكَ (Di sana) kelak di hari kiamat الْوَلَايَةُ (pertolongan itu) kalau dibaca الْوَلَايَة artinya pertolongan, dan kalau dibaca Al-Wilaayah artinya kerajaan لِلَّهِ الْحَقِّ (hanya dari Allah Yang Hak) kalau dibaca Al-Haqqu menjadi sifat dari lafal الْوَلَايَة dan kalau dibaca Al-Haqqi menjadi sifat dari Lafzhul Jalalah atau Allah

هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا (Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala) lebih baik daripada pahala selain-Nya seandainya ada yang dapat memberi pahala وَخَيْرٌ عُقْبًا (dan sebaik-baik Pemberi balasan) lafal ‘عُقْبًا atau ‘عُقْبًا artinya balasan bagi orang-orang Mukmin; dinashabkan karena menjadi Tamyiz.

Tafsir Ibnu Katsir: dalam bacaan “الْوَلَايَةُ” Di antara mereka ada yang membacanya dengan memberikan harakat fathah pada huruf wawu, yaitu الْوَلَايَةُ, yang berarti, di sanalah ketundukan kepada Allah berada. Artinya, di sanalah setiap orang, baik mukmin maupun kafir kembali kepada Allah dan kepada ketundukan kepada-Nya, jika tertimpa adzab. Yang demikian itu seperti firman Allah Ta’ala berikut ini:

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ (“Maka ketika mereka melihat adzab Kami, mereka berkata: ‘Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.’”) (QS. Al-Mu’min: 84).

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 1-3; Seri Tadabbur Al Qur'an

Di antara para qurra’ itu juga ada yang membaca dengan harakat kasrah di bawah wawu, yaitu al-wilaayah, yang berarti di sana hanya hukum Allah yang Haq yang berlaku. Ada juga yang membacanya dengan memberikan harakat dhammah pada huruf gaaf, yaitu pada kata al-Haqqu dengan anggapan bahwa kata itu merupakan na’at (sifat) untuk kata al-wilaayatu.

Yang demikian itu sama seperti firman Allah ini: “Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Rabb yang Mahapemurah. Dan adalah hari itu, satu hari yang penuh kesulitan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Furgaan: 26).

Di antara mereka ada juga yang memberikan harakat kasrah pada huruf قَ dengan alasan bahwa kata itu merupakan na’at dari kata lillaahi. Yang demikian itu sama seperti firman-Nya ini: ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ (“Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.”) (Al-An’aam: 62)

Oleh karena itu, Allah berfirman: هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا (“Dia adalah sebaik baik pemberi pahala dan sebaik baik pemberi balasan.”) Yakni, berbagai amal perbuatan yang pahalanya berada di tangan Allah adalahlebih baik dan berakhir dengan kesudahan yang terpuji, yang semuanya adalah baik.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah swt menegaskan dalam ayat ini bahwa dalam kesulitan dan kesengsaraan seperti yang dialami oleh pemilik kebun itu, benar-benar hanya Allah sendiri yang mempunyai hak dan kekuatan untuk memberikan pertolongan.

Akan tetapi, pertolongan itu hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan taat serta patuh kepada perintah-Nya. Allah akan membela, menenteramkan hati, dan menyelamatkan mereka dari segala macam muslihat dan tipu daya musuh-musuh mereka. Dialah yang paling baik dalam memberi pahala dan balasan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Isra’ ayat 42-44 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S