Surah Saba Ayat 47-50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Saba Ayat 47-50

Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 47-50 ini, diterangkan Nabi Muhammad selanjutnya diminta oleh Allah untuk menegaskan kepada kaum kafir bahwa beliau tidak mengharapkan pamrih apa-apa dari pekerjaannya menyampaikan dakwah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah selanjutnya meminta Nabi Muhammad menegaskan kepada kaum kafir itu bahwa kebenaran telah datang dan kebatilan tidak akan kembali. Maksud kebenaran di sini adalah Islam, sedangkan kebatilan adalah kekafiran.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 47-50

Surah Saba Ayat 47
قُلۡ مَا سَأَلۡتُكُم مِّنۡ أَجۡرٍ فَهُوَ لَكُمۡ إِنۡ أَجۡرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيدٌ

Terjemahan: Katakanlah: “Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ (Katakanlah) kepada mereka! مَا سَأَلۡتُكُم مِّنۡ أَجۡرٍ (“Upah apa pun yang aku minta kepada kalian) atas menyampaikan peringatan dan menyampaikan risalah Rabbku فَهُوَ لَكُمۡ (maka upah itu untuk kalian) maksudnya aku tidak meminta upah apa pun atas hal ini.

إِنۡ أَجۡرِىَ (Upahku tiada lain) tidak lain upahku إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيدٌ (hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”) Maha Menyaksikan dan Maha Mengetahui tentang kebenaranku.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman memerintahkan Rasul-Nya untuk berkata kepada orang-orang musyrik: مَا سَأَلۡتُكُم مِّنۡ أَجۡرٍ فَهُوَ لَكُمۡ (“Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu.”) yaitu, aku tidak menghendaki dari kalian bayaran dan pemberian dalam menyampaikan risalah Allah dan nasehatku pada kalian serta dalam memerintahkan kalian untuk beribadah kepada Allah.

إِنۡ أَجۡرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ (“Upahku hanyalah dari Allah.”) yaitu aku hanya mencari pahalanya dari sisi Allah. وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيدٌ (“Dan Dia Mahamengetahui segala sesuatu.”) yaitu Mahamengetahui seluruh perkara tentang keadaanku dalam menyampaikan berita yang Dia mengutusku untuk menyampaikannya kepada kalian, juga keadaan tentang kalian.

Tafsir Kemenag: Nabi Muhammad selanjutnya diminta oleh Allah untuk menegaskan kepada kaum kafir bahwa beliau tidak mengharapkan pamrih apa-apa dari pekerjaannya menyampaikan dakwah. Kalaupun ada pamrihnya, maka keinginannya hanyalah agar mereka beriman. Dengan beriman, maka keuntungannya akan kembali kepada mereka juga, tidak kepadanya. Ia sendiri hanya mengharapkan pahala dari Allah atas pekerjaannya, bukan keuntungan duniawi.

Pahala itu ia harapkan diterimanya nanti di akhirat, tidak di dunia sekarang ini. Lalu apa lagi alasan mereka tidak menerima seruannya? Bila mereka tidak juga mau beriman, maka mereka perlu mengetahui bahwa Allah menyaksikan segala sesuatu sehingga tidak ada yang luput dari pengetahuan-Nya, baik yang nyata, seperti perbuatan-perbuatan jahat, maupun yang gaib, seperti kekafiran.

Oleh karena itu, bagi yang beriman dan berbuat baik akan dibalasi-Nya dengan surga, dan yang kafir dan berbuat jahat akan diganjari-Nya dengan neraka.

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, “Kebaikan dari pesan-pesan suci yang kusampaikan ini sebenarnya akan terpulang kepada kalian. Tak ada suatu imbalan yang kuharapkan kecuali dari Allah. Sesungguhnya Dia Mahaawas dan Mahacermat atas segala sesuatu.”

Surah Saba Ayat 48
قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ

Terjemahan: Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang ghaib”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ (Katakanlah! “Sesungguhnya Rabbku mewahyukan kebenaran) yakni menyampaikannya kepada nabi-nabi-Nya عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ (Dia Maha Mengetahui segala yang gaib”) semua apa yang gaib dari makhluk-Nya baik yang di langit maupun yang di bumi.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ (“katakanlah: ‘Sesungguhnya Rabbku mewahyukan kebenaran. Dia Mahamengetahui segala yang ghaib.”) seperti firman Allah: “Yang mengutus Jibril dengan [membawa] perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya” (Mu’min: 15). Yaitu mengutus Malaikat kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, penghuni bumi, dan Dia Mahamengetahui hal-hal yang ghaib. Tidak ada satu pun yang berada di langit dan di bumi yang tersembunyi dari-Nya.

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Nabi Muhammad diminta oleh Allah menegaskan kepada kaum kafir bahwa Allah selalu melontarkan kebenaran, yaitu menanamkan wahyu-Nya, ke dalam hati para rasul-Nya. Hal itu juga sebagaimana difirmankan-Nya dalam Ayat lain:

(Dialah) Yang Mahatinggi derajat-Nya, yang memiliki Arsy, yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat). (al-Mu’min/40: 15)

Rasul-rasul itu adalah orang-orang yang dipilih Allah. Ia Maha Mengetahui siapa yang pantas untuk dipilih-Nya. Dengan demikian, manusia tidak berwenang mempersoalkannya, sebagaimana difirmankan-Nya:

Dan apabila datang suatu Ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan. (al-An’am/6: 124)

Karena wahyu itu dari Allah dan yang menerimanya adalah orang-orang yang terpilih, maka rasul-rasul itu pasti pula benar. Begitu juga ajaran-ajaran yang disampaikannya, sehingga manusia tidak selayaknya membantahnya.

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah kepada mereka, “Sesungguhnya Tuhanku telah melontarkan kebenaran ke arah kebatilan sehingga kebatilan itu musnah. Dia Maha Mengetahui semua kegaiban sehingga tidak ada satu rahasia pun yang luput dari pengawasan-Nya.”

Surah Saba Ayat 49
قُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَمَا يُبۡدِئُ ٱلۡبَٰطِلُ وَمَا يُعِيدُ

Terjemahan: Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ (Katakanlah, “Kebenaran telah datang) yakni agama Islam وَمَا يُبۡدِئُ ٱلۡبَٰطِلُ (dan yang batil itu tidak akan memulai) kekafiran itu tidak akan memulai وَمَا يُعِيدُ (dan tidak pula akan mengulangi”) tidak akan ada bekasnya lagi.

Tafsir Ibnu Katsir: قُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَمَا يُبۡدِئُ ٱلۡبَٰطِلُ وَمَا يُعِيدُ (“Katakanlah: ‘Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak [pula] akan mengulangi.”) yaitu telah datang kebenaran dan syariat yang agung dari Allah, serta hilang hancur dan musnahlah kebathilan.

Untuk itulah ketika Rasulullah memasuki Masjidilharam pada hari Fathu Makkah [Pembebasan Kota Makkah] dan beliau menemukan berhala-berhala didirikan di sekitar ka’bah. Beliau merusak salah satu dari berhala itu dengan tangkai panahnya dan membaca: “Wa qul jaa-al haqqu wa zaHaqal baathilu innal baathilu kaana zaHuuqan (“Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap.’ Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”)(al-Israa’: 81)

قُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَمَا يُبۡدِئُ ٱلۡبَٰطِلُ وَمَا يُعِيدُ (“Katakanlah: ‘Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak [pula] akan mengulangi.”) (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa-i tentang Ayat ini dari Ibnu Mas’ud) Yaitu kebathilan tidak lagi memiliki suara, kekuasaan ataupun kalimat, wallaaHu a’lam.

Baca Juga:  Surah Al-Isra' Ayat 82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah selanjutnya meminta Nabi Muhammad menegaskan kepada kaum kafir itu bahwa kebenaran telah datang dan kebatilan tidak akan kembali. Maksud kebenaran di sini adalah Islam, sedangkan kebatilan adalah kekafiran.

Kebenaran apabila sudah datang maka kebatilan itu akan dihancurkannya sampai lumat, sebagaimana firman Allah:

Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. Dan celaka kamu karena kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya) (al-Anbiya’/21: 18)

Dengan demikian kebatilan akan sirna bila datang kebenaran, dan kebenaran itu akan menang Firman Allah:Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (al-Isra’/17: 81)

Kemenangan kebenaran akan membuat kebatilan tidak akan muncul lagi, baik dalam bentuk baru atau bentuk semula. Kembali dalam bentuk baru yaitu matinya kebatilan yangdigantikan kebatilan lainnya. Kembali dalam bentuk semula, yaitu hidupnya kembali kebatilan yang sudah mati itu.

Contoh kemenangan kebenaran itu adalah penguasaan kota Mekah dimana Nabi Muhammad memasuki Masjidil Haram dan menghancurleburkan berhala-berhala yang ditempatkan kaum kafir Mekah di sekeliling dan di dalam Ka’bah. Sebuah hadis menginformasikan hal itu:

Ketika Rasulullah memasuki Masjidil Haram pada hari penaklukan Mekah dan menemukan banyak berhala terpancang di sekeliling Ka’bah, beliau menusuk satu berhala di antara berhala-berhala itu dengan ujung panahnya dan membaca, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap, sesungguhnya yang batil itu sesuatu yang pasti lenyap,” dan seterusnya membaca Ayat 49 ini. (RiwAyat al-Bukhari dan Muslim)

Setelah pengislaman kota Mekah, suku-suku di seluruh Jazirah Arab menyatakan keislaman mereka satu demi satu. Kemudian Islam terus berkembang ke seluruh dunia, dan akan terus berjaya sampai hari kiamat.

Dengan demikian, kemenangan kebenaran dan kehancuran kebatilan hanya terwujud dengan perjuangan, sebagaimana Nabi Muhammad, para sahabat, dan para pemimpin sesudah mereka berjuang. Di akhirat nanti, Islam itu pasti benar dan kekafiran itu pasti salah.

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah kepada mereka, “Islam telah muncul. Dengan kemunculannya, kebatilan tak dapat lagi dijadikan sebagai sarana untuk menolak kebenaran. Sarana-sarana sebelumnya pun tak dapat lagi melakukan hal itu.”

Surah Saba Ayat 50
قُلۡ إِن ضَلَلۡتُ فَإِنَّمَآ أَضِلُّ عَلَىٰ نَفۡسِى وَإِنِ ٱهۡتَدَيۡتُ فَبِمَا يُوحِىٓ إِلَىَّ رَبِّىٓ إِنَّهُۥ سَمِيعٌ قَرِيبٌ

Terjemahan: Katakanlah: “Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ إِن ضَلَلۡتُ (Katakanlah! “Jika aku sesat) dari kebenaran (maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri) yakni dosa kesesatanku ditanggung oleh diriku وَإِنِ ٱهۡتَدَيۡتُ فَبِمَا يُوحِىٓ إِلَىَّ رَبِّىٓ (dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Rabbku kepadaku) berupa Alquran dan Hadis Hikmah. إِنَّهُۥ سَمِيعٌ (Sesungguhnya Dia Maha Mendengar) Maha mengabulkan doa قَرِيبٌ (lagi Maha Dekat.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُلۡ إِن ضَلَلۡتُ فَإِنَّمَآ أَضِلُّ عَلَىٰ نَفۡسِى وَإِنِ ٱهۡتَدَيۡتُ فَبِمَا يُوحِىٓ إِلَىَّ رَبِّىٓ (“Katakanlah: ‘Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat atas kemudlaratan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Rabbku kepadaku.”) yaitu seluruh kebaikan itu hanya dari sisi Allah dan milik-Nya. Dan wahyu serta kebenaran nyata yang diturunkan dari Allah mengandung hidayah, penjelasan dan petunjuk. Barangsiapa yang sesat, berarti dia sesat karena dirinya sendiri.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 1-2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sebagaimana perkataan ‘Abdullah bin Mas’ud ketika ditanya tentang masalah mufawwidhah, beliau berkata: “Aku mengatakan dalam hal ini dengan pendapatku. Jika itu benar, maka itu dari Allah. Dan jika keliru maka itu dari diriku dan dari syaithan. Sedangkan Allah dan Rasul-Nya bebas dari hal itu semua.”

Firman Allah: إِنَّهُۥ سَمِيعٌ قَرِيبٌ (“Sesungguhnya Dia Mahamendengar lagi Mahadekat.”) yaitu Mahamendengar seluruh perkataan hamba-Nya serta Mahadekat memperkenankan doa orang yang berdoa kepada-Nya.
An-Nasa’i di sini meriwAyatkan hadits Abu Musa yang terdapat di dalam ash-Shahihain:

“Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Rabb yang tuli dan jauh. Akan tetapi kalian berdoa kepada Rabb yang Mahamendengar, Mahadekat lagi Mahamemperkenankan [doa].”

Tafsir Kemenag: Terakhir, Allah memerintahkan Nabi saw menyampaikan kepada kaum kafir bahwa seandainya ia salah, maka kesalahan itu dari dirinya sendiri. Tetapi bila ia benar, maka kebenaran itu diperolehnya dari Allah.

Ayat ini memperlihatkan tanggung jawab yang besar dari Nabi Muhammad. Beliau bertanggung jawab atas seluruh isi dakwah yang beliau sampaikan. Bila ia salah dalam ajaran-ajaran yang disampaikannya, maka ia akan mempertanggungjawabkan sendiri kesalahan itu, tidak akan membawa-bawa umatnya. Tetapi tidak mungkin apa yang beliau sampaikan itu salah, karena semuanya dari Allah, tidak ada yang beliau tambah-tambah atau kurangi.

Oleh karena itu, tanggung jawab beliau itu adalah untuk menunjukkan bahwa yang beliau sampaikan itu sangat benar. Dengan demikian, orang-orang kafir itu tidak perlu meragukannya dan seyogyanya beriman.

Bila manusia beriman, maka Allah mendengarnya. Bila mereka menyembah-Nya, Ia mengetahui dan akan menerimanya. Bila hamba-Nya berdoa, maka doanya itu akan dikabulkan-Nya. Hal itu karena Ia Maha Mendengar, Ia juga sangat dekat dengan manusia. Bagaimana dekatnya Allah dengan manusia sehingga Ia mendengar bisikan hatinya dalam bentuk iman atau kafir dan mengabulkan doa orang yang berdoa, dilukiskan Ayat berikut:

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf/50: 16)

Dalam Ayat lain Allah berfirman:Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (al-Baqarah/2:186)

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah kepada mereka, “Jika aku menyalahi kebenaran, maka kerugian akan menimpa diriku sendiri. Jika aku mendapatkan petunjuk, hal itu karena adanya petunjuk Tuhanku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar segala ucapanku dan ucapan kalian. Dia pun Mahadekat dengan diriku dan diri kalian.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Saba Ayat 47-50 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S