Kisah Ummu Mahjan, Marbot Masjid Perempuan di Masa Rasulullah Saw

ummu mahjan

Pecihitam.org – Marbot masjid adalah panggilan untuk orang yang rutin mengurus masjid. Pekerjaan mengurus masjid dinilai tidak bergengsi. Tapi, Rasulullah Saw. justru sangat memuliakan marbot masjid dan tidak memandang dengan sebelah mata. Pada masa Rasulullah Saw., ternyata ada seorang marbot masjid perempuan. Lantas, bagaimana kisahnya?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Biasanya, marbot masjid adalah seorang laki-laki. Tapi di masa Rasullah Saw. hidup, justru ada sahabat perempuan yang menjadi marbot masjid. Marbot masjid perempuan tersebut dikisahkan dalam sebuah hadits. Kisah ini menandakan bahwa sebenarnya tidak hanya laki-laki saja yang bisa menjadi marbot masjid. Tapi perempuan pun sangat bisa menjalani profesi tersebut.

Kitab Sahih al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah, dikisahkan bahwa di masa Nabi Muhammad Saw. tersebutlah seorang perempuan hitam yang mengurus masjid Nabawi. Saat itu, orang-orang biasa menyebutnya dengan panggilan Ummu Mahjan. Setiap hari, Ummu Mahjan rajin menyapu dan membersihkan masjid Nabawi.

Pekerjaannya memang sangat sederhana, tapi ia terus istiqomah menjalaninya setiap hari. Pada suatu hari, Ummu Mahjan jatuh sakit. Rasulullah Saw. kemudian berpesan “Jika ia meninggal dunia, maka jangan kuburkan ia sebelum aku menyalatkannya”.

Baca Juga:  4 Pesan Moral Dibalik Kisah Nabi Ismail AS

Mengharukan, Ummu Mahjan akhirnya wafat pada malam hari sebab sakit yang dideritanya ternyata parah. Kemudian, para sahabat mendatangi kediaman Rasulullah Saw. ba’da Isya dan ternyata beliau sudah terlelap. Akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak memberitahukan Rasulullah Saw. sebab khawatir mengganggu istirahat Rasulullah Saw.

Alasan lainnya adalah ternyata mereka tidak menganggap Ummu Mahjan sebagai orang yang penting. Mereka beranggapan tidak akan ada apa-apa apabila tidak mengabarkannya kepada Nabi Muhammad Saw. Para sahabat pun akhirnya langsung menguburkan Ummu Mahjan di daerah Baqi al-Gharqad.

Beberapa hari berlalu dan Rasulullah Saw. merasa heran sebab tak lagi bertemu dengan perempuan yang biasanya membersihkan masjid Nabawi. Rasulullah Saw. kemudian bertanya tentang keberadaan marbot masjid perempuan tersebut kepada para sahabat.

Para sahabat pun menjawab dan mengabarkan bahwa Ummu Mahjan telah wafat beberapa hari yang lalu. Betapa kagetnya Rasulullah Saw. mendengar kabar itu. Wajah Rasulullah Saw. tampak menahan marah dan berkata “Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku?”

“Ya Rasul, kami takut mengganggu engkau”, jawab para sahabat. Beliau pun berkata lagi, “Tunjukkan kepadaku di mana letak kuburannya.” Para sahabat mengantar Rasulullah Saw. menuju makam Ummu Mahjan. Begitu sampai, Rasulullah Saw. kemudian berdiri di dekat makamnya dan melaksanakan shalat ghaib Ummu Mahjan.

Baca Juga:  Abu Nawas dan Gembok Makamnya yang Sebesar Ember

Rasulullah Saw kemudian bersabda “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini telah dipenuhi kegelapan bagi penghuninya. Dan Allah Swt. benar-benar akan memberikan mereka cahaya karena shalat yang aku lakukan atas mereka.”

Dari kisah tersebut, ada hikmah yang bisa ambil. Pertama, perempuan di masa Rasulullah Saw. tidak hanya berdiam diri di rumah. Marbot juga bersosialisasi, bekerja di ruang publik, dan berkhidmah untuk agamanya, meskipun diwujudkan dengan perbuatan kecil seperti mengurus masjid.

Kedua, Rasulullah Saw. sangat memuliakan orang-orang yang mengurus masjid, bahkan sekalipun hanya seorang perempuan hitam. Pada masa itu, orang berkulit hitam seringkali dipandang sebagai kasta rendah, terbukti dari perlakuan para sahabat yang tidak mengabarkan kematiannya kepada Nabi Muhammad Saw.

Perbuatannya, Nabi Muhammad Saw telah berupaya menghapuskan kasta dari budaya Arab. Beliau mengajarkan tentang asas persamaan. Pandangan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah Swt. dan yang membedakan hanyalah iman dan takwa selama hidup di dunia.

Baca Juga:  Turunnya Nabi Isa AS Diakhir Zaman

Ketiga, orang yang dishalati oleh Rasulullah Saw. akan mendapatkan cahaya di dalam kuburnya. Tak sembarang orang dishalati oleh Rasulullah Saw. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah Swt. melarang Nabi Muhammad Saw untuk menyalati orang munafik dan orang yang bunuh diri. Betapa beruntungnya marbot masjid perempuan di masa Rasulullah Saw.

Shalat Rasulullah Saw. kepada Ummu Mahjan menunjukkan bahwa marbot masjid perempuan adalah orang baik dan juga mulia. Rasulullah Saw. bahkan rela datang ke kuburan Ummu Mahjan dengan berjalan kaki demi menyalati dan mendoakannya. Rasulullah Saw. berlaku demikian lantaran menghormati keistiqomahan dan keikhlasannya membersihkan rumah Allah Swt., yang bernama Masjid Nabawi. Wallahu a’lam.

Ayu Alfiah