Begini Ketentuan Takbiran pada Hari Raya Id, Umat Islam Harus Tahu

Ketentuan Takbiran pada Hari Raya Id

Pecihitam.org – Umat Islam dalam satu tahun ada dua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Kedua hari raya itu disebut dengan hari Id. Dalam agama Islam, di anjurkan takbiran atau memperbanyak membaca takbir pada hari Raya Id tiba, baik di mesjid, mushalla, atau di jalan-jalan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebenarnya bukan takbiran saja yang di anjurkan pada hari raya Id, tetapi ada beberapa ibadah lain yang disunnahkan juga, seperti shalat Id sebagaimana telah saya uraikan secara ringkas dan jelas pada artikel “Shalat Id; Hukum, Waktu dan Tata Cara Pelaksanaannya?”. Silahkan dirujuk di artikel tersebut untuk mengetahui hukum dan kaifiyat shalat Id dalam Mazhab Syafii.

Takbir ada dua macam: takbir mursal dan takbir muqayyad. Takbir mursal adalah takbir yang dibaca pada hari Id yang bukan setelah mengerjakan shalat lima waktu. Adapun takbir muqayyad adalah takbir yang dibaca pada hari Id yang mengiringi setelah mengerjakan shalat lima waktu.

Hukum takbiran pada hari raya Id itu, baik takbir mursal atau takbir muqayyad adalah sunnah bagi laki-laki dan perempuan, bagi orang yang tidak bepergian dan yang bepergian.

Baca Juga:  Tawassul Menurut Pandangan Ahlussunnah Wal Jamaah

Takbir boleh digemuruhkan di rumah-rumah, di jalan-jalan, di masjid-masjid dan di pasar-pasar. Maka tradisi di Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh setiap malam Id, pemerintah mengadakan pawai takbir adalah sunnah dalam Mazhab Syafii. Sebagaimana disarikan dari kitab Fath al-Qarib Syarh Matn al-Ghayah wa al-Taqrib, Bairut, hal. 336.

Waktu disyariatkan bertakbir pada hari idul fitri adalah semenjak terbenam matahari hari terakhir puasa Ramadhan atau malam idul fitri hingga masuk imam shalat idul fitri dalam salat. Dalil yang menunjukkan waktu ini adalah firman Allah taala dalam surat al-Baqarah ayat 185:

ولتكملوا العدة ولتكبروا الله

“Hendaklah mereka menyempurnakan bilangan dan hendaklah mereka bertakbir kepada Allah”.

Dan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ummu Athiyah:

كنّا نؤمر في العيدين بالخروج حتى تخرج الحيض فيكنّ خلف الناس يكبرن بتكبيرهم

“Kami diperintahkan pada hari Id keluar sehingga keluar juga wanita yang berhaid, mereka dibelakang manusia bertakbir dengan takbir mereka”.

Adapun waktu disyariatkan membaca takbir pada hari idul adha adalah dari setelah mengerjakan salat Subuh hari Arafah hingga setelah salat Asar pada akhir hari Tasyriq.

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Melantunkan Puji-pujian di Masjid Sebelum Shalat Berjamaah?

Maka takbir pada hari idul adha adalah hanya takbir muqayyad saja. Dan takbir pada hari idul fitri ada takbir mursal dan ada takbir muqayyad. Karena itu, pawai takbir layak dilaksankan pada malam idul fitri saja.

Dalil yang menunjukkan atas ketentuan waktu takbir idul adha di atas adalah hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Hakim dengan sanad sahih:

ان النبي صلى الله عليه وسلم كان يجهر في المكتوبات ببسم الله الرحمن الرحيم وكان يقنت في صلاة الفجر وكان يكبر من يوم عرفة صلاة الغداة ويقطعها صلاة العصر آخر ايام التشريق

“Nabi saw membaca basmalah dengan jahar pada salat-salat wajib dan beliau membaca qunut pada salat subuh, beliau juga membaca takbir pada hari Arafah hingga akhir hari tasyriq setelah salat Asar”.

            Mengenai takbir muqayyad, tidak hanya setelah salat lima waktu saja disyariatkan. Tetapi setelah salat sunat rawatib, salat sunat mutlak, salat janazah dan salat qadha juga disyariatkan baca takbir muqayyad.

Adapun lafaz takbir yang lebih baik berdasarkan kitab Nihayatu al-Zain, hal. 128 karya Imam Nawawi al-Jawi adalah:

الله اكبر الله اكبر اللهُ اكْبَرُ، لاَ الهَ الاّ اللهُ و اللهُ اكْبَرُ، اللهُ اكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ، اللهُ اكْبَرُ كَبِيْراً والحَمْدُ للهِ كَثِيْراً وسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً لاَ الَهَ الاّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ الاَّ ايَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لاَ الهَ اِلاَّ اللهُ وحْدَه صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَه وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وحْدَه

Baca Juga:  Kemenag Terbitkan Surat Edaran Soal Protokol Shalat Idul Adha, Ini Poinnya

Dianjurkan setelah membaca takbir di atas maka membaca salawat atas nabi saw sekali, lalu mengulang lagi dari takbir dan ditutup dengan salawat lagi, seperti itu terus hingga berhenti. Wallahu a’lam wa muwafiq ila aqwami al-thariq.

Disarikan dari:

  • Kitab Matn al-Ghayah wa al-Taqrib
  • Kitab Fath al-Qarib Syarh Matn al-Ghayah wa al-Taqrib
  • Kitab al-Tadhhib fi Adillah Matn al-Ghayah wa al-Taqrib.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *