Surah Ar-Rum Ayat 48-51; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ar-Rum Ayat 48-51

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ar-Rum Ayat 48-51 ini, Allah menegaskan bahwa Dialah yang telah membuat angin bertiup, dengan menciptakan hukum-hukum pada udara. Di antaranya ialah udara dari daerah yang padat tekanan udaranya mengalir ke daerah yang renggang tekanan udaranya sehingga terciptalah angin.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tiupan angin menjadi penanda awal akan turunnya hujan. Demikianlah rahmat Allah kepada manusia. Allah meminta Nabi Muhammad dan seluruh umatnya untuk melihat bagaimana pengaruh rahmat Allah berupa hujan itu bagi bumi.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ar-Rum Ayat 48-51

Surah Ar-Rum Ayat 48
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Terjemahan: Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.

Tafsir Jalalain: اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا (Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan) mengaraknya فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ (dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya) makanya awan itu ada yang tipis dan ada yang tebal وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا (dan menjadikannya bergumpal-gumpal) berkelompok-kelompok dan berpencar-pencar; dapat dibaca kisafan atau kisfan فَتَرَى الْوَدْقَ (lalu kamu lihat air) hujan يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ (keluar dari celah-celahnya) dari celah-celah awan yang tebal itu,

فَإِذَا (maka apabila hujan itu turun) أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira) mereka bergembira dengan turunnya hujan itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah menjelaskan bagaimana Dia menciptakan awan yang dapat menurunkan hujan. Dia berfirman: اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا (“Allah, Dia lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan.”) adakalanya dari lautan –sebagaimana yang diceritakan oleh banyak orang–, atau sesuai apa yang dikehendaki Allah.

فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ (“Dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya.”) yaitu dibentangkan, diperbanyak dan ditumbuhkan serta membuat sesuatu yang sedikit menjadi banyak, yang memunculkan awan seperti yang engkau lihat dengan mata kepala sendiri seperti tameng.

Kemudian Dia bentangkan hingga memenuhi bagian-bagian ufuk, dan terkadang awan datang dari arah lautan membawa sesuatu yang berat dan penuh. Sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (al-A’raaf: 57)

Demikian pula Dia berfirman disini: اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا (“Allah, Dia lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan, dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal.”)

Mujahid, Abu ‘Amr bin al-‘Alla dan Mathar al-Waraq berkata: “Yaitu, potongan-potongan.” Sedangkan yang lain berkata: “Yaitu bergumpal-gumpal.” Sebagaimana dikatakan oleh adh-Dhahhak. Dan yang lain berkata: “Hitam karena banyaknya air. Engkau melihatnya bertumpuk-tumpuk, berat dan dekat ke bumi.”

Firman Allah: فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ (“Lalu kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya.”) yakni engkau melihat hujan, yaitu tetasannya keluar dari celah-celah awan. فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (“Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.”) yaitu karena kebutuhan mereka terhadapnya, mereka merasa gembira dengan turun dan sampainya hujan kepada mereka.

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 38-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Dalam Ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dialah yang telah membuat angin bertiup, dengan menciptakan hukum-hukum pada udara. Di antaranya ialah udara dari daerah yang padat tekanan udaranya mengalir ke daerah yang renggang tekanan udaranya sehingga terciptalah angin. Tiupan angin menjadi penanda awal akan turunnya hujan.

Menurut saintis, terjadinya hujan merupakan suatu siklus. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah dari mana penjelasannya dimulai. Air yang mengalir di sepanjang anak sungai yang akan bergabung dengan anak sungai lainnya membentuk sungai yang jauh lebih besar.

Sungai akhirnya mengalir ke laut. Sementara air mengalir melalui anak sungai dan sungai, sebagian akan menguap karena panas sinar matahari (berubah menjadi gas) tetapi sebagian besar terus mengalir sampai ke laut. Di laut inilah proses penguapan atau evaporasi selanjutnya berlangsung.

Semua air yang menguap, baik yang berasal dari anak sungai, sungai atau laut, membentuk uap air di atmosfer. Uap ini naik dan akan menjadi dingin saat mencapai atmosfer yang lebih tinggi. Jika terdapat banyak gas di atmosfer, maka akan memadat menjadi awan yang dapat kita lihat. Jika awan tersebut mencapai bagian yang lebih tinggi lagi di lapisan atmosfer, uap air berubah menjadi tetes-tetes es.

Ketika awan melintasi dataran tinggi atau ketika menjadi lebih dingin karena suhu atmosfer yang lebih rendah, air menjadi padat dan jatuh. Awalnya air itu masih seperti tetes-tetes air yang sangat kecil, kemudian biasanya mencair sebelum mencapai tanah, lalu jatuh ke bumi sebagai hujan.

Hujan itu diturunkan Allah di tempat yang dikehendaki-Nya yaitu di daerah yang dilanda kekeringan. Manusia yang berada di tempat hujan turun pasti bergembira karena memperoleh kembali sumber kehidupan yang akan menghidupkan semua makhluk hidup.

Tafsir Quraish Shihab: Allah Swt. yang mengirimkan angin. Lalu angin itu bergerak dengan kuat dan mendorong awan. Kemudian Allah membentangkan tempat dan banyaknya awan itu di langit sebagaimana yang Dia kehendaki. Dia juga menjadikannya bergumpal-gumpal sehingga kamu dapat melihat hujan keluar dari celah-celahnya.

Apabila Allah menurunkan hujan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, mereka pun segera bergembira ria(1). (1) Lihat catatan kaki pada surat al-Nûr Ayat 43.

Surah Ar-Rum Ayat 49
وَإِن كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ

Terjemahan: Dan Sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.

Tafsir Jalalain: وَإِن (Dan sesungguhnya) sungguh كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ (sebelum hujan diturunkan kepada mereka) lafal min qablihi yang kedua ini berfungsi mengukuhkan makna lafal yang sama dengan sebelumnya لَمُبْلِسِينَ (benar-benar telah berputus asa) putus harapan akan turunnya hujan.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: وَإِن كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ (“Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.”) Ibnu Jarir berkata: “Kalimat ini sebagai taukid/penguat dan dia menceritakan hal tersebut dari sebagian ahli bahasa Arab.

Kemudian, hujan datang secara tiba-tiba kepada mereka setelah mereka berputus asa. Setelah sebelumnya tanah-tanah mereka dalam keadaan gersang dan kering, lalu bumi itu menjadi hidup, subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”

Tafsir Kemenag: Kegembiraan itu akan dirasakan sekali oleh orang yang sudah lama mengalami kekeringan. Ketiadaan hujan dalam waktu yang lama membuat manusia putus asa. Keputusasaan itu segera sirna begitu hujan turun. Oleh karena itu, seharusnya mereka beriman dan bersyukur.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 168-170; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Padahal mereka sungguh dalam keadaan putus asa dan bingung sebelum turunnya hujan.

Surah Ar-Rum Ayat 50
فَانظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Terjemahan: Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tafsir Jalalain: فَانظُرْ إِلَى آثَارِ (Maka perhatikanlah bekas-bekas) menurut suatu qiraat dibaca dalam bentuk mufrad yakni atsari رَحْمَتِ اللَّهِ (rahmat Allah) nikmat yang dilimpahkan-Nya, yaitu berbentuk air hujan كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا (bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati) sesudah bumi itu kering dan tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan lagi.

إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (Sesungguhnya Dia yang berkuasa melakukan hal itu benar-benar berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman: فَانظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ (“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah.”) yakni hujan. كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا (“Bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.”) kemudian dengan hal itu Dia menyandarkan tentang hidupnya jasad-jasad manusia setelah mengalami kematian, terpisah-pisah dan kehancuran.

Maka Allah befirman: إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى (“Sesungguhnya [Rabb yang berkuasa seperti] demikian benar-benar [berkuasa] menghidupkan orang-orang yang telah mati.”) yaitu, Rabb yang melakukan hal tersebut tentu Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang yang mati. وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (“Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”)

Tafsir Kemenag: Demikianlah rahmat Allah kepada manusia. Allah meminta Nabi Muhammad dan seluruh umatnya untuk melihat bagaimana pengaruh rahmat Allah berupa hujan itu bagi bumi. Tanah yang tadinya mati, kering, dan tandus menjadi hidup, gembur, dan subur, sehingga menumbuhkan segala macam tanaman.

Allah menegaskan bahwa peristiwa itu merupakan petunjuk bahwa Allah mampu menghidupkan kembali manusia di akhirat setelah mati. Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa dengan satu tiupan sangkakala saja, semua makhluk hidup akan mati pada hari Kiamat. Kemudian dengan satu tiupan lagi, semuanya akan hidup kembali, baik yang mati sebelum hari Kiamat maupun yang mati pada hari Kiamat itu. Allah berfirman:

Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kubur-nya) menunggu (keputusan Allah). (az-Zumar/39: 68)

Bagaimana hakikat kiamat dan kehidupan kembali itu tidak dapat diketahui dengan pasti, karena termasuk peristiwa gaib yang tidak bisa diketahui secara konkrit sekarang. Manusia hanya perlu mengimaninya bahwa Allah mampu mewujudkan semua itu karena Ia Mahakuasa.

Tafsir Quraish Shihab: Maka perhatikanlah–dengan merenung dan berpikir–bekas-bekas turunnya hujan. Bagaimana Allah menghidupkan bumi dengan tumbuh-tumbuhan setelah sebelumnya gersang bagaikan orang mati.

Sesungguhnya yang mampu menghidupkan bumi setelah sebelumnya mati, pasti mampu pula untuk menghidupkan orang-orang mati. Kekuasaan-Nya amat sempurna. Tak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya.

Surah Ar-Rum Ayat 51
وَلَئِنْ أَرْسَلْنَا رِيحًا فَرَأَوْهُ مُصْفَرًّا لَّظَلُّوا مِن بَعْدِهِ يَكْفُرُونَ

Terjemahan: Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin (kepada tumbuh-tumbuhan) lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering), benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar.

Tafsir Jalalain: وَلَئِنْ (Dan sungguh jika) lam menunjukkan makna qasam أَرْسَلْنَا رِيحًا (Kami mengirimkan angin) yang membahayakan tumbuh-tumbuhan فَرَأَوْهُ مُصْفَرًّا لَّظَلُّوا (lalu mereka melihat tumbuh-tumbuhan itu menjadi kuning/kering, benar-benar tetaplah mereka) benar-benar mereka menjadi; lafal Ayat ini menjadi jawab dari qasam pada awal Ayat tadi مِن بَعْدِهِ (sesudah itu) sesudah mengeringnya tumbuh-tumbuhan يَكْفُرُونَ (orang-orang yang ingkar) mereka menjadi orang-orang yang mengingkari nikmat Allah, yaitu berupa hujan.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 58-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَئِنْ أَرْسَلْنَا رِيحًا فَرَأَوْهُ مُصْفَرًّا لَّظَلُّوا مِن بَعْدِهِ يَكْفُرُونَ (“dan sungguh, jika kami mengirimkan angin [kepada tumbuh-tumbuhan] lalu mereka melihat [tumbuh-tumbuhan itu] menjadi kuning [kering], benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar.”

Allah berfirman: وَلَئِنْ أَرْسَلْنَا رِيحًا (“Dan sungguh, jika kami mengirimkan angin.”) yang kering pada tumbuh-tumbuhan yang mereka tanam lalu tumbuh, menua dan tegak lurus di atas pokoknya, maka mereka melihat tumbuh-tumbuhan itu mushfarra, yaitu menguning. Maka mulailah terjadi kerusakan, dimana mereka setelah itu tetap menjadi orang-orang yang ingkar. Yaitu mengingkari nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka.

Ibnu Abi Hatim berkata bahwa ‘Ubaidullah bin ‘Amr berkata: “Angin itu ada delapan; empat di antaranya mengandung rahmat dan empat lainnya mengandung adzab.

Sedangkan empat angin yang mengandung rahmat adalah: an-Naasyiraat, al-Mubasysyiraat, al-Mursaalaat dan adz-Dzaariyaat. Sedangkan angin yang mengandung adzab adalah: ‘aqiim, dan Sharshar di daratan serta ‘Aashif dan Qaashif di lautan.

Jika Allah menghendaki, niscaya Dia menggerakkannya dengan gerakan rahmat, hingga menjadi lapang, rahmat, gembira dan kasih sayang-Nya, dibawa oleh awan yang berisi air, seperti laki-laki memancarkan air maninya kepada wanita hingga hamil.

Dan jika Dia menghendaki, niscaya Dia menggerakkannya dengan gerakan adzab dengan menjadikannya mandul dan mengandung siksaan yang pedih serta menjadikannya siksa bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Lalu Dia menjadikannya angin Sharshar [gemuruh], ‘Aatiya [sangat dingin] dan merusak apa saja yang dijangkaunya.

Angin-angin itu berbeda-beda dalam hembusannya yang deras dan sepoi-sepoi, selatan dan utara. Dan dalam masalah manfaat dan pengaruhnya lebih besar perbedaannya.

Angin yang lembut dan basah mampu memperkuat tumbuh-tumbuhan dan tubuh-tubuh hewan, sedangkan angin yang lain mengeringkannya. Angin yang lain dapat menggerakkan dan mengeraskannya, yang lainnya lagi dapat memperkuat dan memperkokohnya dan yang lainnya meringankan dan melemahkannya.

Tafsir Kemenag: Dalam Ayat ini disampaikan pengandaian, yaitu bagaimana jika yang dikirim Allah itu angin yang kering dan panas serta membuat tanaman mereka yang tadinya subur menjadi kuning dan kering. Mereka pasti bertambah ingkar kepada Allah.

Pada waktu Allah mengirimkan angin yang membawa hujan saja, yang membuat tanaman mereka subur, mereka hanya bergembira dan tidak bersyukur kepada-Nya. Apalagi bila yang dikirim adalah angin kering itu. Kematian tanaman mereka yang tadinya subur itu akan membuat mereka menggerutu dan bertambah ingkar kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Dan Kami bersumpah, “Jika Kami benar-benar telah mengirimkan angin yang memberikan bahaya bagi tumbuh-tumbuhan, sehingga mereka melihatnya menjadi kuning karena angin itu, mereka pasti akan tetap bersikap kufur kepada Allah dan mengingkari nikmat-Nya setelah mereka melihat kuningnya tumbuhan itu.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ar-Rum Ayat 48-51 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S