Surah Asy-Syu’ara Ayat 38-48; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 38-48

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 38-48 ini, menerangkan bahwa setelah Fir’aun mendapat saran dari pembesar dan pemuka kaumnya supaya tidak gegabah menindak Musa, dan lebih baik mengumpulkan ahli-ahli sihir, maka Fir’aun melaksanakan saran itu. Ia memerintahkan agar para ahli sihir sudah siap pada waktu yang telah ditetapkan, yaitu pada hari yang diumumkan sebagai hari raya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Fir’aun menyuruh rakyatnya berkumpul, untuk menyaksikan peristiwa yang akan terjadi pada hari yang ditetapkan sebagai hari raya itu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 38-48

Surah Asy-Syu’ara Ayat 38
فَجُمِعَ السَّحَرَةُ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ

Terjemahan: Lalu dikumpulkan ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum,

Tafsir Jalalain: فَجُمِعَ السَّحَرَةُ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ (Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum) yaitu pada waktu matahari mencapai sepenggalah atau waktu dhuha di hari raya mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu, ketika para tukang sihir itu datang dan dikumpulkan dari berbagai wilayah di negeri Mesir, di saat itu mereka adalah orang-orang yang paling ahli dalam ilmu sihir, paling canggih dan pandai dalam kemampuan khayalnya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Fir’aun mendapat saran dari pembesar dan pemuka kaumnya supaya tidak gegabah menindak Musa, dan lebih baik mengumpulkan ahli-ahli sihir, maka Fir’aun melaksanakan saran itu. Ia memerintahkan agar para ahli sihir sudah siap pada waktu yang telah ditetapkan, yaitu pada hari yang diumumkan sebagai hari raya.

Tafsir Quraish Shihab: Maka dikumpulkanlah para ahli sihir dari seluruh pelosok negeri. Lalu ditentukan waktu pertemuan mereka dengan Musa pada hari perayaan (yawm al-zinah), pada waktu duha, menjelang tengah hari.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 39
وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلْ أَنتُم مُّجْتَمِعُونَ

Terjemahan: dan dikatakan kepada orang banyak: “Berkumpullah kamu sekalian.

Tafsir Jalalain: وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلْ أَنتُم مُّجْتَمِعُونَ (Dan dikatakan kepada orang banyak, “Berkumpullah kamu sekalian).

Tafsir Ibnu Katsir: Tukang sihir itu amat banyak dan orang-orang berusaha untuk berkumpul hari itu.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa Fir’aun menyuruh rakyatnya berkumpul, untuk menyaksikan peristiwa yang akan terjadi pada hari yang ditetapkan sebagai hari raya itu. Fir’aun yakin bahwa pihaknya yang akan mendapatkan kemenangan. Ia berpendapat bahwa tak seorang pun dari rakyatnya itu yang akan beriman kepada Musa.

Fir’aun sengaja mengumpulkan semua rakyatnya untuk menyaksikan adu kekuatan antara para pesihirnya dengan Musa, supaya mereka tetap mengikuti para pesihir itu dan berpegang teguh kepada agama mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Semua orang berharap dapat menghadiri acara yang ditunggu-tunggu pada hari yang telah ditentukan itu. Mereka saling bertanya satu sama lain, “Adakah kalian akan berkumpul?” Maksudnya, “Berkumpullah kalian semua!”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 40
لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِن كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ

Terjemahan: semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang”

Tafsir Jalalain: لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِن كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ (Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang”) Istifham pada ayat sebelumnya mengandung makna anjuran untuk berkumpul; sedangkan pengertian Tarajji atau harapan di sini bergantung kepada kemenangan para ahli sihir, dimaksud supaya mereka tetap menjalankan tradisi agama mereka dan tidak mengikuti ajaran Nabi Musa.

Tafsir Ibnu Katsir: seseorang berkata: لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِن كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ (“Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah orang-orang yang menang.”) dan mereka tidak mengatakan bahwa kami akan mengikuti kebenaran, baik itu berasal dari tangan tukang sihir ataupun berasal dari Musa, bahkan seluruh rakyat berada di pihak raja mereka.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa Fir’aun menyuruh rakyatnya berkumpul, untuk menyaksikan peristiwa yang akan terjadi pada hari yang ditetapkan sebagai hari raya itu. Fir’aun yakin bahwa pihaknya yang akan mendapatkan kemenangan. Ia berpendapat bahwa tak seorang pun dari rakyatnya itu yang akan beriman kepada Musa.

Fir’aun sengaja mengumpulkan semua rakyatnya untuk menyaksikan adu kekuatan antara para pesihirnya dengan Musa, supaya mereka tetap mengikuti para pesihir itu dan berpegang teguh kepada agama mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka semua memperkirakan bahwa kemenangan nantinya akan berada di pihak para ahli sihir, sehingga mereka akan tetap memeluk agama mereka. Mereka sengaja melakukan hal itu, agar para ahli sihir terdorong untuk lebih menyiapkan diri guna mengalahkan Musa.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 41
فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ

Terjemahan: Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada Fir’aun: “Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?”

Tafsir Jalalain: فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ (Maka tatkala ahIi-ahli sihir datang, mereka pun bertanya kepada Firaun, “Apakah sungguh-sungguh) lafal A-inna dapat dibaca secara Tahqiq dan Tas-hil; kalau dibaca Tahqiq bacaannya menjadi A-inna dan kalau dibaca Tas-hil menjadi Ayinna لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ (kami mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?”).

Tafsir Ibnu Katsir: فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ (“Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang”) yaitu ke majelis Fir’aun, mereka membuat pembatas, dan mengumpulkan para pembantunya, para pengawal, para menteri, para pembesar negeri dan para tentara kerajaannya, tukang-tukang sihir berdiri di hadapan Fir’aun dalam rangka mencari nilai kebaikan mereka darinya dan mendekatkan diri kepadanya jika mereka menang. Inilah tujuan mereka dikumpulkan, maka mereka berkata: a inna lanaa la ajran in kunnaa nahnul ghaalibiin.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 36; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah berkumpul di ruangan tempat Fir’aun, para ahli sihir itu meminta kebijaksanaan Fir’aun supaya mau memberikan bayaran dan menjadikan mereka lebih dekat dengannya apabila menang nanti. Fir’aun menerima baik permintaan itu, bahkan ia berjanji akan menjadikan mereka penasihat yang selalu diajak duduk bersama, dan dijadikan orang-orang yang terdekat dengannya.

Setelah ada pengertian bersama antara ahli-ahli sihir dengan Fir’aun tentang bayaran dan fasilitas lainnya, mereka kemudian mengadu kekuatan dengan Musa. Mereka bertanya kepadanya, “Wahai Musa! Engkaukah yang lebih dahulu menampilkan dan mendemonstrasikan sihirmu atau kami yang lebih dahulu?”.

Tafsir Quraish Shihab: Tatkala para ahli sihir itu datang, mereka berkata kepada Fir’aun, “Jika kami dapat mengalahkannya, adakah kamu akan memberikan kami imbalan yang besar?”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 42
قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَّمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

Terjemahan: Fir’aun menjawab: “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)”.

Tafsir Jalalain: قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ (Firaun menjawab, “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian) pada saat kalian menang إِذًا لَّمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan kepadaku”).

Tafsir Ibnu Katsir: قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَّمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (“’Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang? Fir’aun menjawab: ‘Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan.’”) yakni, aku akan memberikan sesuatu yang lebih istimewa daripada apa yang kalian minta, yaitu aku akan menjadikan kalian sebagai orang-orang yang dekat denganku dan singgasanaku. Lalu mereka kembali ke medan perdebatan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah berkumpul di ruangan tempat Fir’aun, para ahli sihir itu meminta kebijaksanaan Fir’aun supaya mau memberikan bayaran dan menjadikan mereka lebih dekat dengannya apabila menang nanti.

Fir’aun menerima baik permintaan itu, bahkan ia berjanji akan menjadikan mereka penasihat yang selalu diajak duduk bersama, dan dijadikan orang-orang yang terdekat dengannya. Setelah ada pengertian bersama antara ahli-ahli sihir dengan Fir’aun tentang bayaran dan fasilitas lainnya, mereka kemudian mengadu kekuatan dengan Musa. Mereka bertanya kepadanya, “Wahai Musa! Engkaukah yang lebih dahulu menampilkan dan mendemonstrasikan sihirmu atau kami yang lebih dahulu?”.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun menjawab, “Tentu, kalian berhak mendapatkan apa yang kalian sebutkan. Bahkan, di samping imbalan yang besar, kalian juga akan menjadi orang terdekatku, orang-orang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan.”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 43
قَالَ لَهُم مُّوسَى أَلْقُوا مَا أَنتُم مُّلْقُونَ

Terjemahan: Berkatalah Musa kepada mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan”.

Tafsir Jalalain: قَالَ لَهُم مُّوسَى (Berkatalah Musa kepada mereka) sesudah mereka berkata kepadanya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya yang lain, yaitu, “Kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?” (Q.S. 7 Al A’raf, 115).

أَلْقُوا مَا أَنتُم مُّلْقُونَ (“Jatuhkanlah apa yang hendak kalian jatuhkan”) perintah ini merupakan izin dari Nabi Musa kepada mereka supaya mereka lebih dahulu melemparkan apa yang hendak mereka lemparkan, dimaksudkan supaya lebih menonjolkan perkara yang hak.

Tafsir Ibnu Katsir: Qaaluu yaa muusaa immaa an tulqiya wa immaa an nakuuna awwala man alqaa. Qaala bal alquu (“Mereka berkata: ‘Hai Musa, engkaukah yang akan memulai melemparnya atau kami yang akan memulai melemparnya?’ Musa menjawab: ‘Silakan, lemparkanlah olehmu sekalian.’”)(Thaahaa: 65-66). Di dalam ayat ini diringkas ceritanya, dimana Musa berkata: أَلْقُوا مَا أَنتُم مُّلْقُونَ.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan suasana adu kekuatan antara para pesihir Fir’aun dengan mukjizat Nabi Musa. Musa menawarkan kepada para pesihir itu untuk memulai sihirnya, yang mereka yakini bisa menggugurkan pengakuan Musa sebagai seorang rasul Allah.

Para pesihir Fir’aun segera melemparkan tali-tali yang mereka siapkan seraya menyebut nama Fir’aun, dan mereka merasa yakin akan menang. Dengan kecepatan gerak tangan dan ilmu sihir mereka, tali-tali itu seolah-olah bergerak, mengecoh orang-orang yang menyaksikannya, sehingga mereka menyangka tali-tali itu berubah menjadi ular sesungguhnya, yang merayap ke sana kemari. Hal ini digambarkan dalam firman Allah:

Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka. (thaha/20: 66). Dengan sihirnya, para pesihir itu telah menakut-nakuti dan mengelabui mata orang banyak. Mereka mengeluarkan segenap kemampuan yang ada pada mereka, dan menganggap telah cukup untuk memperoleh kemenangan dalam adu kekuatan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika waktu yang ditentukan itu tiba, Musa berkata kepada para ahli sihir, “Lemparkanlah semua sihir yang ingin kalian lakukan.”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 44
فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ

Terjemahan: Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: “Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang”.

Tafsir Jalalain: فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ (Lalu mereka menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka, dan mengatakan, “Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang”).

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 71-75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ (“’Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan.’ Lalu mereka melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka dengan dan mereka berkata: ‘Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang.’”) perkataan ini sama seperti yang dikatakan oleh orang-orang awam yang bodoh, jika mereka melakukan sesuatu: “Ini demi balasan fulan.” Di dalam surah ThaaHaa ia berkata:

“66. berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. 67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. 68. Kami berkata:

“Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). 69. dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. (ThaaHaa: 66-69)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan suasana adu kekuatan antara para pesihir Fir’aun dengan mukjizat Nabi Musa. Musa menawarkan kepada para pesihir itu untuk memulai sihirnya, yang mereka yakini bisa menggugurkan pengakuan Musa sebagai seorang rasul Allah. Para pesihir Fir’aun segera melemparkan tali-tali yang mereka siapkan seraya menyebut nama Fir’aun, dan mereka merasa yakin akan menang.

Dengan kecepatan gerak tangan dan ilmu sihir mereka, tali-tali itu seolah-olah bergerak, mengecoh orang-orang yang menyaksikannya, sehingga mereka menyangka tali-tali itu berubah menjadi ular sesungguhnya, yang merayap ke sana kemari. Hal ini digambarkan dalam firman Allah: Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka. (thaha/20: 66)

Dengan sihirnya, para pesihir itu telah menakut-nakuti dan mengelabui mata orang banyak. Mereka mengeluarkan segenap kemampuan yang ada pada mereka, dan menganggap telah cukup untuk memperoleh kemenangan dalam adu kekuatan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka pun melemparkan berbagai tali dan tongkat yang ada. Orang-orang pun terkesima melihat semua yang dilempar itu berubah menjadi ular-ular yang merayap. Mereka bersumpah, demi kekuasaan dan kekuatan Fir’aun, bahwa merekalah yang keluar sebagai pemenang.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 45
فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ

Terjemahan: Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.

Tafsir Jalalain: فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ (Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, tiba-tiba ia menelan) lafal Talqafu ini bentuk asalnya adalah Taltaqafu, kemudian salah satu dari huruf Ta dibuang sehingga menjadi Talqafu, artinya menelan bulat-bulat مَا يَأْفِكُونَ (benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu) yang mereka sulap dengan ilmu sihir mereka, sehingga tampak seolah-olah tali-temali dan tongkat-tongkat mereka itu berupa ular-ular yang merayap.

Tafsir Ibnu Katsir: di ayat ini disebutkan: فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ (“Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.”) yaitu disambar dan dijangkaunya dari seluruh sudut lalu ditelannya, hingga tidak ditinggalkan sedikitpun. Ini merupakan kejadikan yang sangat besar dan bukti yang amat kuat untuk sebuah alasan serta hujjah yang jelas.

Tafsir Kemenag: Setelah semua pesihir Fir’aun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, yang dalam bayangan orang banyak seakan-akan menjadi ular, maka tibalah giliran Musa. Ketika Musa menjatuhkan tongkatnya yang menjelma menjadi ular sesungguhnya, tiba-tiba ular itu memakan habis ular-ular palsu yang mereka ada-adakan itu.

Dengan demikian jelaslah mana yang benar dan mana yang batil sebagaimana tersebut dalam firman Allah: Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia. (al-A’raf/7: 118). Dan firman-Nya: Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (al-Anbiya’/21: 18).

Tafsir Quraish Shihab: Maka Musa pun melemparkan tongkatnya. Seketika itu juga tongkat itu menjadi ular besar yang menelan semua tali dan tongkat yang mereka palsukan sehingga seolah-olah menjadi ular-ular yang merayap.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 46
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ

Terjemahan: Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah),

Tafsir Jalalain: فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ (Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud) kepada Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: sesungguhnya orang-orang yang dimintakan pertolongan dan dituntut untuk menang, ternyata dikalahkan, tunduk dan beriman kepada Musa pada saat kejadian dan mereka sujud kepada Allah, Rabb semesta alam Yang telah mengutus Musa dan Harun dengan kebenaran dan mukjizat yang menagumkan.

Tafsir Kemenag: Setelah semua pesihir Fir’aun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, yang dalam bayangan orang banyak seakan-akan menjadi ular, maka tibalah giliran Musa. Ketika Musa menjatuhkan tongkatnya yang menjelma menjadi ular sesungguhnya, tiba-tiba ular itu memakan habis ular-ular palsu yang mereka ada-adakan itu. Dengan demikian jelaslah mana yang benar dan mana yang batil sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia. (al-A’raf/7: 118). Dan firman-Nya: Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (al-Anbiya’/21: 18).

Tafsir Quraish Shihab: Menyaksikan hal itu, para ahli sihir segera bersujud kepada Allah. Mereka yakin apa yang dilakukan Musa bukan sejenis sihir.

Baca Juga:  Surah Al-Insan Ayat 23-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Asy-Syu’ara Ayat 47
قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,

Tafsir Jalalain: قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (Mereka berkata, “Kami beriman kepada Rabb semesta alam).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Swt. telah berfirman: Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. (Al-A’raf: 118) sampai dengan firman-Nya: (yaitu) Tuhan Musa dan Harun. (Al-A’raf: 122) Hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat besar yang membuktikan kemenangan mukjizat yang nyata, sekaligus sebagai hujah yang mematikan.

Demikian itu karena orang-orang yang diandalkan oleh Fir’aun untuk dapat menang menjadi kalah dan tunduk serta beriman kepada Musa pada saat itu juga, dan mereka bersujud kepada Allah Tuhan semesta alam yang telah mengutus Musa dan Harun dengan hak dan mukjizat yang cemerlang.

Fir’aun mengalami kekalahan yang fatal yang belum pernah ada kekalahan semisal dengan apa yang dialaminya. Akan tetapi, Fir’aun adalah orang yang sangat kurang ajar terhadap Allah; semoga laknat Allah, para malaikat, dan semua manusia menimpanya. Maka ia dengan rasa angkuh, ingkar, dan sombongnya mulai memutarbalikkan kenyataan, lalu ia mengancam para ahli sihir itu melalui ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:

Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. (Asy-Syu’ara’: 49) Dan firman-Nya: sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini. (Al-A’raf: 123), hingga akhir ayat.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah menyaksikan apa yang terjadi, ahli-ahli sihir Fir’aun itu menyerah kalah. Mereka tersungkur dan lalu bersujud kepada Allah Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahaperkasa, sambil berikrar, “Kami telah beriman kepada Tuhan semesta alam, yaitu Tuhan yang disembah Musa dan Harun.”

Mereka berbuat demikian karena sadar bahwa apa yang mereka perlihatkan kepada orang banyak hanyalah khayalan dan tipuan semata. Adapun apa yang diperlihatkan Musa adalah mukjizat, dan betul-betul bukan sihir. Itu adalah suatu kekuasaan yang jauh lebih unggul dari apa yang mereka ketahui, dan datangnya dari langit untuk memperkuat Musa di dalam pengakuannya sebagai seorang rasul Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka memperkuat kesungguhan sujud mereka dengan berkata, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam.”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 48
رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ

Terjemahan: (yaitu) Tuhan Musa dan Harun”.

Tafsir Jalalain: رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ (Yaitu Rabb Musa dan Harun”) karena mereka mengetahui, bahwa apa yang mereka saksikan dari tongkat Nabi Musa itu bukanlah sihir sebagaimana perbuatan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Swt. telah berfirman: Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. (Al-A’raf: 118) sampai dengan firman-Nya: (yaitu) Tuhan Musa dan Harun. (Al-A’raf: 122) Hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat besar yang membuktikan kemenangan mukjizat yang nyata, sekaligus sebagai hujah yang mematikan.

Demikian itu karena orang-orang yang diandalkan oleh Fir’aun untuk dapat menang menjadi kalah dan tunduk serta beriman kepada Musa pada saat itu juga, dan mereka bersujud kepada Allah Tuhan semesta alam yang telah mengutus Musa dan Harun dengan hak dan mukjizat yang cemerlang.

Fir’aun mengalami kekalahan yang fatal yang belum pernah ada kekalahan semisal dengan apa yang dialaminya. Akan tetapi, Fir’aun adalah orang yang sangat kurang ajar terhadap Allah; semoga laknat Allah, para malaikat, dan semua manusia menimpanya. Maka ia dengan rasa angkuh, ingkar, dan sombongnya mulai memutarbalikkan kenyataan, lalu ia mengancam para ahli sihir itu melalui ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:

Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. (Asy-Syu’ara’: 49) Dan firman-Nya: sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini. (Al-A’raf: 123), hingga akhir ayat.”

Tafsir Kemenag: Setelah semua pesihir Fir’aun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, yang dalam bayangan orang banyak seakan-akan menjadi ular, maka tibalah giliran Musa. Ketika Musa menjatuhkan tongkatnya yang menjelma menjadi ular sesungguhnya, tiba-tiba ular itu memakan habis ular-ular palsu yang mereka ada-adakan itu. Dengan demikian jelaslah mana yang benar dan mana yang batil sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia. (al-A’raf/7: 118). Dan firman-Nya: Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (al-Anbiya’/21: 18).

Tafsir Quraish Shihab: Lalu mereka menegaskan bahwa Tuhan semesta alam yang mereka imani adalah, “Tuhan Musa dan Harun.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 38-48 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S