Syekh Datuk Kahfi, Ulama Asal Malaka Penyebar Islam di Cirebon

syekh datuk kahfi

Pecihitam.org – Makam Syekh Datuk Kahfi terletak di puncak Gunung Jati yang dipisahkan dengan jalan besar dari Gunung Sembung tempat Makam Sunan Gunung Jati. Gelar Syekh Datuk Kahfi yang disandangnya adalah gelar warisan dari kakeknya, yaitu Syekh Datuk Isa Tuwu al-Malaka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ayah Syekh Datuk Kahfi yang bernama Syekh Datuk Ahmad, saudara kandung Syekh Datuk Saleh, ayahanda Syekh Datuk Abdul Jalil atau Syekh Siti Jenar, yang menjadi penyebar Islam di Dukuh Lemah Abang Cirebon.

Silsilah Syekh Datuk Kahfi yang dirangkum dari naskah Nagarakretabhumi, Carita Purwaka Caruban Nagari, dan Babad Cerbon menunjukkan bahwa tokoh penyebar Islam di Gunung Amparan Jati Cirebon itu bernasab kepada Nabi Muhammad Saw. urutan-urutan silsilahnya dari atas adalah sebagai berikut:

• Nabi Muhammad Saw
• Sayyidah Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib
• Imam Husain
• Imam Ali Zainal Abidin
• Muhammad al-Baqir
• Imam Ja’far ash-Shadiq
• Ali al-Uraidi
• Muhammad al-Naqib
• Isa al-Rumi
• Ahmad al-Muhajir
• Ubaidillah
• Alawi
• Muhammad
• Alawi
• Ali Khali’ Qosam
• Muhammad Shahib al-Mirbath
• Sayyid Alawi
• Sayid Abdul Malik al-Gujarati
• Sayid Amir Abdullah Khanaddin
• Sayid Abdul Qadir
• Syaikh Datuk Isa Tuwu Malaka
• Syaikh Datuk Ahmad
• Syaikh Datuk Kahfi

Baca Juga:  Mengenal Imam Al Qurthubi Sang Mufassir Kelahiran Andalusia

Naskah Nagarakretabhumi sarga IV memaparkan bahwa Syekh Datuk Kahfi sewaktu muda meninggalkan negeri kelahirannya di Malaka untuk menuntut ilmu di Baghdad. Di Baghdad, ia menikah dengan salah seorang bibi Sultan Sulaiman yang bernama Syarifah Halimah.

Karena semangatnya untuk menyebarkan Islam sangat besar, Syekh Datuk Kahfi pergi meninggalkan Baghdad menuju ke Jawa yang penduduknya belum memeluk agama Islam.

Ia memilih pangkalan dakwah di Gunung Amparan Jati yang tidak jauh dari pelabuhan Muara Jati yang masuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Di Gunung Amparan Jati, ia menyampaikan dakwah Islam dengan menerima murid dari berbagai kalangan.

Diantara murid-muridnya yang terkenal adalah Pangeran Walang Sungsang dan Nyai Lara Santang. Keduanya adalah putra Prabu Siliwangi Raja Pajajaran dari hasil pernikahan dengan Nyai Subanglarang putri Ki Gedeng Tapa yang menjadi murid Syekh Hasanuddin Qura Karawang.

Melalui pendekatan bersifat persuasif, Syekh Datuk Kahfi menanamkan akar dakwah dengan sangat hati-hati. Dikisahkan, sewaktu Pangeran Walangsungsang telah selesai menuntut ilmu selama tiga tahun, Syekh Datuk Kahfi memintanya untuk memimpin santri-santri yang lain untuk membuka hutan di Kebon Pesisir guna dijadikan hunian baru.

Baca Juga:  Syekh Datuk Kahfi dan Syekh Maulana Akbar; Penyebar Islam di Pesisir Utara Pulau Jawa

Setelah berhasil menjadikan bekas hutan tersebut sebagai hunian, dinamakanlah hunian baru itu Caruban Larang. Disitu dibangunlah tajug (masjid) sebagai pusat kegiatan agama penduduk.

Atas keberhasilan memimpin pembukaan hunian baru yang dinamakan Caruban Larang, Pangeran Walangsungsang oleh Syekh Datuk Kahfi dianugerahi nama Ki Samadullah. Atas kesepakatan, Ki Danusela yang merupakan pejabat Kerajaan Pajajaran diangkat menjadi kuwu Caruban Larang dan digelari nama Ki Gedeng Alang-alang.

Ki Samadullah sendiri diangkat menjadi pangraksa bumi. Bermula dari dusun kecil hasil membabat hutan, Caruban Larang kemudian berkembang menjadi tempat hunian yang besar karena menarik banyak penduduk baru dari berbagai tempat untuk tinggal di situ.

Seiring tumbuhnya Caruban Larang sebagai hunian baru, Syeikh Datuk Kahfi meminta Ki Samadullah untuk menunaikan ibadah haji. Sewaktu Ki Samadullah kembali dari haji, ia menikah dengan putri Ki Danusela yang bernama Nyi Indang Geulis.

Tak lama setelah Ki Danusela wafat, Ki Samadullah diangkat menjadi pengganti kedudukan mertuanya itu sebagai penguasa Caruban Larang. Bahkan, dengan kedudukan sebagai putra Prabu Siliwangi, Ki Samadullah membangun keraton untuk pusat kekuasaan dan diangkat menjadi Raja Caruban Larang.

Baca Juga:  Syaikh Wahbah al Zuhaili, Ulama Kontemporer Ahli Fiqih dan Tafsir

Prabu Siliwangi yang mengetahui bahwa penguasa baru di Caruban Larang adalah putranya, mengirim perutusan dibawah pimpinan Tumenggung Jagabaya guna menyerahkan tanda keprabuan kepada putranya tersebut.

Dengan anugerah tanda keprabuan itu, Ki Samadullah resmi dikukuhkan sebagai penguasa Caruban Larang dengan gelar Sri Mangana.

Syekh Datuk Kahfi tidak saja berjasa besar dalam mengambil peranan menjadikan Pangeran Walangsungsang menjadi penguasa muslim pertama di Jawa, melainkan berperan besar dalam mendidik santri-santrinya menjadi tokoh-tokoh penyebar dakwah Islam yang terkenal.

Di antara sejumlah tokoh penyebar Islam yang pernah belajar di pesantren Amparan Jati asuhan Syekh Datuk Kahfi yang kelak dikenal sebagai anggota Wali Songo adalah Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang, Masaeh Munat atau Sunan Drajat, Raden Syahid atau Sunan Kalijaga. Wallahu A’lam.

Sumber : Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto.