Tahapan Mendidik Anak Dari Segi Umurnya

Tahapan Mendidik Anak Dari Segi Umurnya

PeciHitam.org – Setelah sebelumnya membahas cara mendidik anak secara Islami, kali ini penulis akan membahas tentang tahapan mendidik anak dari segi umurnya (si anak). Sudah tahukah perihal tahapan ini? Berikut pemaparannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta memahami Islam secara baik. Allah menegaskan agar kita tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik secara fisik disebabkan kurang gizi dan kurang perawatan kesehatan, lemah mental berupa kurang pendidikan agama, lemah keterampilan sehingga kurang dapat memberdayakan dirinya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonominya, maupun kelemahan lainnya.

Mendidik anak bukan hanya menambahkan pengetahuan kepada anak, namun juga mengarahkannya agar memiliki akhlak yang baik.

Adapun Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menjelaskan tahapan mendidik anak dari segi umurnya. Menurutnya, hal ini penting dipertimbangkan agar bisa mencetak generasi yang baik.

“Membangun karakter bangsa hingga menjadi khoiro ummah dimulai dari mana? Dimulai ketika anda berhubungan suami istri, ketika istri mengandung, Ketika anak lahir hingga usia 7 tahun, saat 7 tahun kedua, dan 7 tahun ketiga. Ikuti penjelasannya dengan hati yang terbuka dan ikhlas,” jelas Kiai Luqman dikutip NU Online, (6/11) lewat twitternya.

Baca Juga:  Renungan: Musibah Mana yang Lebih Besar daripada perginya Bulan Ramadhan ?

Menurutnya, mungkin seseorang tidak terbayang saat berhubungan suami istri, mereka harus mempunyai wudhu dan terus berdzikir dalam hati.

“Tapi dari sanalah bila Allah menakdirkan jadi bayi, bahan bakunya sudah berdzikir, semuanya berdzikir. Ia lahir jadi putra dan putri suci yang penuh spirit dzikir. Dahsyat!” ucap Direktur Sufi Center Jakarta ini.

Kiai Luqman menjelaskan tahap-tahap yang perlu dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anak berdasar pengelompokkan umur sebagai berikut:

Tujuh Tahun Pertama

Ajari bayi anda bicara dengan menyebut asma (nama-nama) Allah. Kata pertama yang ia ucapkan bukan mama, papa, tapi Allah beserta asmaul husnanya. Orang tua harus selalu mendoakan si bayi agar ia jadi Shaleh dan Salehah, beri contoh dalam bentuk kata-kata, tindak kebajikan, bacaan shalat, di hafal surat pendek. Sentuh penuh kasih. Jangan sampai ada unsur kekerasan.

Baca Juga:  Arus Besar Metode Ushul Fiqih dalam Islam

Tujuh Tahun Kedua

Ajari anak shalat, syarat dan rukun yang benar. Usia 7-10 tahun sedang dicetak karakternya, hati-hati jangan ada kekerasan fisik dalam mendidiknya. Tiga tahun ini sangat menentukan perilaku anak kedepannya. Di usia 10 tahun ke atas boleh ada pemukulan yang mendidik tapi tidak berniat melukai, jangan sampai membuat akhlaknya menyimpang hingga baligh akibat terlalu sering dipukul.

Tujuh Tahun Ketiga

Memasuki usia baligh karakter sudah jadi atau terbentuk. Anda didik penuh dengan unsur interaktif dialogis (obrolan dua arah), jangan sampai doktriner. Usia remaja ialah usia dimana si anak sedang mencari jati dirinya, maka ajak dialog terbuka dengan telaah pandangan agama yang benar, pandangan para ulama yang bermacam-macam, tidak bersifat monolog hingga usia 21 tahun ia sarjana.

Adapun buat ibu sang masih menyusui, “Coba para ibunda ketika menyusui sembari detak jantungnya Allah Allah si bayi akan mengkonsumsi ASI yang berdzikir,” ujar Kiai Luqman menandaskan.

Baca Juga:  Tunggu Apa Lagi? Sambutlah Kehadiran Nabi dengan Berdiri Saat Mahallul Qiyam

Demikianlah penjelasan tentang tahapan mendidik anak dari segi umurnya. Memahami perihal tahapan ini diperlukan supaya anak tersebut tak menjadi hamba yang jauh dari Allah. Tahapan-tahapan yang dipaparkan oleh kiai Luqman ini diharapkan berguna tidak bagi orang tua saja akan tetapi juga anaknya.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *