Surah Al-Mu’minun Ayat 62-67; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'minun Ayat 62-67

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 62-67 ini, menjelaskan bahwa mereka menolak semua ajaran yang dibawa Nabi Muhammad dan menganggap diri mereka lebih mulia daripada-nya karena mereka penguasa, pembela, dan penjaga Baitullah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih mulia dari mereka. Mereka menggunjingkan dan mencela Nabi saw habis-habisan di waktu bersantai di malam hari.

Mereka menuduh Nabi sebagai tukang sihir, penyair, tukang tenung, dan lain sebagainya. Tindakan mereka itu tidak benar, karena Muhammad seorang rasul dan Allah akan mengeluarkan orang kafir dari tanah haram karena kejahatan mereka kepada Rasulullah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun Ayat 62-67

Surah Al-Mu’minun Ayat 62
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Terjemahan: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.

Tafsir Jalalain: وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا (Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya) yang sesuai dengan kemampuannya, oleh karenanya barang siapa tidak mampu melakukan salat sambil berdiri, maka ia boleh melakukannya sambil duduk, dan barang siapa tidak mampu melakukan puasa maka ia boleh berbuka,

وَلَدَيْنَا (dan pada sisi Kami) di sisi Kami كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ (ada suatu kitab yang membicarakan dengan benar) apa yang telah dilakukan oleh seseorang, yaitu Lohmahfuz; padanya ditulis semua amal-amal perbuatan وَهُمْ (dan mereka) kita semua orang yang beramal لَا يُظْلَمُونَ (tidak dianiaya) barang sedikit pun dari amal-amalnya, oleh karenanya sedikit pun tidak dikurangi pahala amal kebaikannya, dan tidak pula ditambah dosa-dosanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan tentang keadilan-Nya dalam syari’at-Nya yang diterapkan kepada hamba-hamba-Nya di dunia, dimana Dia tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.

Dengan pengertian, sebatas dia mampu mengembannya dan menjalankannya. Dan bahwasanya pada hari Kiamat kelak, Dia akan menghisab mereka berdasarkan amal perbuatan mereka yang telah ditulis atas mereka di dalam satu buku catatan tanpa ada yang dihilangkan-Nya sedikit pun.

Oleh karena itu Dia berfirman: وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ (“Dan pada sisi Kami ada suatu Kitab yang membicarakan kebenaran,”) yakni, buku catatan amal perbuatan. وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (“Sedang mereka tidak didhalimi.”) Maksudnya, kebaikan mereka tidak akan dikurangi sedikit pun. Adapun berbagai kesalahan dan dosa, maka kebanyakan darinya akan diberikan maaf dan ampunan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.

Tafsir Kemenag: Dengan Ayat ini Allah menjelaskan bahwa sudah menjadi sunnah dan ketetapan-Nya, Dia tidak akan membebani seseorang dengan suatu kewajiban atau perintah kecuali perintah itu sanggup dilaksanakannya dan dalam batas-batas kemampuannya.

Tidak ada syariat yang diwajibkan-Nya yang berat dilaksanakan oleh hamba-Nya dan di luar batas kemampuannya, hanya manusialah yang memandangnya berat karena keengganannya atau ia disibukkan oleh urusan dunianya atau tugas tersebut menghalanginya dari melaksanakan keinginannya.

Padahal perintah itu, seperti salat umpamanya amat ringan dan mudah bagi orang yang telah biasa mengerjakannya, bahkan salat itu pun dapat meringankan beban dan tekanan hidup yang dideritanya bila ia benar-benar mengerjakannya dengan tekun dan khusyuk. Muqatil berkata, “Barang siapa tidak sanggup mengerjakan salat dengan berdiri ia boleh mengerjakannya dalam keadaan duduk, dan kalaupun tidak sanggup duduk maka dengan isyarat saja pun sudah cukup.”

Karena itu tidak ada alasan sama sekali bagi orang mukmin untuk membebaskan diri dari kewajiban salat, demikian pula kewajiban-kewajiban lainnya, karena semua kewajiban itu adalah dalam batas-batas kemampuannya.

Hanya nafsu dan keinginan manusialah yang menjadikan kewajiban-kewajiban itu berat baginya. Maka orang yang seperti ini telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri dan akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan atas keingkaran dan keengganannya.

Setiap pelanggaran terhadap perintah Allah akan dicatat dalam buku catatan amalnya, demikian pula amal perbuatan yang baik, kecil maupun besar semuanya tercatat dalam buku itu sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

(Allah berfirman), “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.” (al-Jatsiyah/45: 29)

Dan firman-Nya: Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 120-122; Seri Tadabbur Al Qur'an

Mereka akan diberi balasan sesuai dengan perbuatannya yang tertera dalam buku catatan itu dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak akan membebani seseorang kecuali sesuatu yang mampu dilakukannya, dalam batas-batas kemampuan.
Setiap perbuatan manusia tercatat dalam buku yang ada pada Kami, dan akan Kami beritahukan kepadanya seperti apa adanya. Mereka tidak akan dicurangi dengan penambahan siksa atau pengurangan pahala

Surah Al-Mu’minun Ayat 63
بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ مِّنْ هَذَا وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِّن دُونِ ذَلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ

Terjemahan: Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain daripada itu, mereka tetap mengerjakannya.

Tafsir Jalalain: بَلْ قُلُوبُهُمْ (Tetapi hati mereka) yakni orang-orang kafir itu فِي غَمْرَةٍ (dalam kealpaan) artinya, kebodohan مِّنْ هَذَا (mengenai hal ini) yaitu Alquran وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِّن دُونِ ذَلِكَ (dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain daripada itu) selain amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman هُمْ لَهَا عَامِلُونَ (mereka tetap mengerjakannya) oleh sebab itu mereka diazab.

Tafsir Ibnu Katsir:Dia berfirman seraya mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kaum Quraisy: بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ (“Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan.”) Yakni, dalam kelengahan dan kesesatan dari Ayat-Ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasul-Nya.

Firman-Nya: وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِّن دُونِ ذَلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ (“Dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan [buruk] selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya.”) Maksudnya, telah ditetapkan bagi mereka berbagai perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum kematian mereka, dan itu merupakan suatu kepastian agar adzab bisa ditimpakan kepada mereka. Hal seperti itu telah diriwAyatkan dari Muqatil bin Hayyan, as-Suddi, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, yang ia sangat jelas, kuat, dan baik.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan bahwa hati kaum musyrikin telah berpaling dan lalai dari memperhatikan petunjuk-petunjuk yang dibawa Al-Qur’an. Mereka tidak mau mengambil manfaat daripadanya. Padahal petunjuk-petunjuk itulah yang dapat membawa mereka kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Seandainya mereka mau membaca dan memperhatikan Al-Qur’an tentulah hati mereka akan terbuka dan melihat bahwa ajaran Al-Qur’an itu memang amat berguna dan semua yang terkandung di dalamnya adalah benar. Mereka akan mengakui bahwa semua perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah tanpa kecuali.

Inilah kesalahan mereka yang pertama yang menyeret mereka kepada kesalahan-kesalahan lain dan menyebabkan mereka tidak mempedulikan lagi norma-norma akhlak yang mulia, berbuat sekehendak hati tanpa memperhatikan hak-hak orang-orang lain.

Apa saja yang mereka inginkan mereka rebut walaupun dengan merampas dan menganiaya kaum lemah. Karena itu pula mereka telah tenggelam dalam kemusyrikan dan mata hati mereka telah buta tidak dapat lagi membedakan mana yang benar dan mana yang sesat, telinga mereka telah tuli, tidak dapat lagi mendengar ajaran agama. Hadis yang diriwayatkan Ibnu Masud, Nabi saw, bersabda:…Demi Zat yang tidak ada tuhan selain-Nya,

sesungguhnya seseorang di antara kamu beramal amalan penghuni surga, sehingga antara dia dan surga hanya tinggal satu hasta saja. Namun dia sudah tercatat sebagai penghuni neraka, maka ia mengakhiri amalnya dengan dengan amalan penghuni neraka, sehingga ia masuk neraka.

Dan sesungguhnya seseorang di antara kamu beramal amalan penghuni neraka, sehingga antara dia dengan neraka hanya tinggal satu hasta saja. Namun ia sudah tercatat sebagai penghuni surga, maka ia mengakhiri amalnya dengan amalan penghuni surga, sehingga ia masuk surga.” (RiwAyat Ahmad)

Mereka menganggap apa yang mereka warisi dari nenek moyang mereka sajalah yang benar. Menurut mereka Al-Qur’an itu hanya dongengan orang-orang dahulu yang dibawa oleh orang yang gila atau hanya gubahan seorang penyair atau ajaran yang diterima Muhammad dari ahli kitab.

Apabila diberikan kepada mereka keterangan yang nyata tentang kebenaran Al-Qur’an yang tidak dapat dibantah sehingga mereka mengatakan, kami tak dapat menerimanya karena bertentangan dengan apa yang dianut dan dipercayai moyang kami, seperti tersebut dalam Ayat:

Bahkan mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka.” (az-Zukhruf/43: 22)

Baca Juga:  Surah Al-Maidah Ayat 72-75; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi orang-orang kafir, akibat sikap membangkang dan sikap fanatisme mereka, lalai melakukan perbuatan baik dan tugas yang sebenarnya mampu mereka lakukan serta lalai akan telitinya perhitungan. Di samping itu, mereka selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang keji.

Surah Al-Mu’minun Ayat 64
حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِم بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

Terjemahan: Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong.

Tafsir Jalalain: حَتَّى (Hingga) menunjukkan makna Ibtida إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِم (apabila Kami timpakan kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka) yakni orang-orang kaya dan pemimpin-pemimpin mereka بِالْعَذَابِ (azab) dengan pedang dalam perang Badar إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ (dengan serta merta mereka memekik minta tolong) mereka ribut meminta tolong. Kemudian dikatakan kepada mereka,.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya lebih lanjut: حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِم بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ (“Hingga apabila Kami timpakan adzab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong.”) Yakni, sehingga datang adzab, siksaan, dan balasan Allah kepada orang-orang yang hidup mewah di dunia di antara mereka. إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ (“Dengan serta merta mereka memekik minta tolong.”) Maksudnya, mereka berteriak-teriak dan meminta pertolongan.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum musyrikin dan semua orang yang ingkar dan durhaka akan disiksa dengan siksaan yang pedih. Pada saat mereka telah dikepung oleh azab yang dahsyat dan mengerikan sebagai balasan atas keingkaran dan kedurhakaan mereka, mereka berteriak-teriak meminta tolong dan sangat menyesali nasib mereka yang buruk itu, terutama pemimpin-pemimpin dan orang-orang kaya mereka yang pernah hidup di dunia dengan senang dan penuh kenikmatan. Tetapi tidak ada yang dapat menolong mereka pada waktu itu, karena semua urusan dan keputusan berada di tangan Allah.

Penyesalan mereka tiada berguna lagi karena ibarat pepatah “nasi sudah menjadi bubur,” kesalahan dan kedurhakaan mereka tak dapat diampuni lagi. Firman Allah:

Betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (shad/38:3).

Tafsir Quraish Shihab: Maka, ketika Kami menyiksa orang-orang kaya dan hidup mewah, mereka goncang dan berteriak meminta pertolongan.

Surah Al-Mu’minun Ayat 65
لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُم مِّنَّا لَا تُنصَرُونَ

Terjemahan: Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami.

Tafsir Jalalain: لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُم مِّنَّا لَا تُنصَرُونَ (“Janganlah kalian memekik, minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kalian tidak akan mendapat pertolongan dari Kami) maksudnya tidak ada seorang pun yang dapat menolong kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُم مِّنَّا لَا تُنصَرُونَ (“Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tidak akan mendapat pertolongan dari Kami.”) Maksudnya, tidak ada seorang pun yang dapat menolong kalian dari apa yang ditimpakan kepada kalian, baik kalian berteriak-teriak maupun diam saja, tidak ada kesempatan menghindar dan tidak ada pula tempat melarikan diri, juga tidak bisa menimpakan dosa kepada orang lain. Semuanya itu harus terjadi dan adzab pun harus berlaku.

Tafsir Kemenag: Allah berfirman kepada mereka untuk tidak berteriak-teriak meminta tolong pada hari itu, karena tak ada gunanya. Hari itu adalah hari pembalasan terhadap apa yang mereka kerjakan di dunia dahulu. Inilah ketetapan yang sudah pasti dari Allah yang harus mereka terima, tak ada yang dapat menolong atau membebaskan mereka dari azab dan mereka tak dapat menghindarkan diri daripadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Kepada mereka Kami mengatakan, “Sekarang kalian berteriak dan meminta tolong, sebab kalian tidak akan luput dari siksa Kami. Teriakan kalian pun sama sekali tidak akan berguna.

Surah Al-Mu’minun Ayat 66
أقَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنكِصُونَ

Terjemahan: Sesungguhnya Ayat-Ayat-Ku (Al Quran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang,

Tafsir Jalalain: قَدْ كَانَتْ آيَاتِي (Sesungguhnya Ayat-Ayat-Ku) dari Alquran تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنكِصُونَ (selalu dibacakan kepada kalian, tetapi kalian selalu berpaling ke belakang) mundur ke belakang maksudnya kalian tidak mau menerimanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan dosa-dosa terbesar mereka, dimana Dia berfirman: قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنكِصُونَ (“Sesungguhnya Ayat-Ayat-Ku [al-Qur an] selalu dibacakan kepadamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang.”) Maksudnya, jika kalian dipanggil kalian justru menolak, dan jika diminta kalian justru melarang.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 36-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa tatkala di dunia telah dibaca-kan kepada mereka Ayat-Ayat Allah oleh seorang rasul yang diutus kepada mereka, tetapi mereka mendustakannya, memperolok-olokkan dan menghinanya karena kesombongan dan kecongkakan, padahal petunjuk dan ajaran yang dibawanya adalah benar dan sangat bermanfaat bagi mereka kalau mereka mau memperhatikan dan mendengarkannya. Firman Allah:

Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu mengingkari apabila diseru untuk menyembah Allah saja. Dan jika Allah dipersekutukan, kamu percaya. Maka keputusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar. (al-Mumin/40: 12).

Tafsir Quraish Shihab: Tidak ada alasan lagi bagi kalian. Sebab Ayat-Ayat-Ku yang Aku wahyukan kepada Rasulullah telah dibacakan kepada kalian, tetapi kalian bersikap menolak sehingga mengubah jalan hidup kalian, tidak percaya dan tidak mau mengamalkannya.

Surah Al-Mu’minun Ayat 67
مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ

Terjemahan: dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari.

Tafsir Jalalain: مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ (Dengan menyombongkan diri) tidak mau beriman سَامِرًا تَهْجُرُونَ (akan keakuan kalian) yakni membanggakan Kakbah atau tanah suci yang kalian tempati, maksudnya kalian beranggapan bahwa diri kalian adalah penduduknya, oleh karena itu kalian merasa dalam keadaan aman dari azab Allah, berbeda dengan kaum-kaum yang lain di tempat tinggal mereka selain dari tanah suci (dan seraya bergadang) lafal Samiran menjadi Hal, artinya mereka berkumpul membentuk suatu kelompok sambil berbincang-bincang di waktu malam hari; hal ini mereka lakukan di sekeliling Kakbah (kalian mengucapkan perkataan-perkataan yang keji terhadapnya”) lafal Tahjuruuna ini jika berasal dari Fi’il Tsulatsi artinya tidak menganggap Alquran. Jika berasal dari Fi’il Ruba’i berarti mereka membuat-buat perkataan yang keji tanpa hak terhadap diri Nabi saw. dan Alquran.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya lebih lanjut: مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ (“Dengan menyombongkan diri terhadap al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari.”) Mengenai penafsirannya terdapat dua pendapat. Salah satunya ialah: menyombongkan diri sebagaimana keadaan mereka ketika mereka berpaling dari kebenaran serta menolak untuk menerimanya karena sombong sekaligus menghinakan kebenaran itu dan juga para pelakunya.

Dalam memberikan penafsiran, an-Nasa’i meriwAyatkan dari Ibnu`Abbas, bahwa dia berkata: “Dimakruhkan bercakap-cakap pada malam hari, pada saat turun Ayat ini, “Dengan menyombongkandiri terhadap al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari.”

Dia mengatakan: “Mereka menyombongkan diri dengan Baitullah seraya melontarkan kata-kata pada malam hari: ‘Kamilah pemilik rumah ini.’ Dia mengemukakan: “Mereka menyombongkan diri dan bercakap-cakap pada malam hari serta tidak membangunnya dan bahkan mengucapkan kata-kata keji.” Dan di sini, Ibnu Abi Hatim telah membahas secara mendalam mengenaihal ini, dan inilah hasilnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa mereka menolak semua ajaran yang dibawa Nabi Muhammad dan menganggap diri mereka lebih mulia daripada-nya karena mereka penguasa, pembela, dan penjaga Baitullah. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih mulia dari mereka. Mereka menggunjingkan dan mencela Nabi saw habis-habisan di waktu bersantai di malam hari.

Mereka menuduh Nabi sebagai tukang sihir, penyair, tukang tenung, dan lain sebagainya. Tindakan mereka itu tidak benar, karena Muhammad seorang rasul dan Allah akan mengeluarkan orang kafir dari tanah haram karena kejahatan mereka kepada Rasulullah.

Tafsir Quraish Shihab: Dalam sikap menolak itu, kalian berlaku sombong dan mengejek. Kalian memberikan berbagai sifat buruk kepada wahyu yang Kami turunkan ketika kalian berkumpul untuk berbincang-bincang di kegelapan malam.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 62-67 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S