Persamaan Duo Wahabi Muhammad Ibn Abdul Wahab dengan Ibn Taimiyah

wahabiyah

Pecihitam.org – Muhammad Ibn Abdul Wahab adalah saudara kandung dari Syaikh Sulaiman Ibn Abdulwahab. Beliau (Syaikh Sulaiman) ini telah menyusun sebuah kitab yang berisi bantahan terhadap adiknya Muhammad yang berjudul : Fash al-khitab fi radd ‘ala Muhammad Ibn Abdulwahab.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Demikian juga Syaikh Ahmad Zaini Dahlan yang menulis Fitnah al-wahabiyah, Syaikh Ibnu Abidin al Hanafi dalam Hasyiyyah Raddu al-Mukhtar, Syaikh Muhammad Sulaiman al-Kurdi sebagaimana dikutip oleh pengarang kitab al-Futuhat Islamiyah.

Syaikh Sulaiman al-Humaid an Najdi mufti mazhab Hanafi di Mekkah al-Mukarramah dalam kitabnya as-Suhubul Wabilah ‘Ala Dharaih al-Hanabilah dan Syaikh Ridwan al- ‘Adl Bibars as Syafi’i dalam kitabnya Raudhatul Muhtajin li Ma’rifati Qawa’id ad-din, Syaikh Taufik Suqiyah al-Dimasyqi dalam kitabnya Tabyinu al-Haq wa as-Shawwab bir Raddi ‘ala Muhammad Ibn Abdulwahab dan Syaikh Mustafa as-Syatti dalam kitabnya an-Nuqul as-Syar’iyyah fi ar Raddi ‘ala al Wahabiyyah dan syaikh Abdul Qadir Ibn Muhammad Ibn Salim al-Kailani dalam kitabnya yang bernama an-Nafhah az-Zakiyah fi ar-Raddi ‘ala Syubhi al- Wahabiyyah.[1]

Setelah kita melihat beberapa orang ulama yang sudah berusaha mengabarkan dan membantah ajaran Wahabi. Ini menunjukkan bahwa para ulama pada masanya sepakat bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad Ibn Abdulwahab bukanlah ajaran Islam yang Hanif. Meskipun mereka mengatakan pemurnian tauhid yang menurut mereka umat Islam sudah tersesat sejak 600 tahun setelah baginda Rasulullah wafat.

Sebagaimana penulis nukilkan bahasa yang diungkapkan Syaik Ahmad Zaini Dahlan dalam kitabnya Fitnah al-Wahabiyyah dan dalam kitab ini beliau menyebut Muhammad dengan sebutan al-Khabist (si Busuk). Sungguh sangat ironis manusia yang melupakan dan tidak belajar bagaimana mereka mendidirikan ajaran ini dengan darah umat Islam di tanah Haram.

Ajaran mereka saat ini memang sudah menjadi gerakan Internasional dan terstruktur. Maka dari itu tak heran bila setiap tahun Negara Arab Saudi selalu membuka beasiswanya untuk mahasiswa dari seluruh dunia dengan full scholarship supaya jaringan mereka kuat di belahan dunia mana saja untuk menjalankan agenda “meng-wahabikan dunia”.

Dan satu hal yang perlu dicatat oleh kaum muslimin adalah: “Di mana saja ada wahabi di sana ada perang”. Ini mengindikasikan bahwa ajaran yang mereka bawa adalah “Takfiri” (menuduh kafir orang Islam) dan pantas kita menyebutnya “Neo-Khawarij” yaitu Khawarij zaman modern mengapa? Karena perspektif mereka sama dan memiliki relasi yang kuat seperti mereka suka mencela siapa saja yang menyalahi mereka.

Ulama pada masa sekarang yang juga membantah Muhammad si Busuk ini adalah Syaikh Abdullah al-Harari (w. 2008) dalam kitabnya al-Maqalat as-Sunniyah fi Kasyfi Dhalalat Ahmad Ibn Taymiyah dan kitab beliau yang bernama Sirathal al-Mustaqim yang menguraikan penyimpangan mereka dalam menafsirkan ayat-ayat mustasyabihat.

Sedangkan Ibn Taymiyah cukup kita menilainya dengan apa yang dikatakan oleh Imam as-Subki[2] dalam kitabnya ar-Rasail as-Subkiyyah fi ar-Raddi ‘ala Ibn Taymiyah dan muridnya Ibn Qayyim al-Jauziyah:” Dia Ibn Taymiyyah dipenjara dengan kesepakatan para ulama dan para penguasa”,

Baca Juga:  Membantah Pendapat Wahabi Tentang Larangan Melagukan Al-Quran

Kemudian beliau mengatakan,” Sesungguhnya dia (Ibn Taymiyyah) menyalahi ijma’ lebih dari 60 masalah dalam masalah ushul dan furu’, diantaranya adalah: pengharaman terhadap ziarah kubur Nabi Muhammad SAW, kedua, menisbatkan arah, batasan, tempat dan duduk terhadap Allah SWT. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan dan kekufuran”.

Apabila kita melihat sepintas perkataan-perkataan Wahabiyah dan kesesatannya maka kita mendapatkan kesimpulan bahwa mereka telah membikin agama baru, akan tetapi mereka berkedok dibalik nama Islam. Diantara pendapat mereka yang menyalahi ajaran Islam adalah:

  1. Mengingkari kenabian Adam AS, Syits dan Idris.
  2. Mengkafirkan Siti Hawa.
  3. Mengatakan alam Azali .
  4. Mengatakan neraka fana.
  5. Menyerupakan Allah dengan MakhlukNya.
  6. Mengatakan Allah  jisim.
  7. Menetapkan anggota badan bagi Allah, memiliki batasan, tempat dan arah.
  8. Menisbatkan duduk dan sifat-sifat makhluk bagi Allah.[3]

Disinilah letak relasi dan persamaan perspektif antara Wahabi dengan Ibn Taymiyah walau memang mereka tidak hidup pada zaman yang sama, yaitu mereka sama-sama mengharamkan ziarah kubur Nabi dan menetapkan sifat baharu pada Allah SWT.

Maka dari itu as-Subki bukan sendiri yang mengatakan keyakinan secamam ini kafir banyak pendapat kalangan sahabat Rasulullah, Imam Mazhab dan ulama-ulama terkemuka sependapat dengan apa yang disampaikan as-Subki (pembaca bisa merujuk ke: Aqidah Mujasimah Wahabi).

Sedangkan pandangan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW adalah mereka menganggap Nabi sekarang layaknya bangkai yang tidak boleh diziarahi karena tidak dapat memberi mamfaat dan mudharat. Mereka juga mengharamkan umat Islam bergembira, atau merayakan mauled Nabi Muhammad SAW. Bahkan mereka menganggap sembelihan yang disembelih oleh umat Islam dalam rangka maulid Nabi yang mulia sama saja dengan sembilhan orang-orang musyrik yang haram untuk dimakan.

Mereka mengharamkan membaca shalawat kepada Nabi dengan suara yang keras setelah azan dan mereka berpendapat bahwa hal itu lebih berat dosanya dari pada orang yang berzina dengan ibunya. Nauzubillah. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh juru bicara mereka dalam masjid Jami’ ad-Daqaq di Syam.

Mereka juga mengkafirkan tawassul kepada Allah dengan Nabi Muhammad SAW, atau lainnya dari kalangan Nabi dan Wali Allah dan orang-orang shalih. Mereka memandangan umat Islam sebagai orang kafir karena umat Islam tidak menganut “agama” mereka dan mereka menghalalkan darah dan harta umat Islam yang menentang paham mereka. Sejarah menjadi saksi Kiprah mereka di jazirah Arab dan bagian timur Yordania.

Bahkan para sahabat Nabi juga tidak luput dari cacian dan celaan Ibn Taymiyah, ia mengatakan antara lain:

  1. Abu Bakar masuk Islam ketika sudah tuda tidak tahu apa yang dia ucapkan.
  2. Ali masuk Islam di waktu kanak-kanak dan Islamnya anak kecil tidak sah! (mengkafirkan Ali).
  3. Ali berperang untu kekuasaan bukan untuk agama dan dia (Ali) keliru dalam 17 masalah yang bertentangan dengan nash Al-qur’an. (pengarang فضائح الوهابية tidak merincinya).
  4. Menyalahkan Umar dalam sebuah masalah. (pengarang فضائح الوهابية tidak merincinya).
Baca Juga:  Fenomena Pengkafiran Ala Kelompok Khawarij

Sedangkan padangan picik mereka (wahabi) terhadap pendiri mazhab yang empat terlihat dari kata-kata yang sering mereka ucapkan; “Mereka laki-laki dan kami juga laki-laki”. Sedangkan kelancangan mereka terhadap imam Syafi’i, Malik, Ahmad sudah sangat jelas. Dari pembida’han mereka terhadap orang yang bertawassul, padahal Wahabiyah mengetahui dalil memperbolehkan tawassul yang terdapat dalam nash hadist.

Wahabiyah berpendapat siapa saja yang mengikuti salah satu mazhab yang empat maka ini adalah inti kesyirikan[4]. Bahkan dalam kitab Hal al-Muslim Mulzamun bit Tiba’I Mazhabin Mu’ayyinin pada halaman 6 dia menyebutkan bahwa orang yang bermazhab harus disuruh taubat kalau tidak mau bertaubat (dari “dosa” mengikuti mazhab) maka wajib dibunuh. Dan pada halaman 11 pengarang kitab ini mengatakan:”Apabila ditelusuri dengan seksama tentang permasalahan mazhab maka mazhab-mazhab berkembang karena bantuan musuh-musuh Islam.

Menurut wahabiyah Tarekat sufi yang merupakan ajaran wali Allah dan orang yang suluk untuk mendekatkan diri padaNya adalah sebagai biang perpecahan umat Islam bahkan lebih gila lagi wahabi mengatakan dalam kitab yang berjudul: al-Majmu’ al-Mufid min ‘Aqidah al-Tauhid: “Tarekat kesufian harus diperangi sebelum kita (mereka) memerangi kaum Yahudi dan Nasrani”.

Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah dipandang oleh wahabiyah dengan pandangan yang penuh dengki, kebencian dan pengkafiran silahkan merujuk kitab mereka yang berjudul: Min Masyahiri al-Mujaddidin fi al-Islam: Ibn Taymiyah wa Muhammad Ibn Abdulwahab karangan Shalih Ibn Fauzan (Riyadh: al-Risalah al-‘Ammah lil Ifta’), Hal. 32.

Karena itu tidak heran jika mereka gemar melecehkan ulama Asy’ariyah seperti al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani, Imam an-Nawawi, al-Hakim, dan sang panglima muslim yang gagah perkasa yaitu Sulthan Shalahuddin al-Ayyuby dan lainnya.

Mereka juga menganggap bahwa perbuatan Sayyina Abdullah Ibn Umar yang bertabarruk dengan benda peninggalan Nabi Muhammad SAW adalah sebuah tindakan syirik. Mereka juga mengkafirkan Bilal Ibn al-Harist a-Muzani yang berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

Sungguh ini adalah sebuah tuduhan yang keji terhadap sahabat Nabi yang mulia. Atas dasar pengetahuan mereka yang picik dalam masalah agama sehingga mereka menamakan setiap perkara yang baru sepeninggal Nabi yang agung adalah bid’ah yang sesat bahkan jika sesuai dengan syara’ sekalipun. Sehingga mereka melarang azan yang kedua pada hari jum’at, berzikir dengan menggunakan tasbih, halaqah-halaqah zikir, dan menghadirkan para guru-guru untuk membaca al-Qur’an.

Kebodohan dan kegilaan mereka dengan hadist Nabi Muhammad SAW telah menyebabkan mereka mengharamkan sesuatu yang pernah dilakukan oleh Nabi kita seperti berwudhu menggunakan air lebih dari satu mud (seukuran dua telapal tangan orang yang sedang membaca), mandi dengan air lebih dari satu Sha’ (seukuran 4 mud), talqin mayit, membaca al-Qur’an terhadap mayit, mengiringi jenazah dengan menggunakan mobil dan lainya.

Baca Juga:  Penolakan Ibnu Taimiyah Terhadap Ijma Ulama

Seperti inilah kegilaan mereka!.Silahkan merujuk ke kitab mereka yang berjudul: Taujihat Islamiyah karya Muhammad Jamil Zainu yang di terbitkan oleh kementerian Agama Saudi.

Dalam memahami al-Qur’an terutama pada ayat-ayat mutasyabihat atau sifat Allah mereka mengharamkan takwil dan mereka memilih untuk menggunakan makna zahirnya meskipun hal itu menyebabkan pertentangan makna dalam al-Qur’an.

Ini mereka lakukan untuk menguatkan keyakinan mereka bahwa Allah menyerupai makhlukNya bahkan mereka mengatakan bahwa mentakwil ayat al-Qur’an sama dengan mengingkari sifat Allah, karenanya mereka menuduh Ahlussunnah dengan sebutan “al-Mu’attilah” silahkan rujuk kitab mereka karangan al-‘Utsaimin: al-Qawaid al-Mutsla (Riyadh), Hal. 45.

Mereka juga memandang bahwa perempuan semuanya adalah ‘aurat bahkan suaranya juga demikian dan jika perempuan keluar dari rumah maka ia telah melakukan salah satu dari macam-macam zina. Sungguh mereka memahami agama ini dengan pemahaman yang ekstrim.

Sesungguhnya orang yang menipu terhadap agama tidak bisa ditolerir. Permasalahan ini bagaikan penyakit lepra yang menggerogoti bagian tubuh yang lain, tidak ada cara lain selain mengamputasinya karena bila dibiarkan akan menyebar keseluruh tubuh.

Maka dari itu, kita sebagai umat Islam ahlussunnah wal jama’ah harus mewaspadai gerakan ini karena jika tidak akan menyebabkan kehancuran bahkan diantara anak dan ayah akan saling membunuh. Insya Allah dalam waktu dekat saya akan membahas artikel yang berjudul “Mengenang Tiga Insiden” dalam waktu dekat. Semoga Allah melindungi kita dari “Agama” si Busuk Muhammad Ibn Abdulwahab. Amin!


[1] فتحي الأزهري، فضائح الوهابية ،المكتبة التخصصية للرد على الوهابية، 2001. ص. 9-10

[2] Nama lengkapnya adalah: Ali Ibn Badul Kafi Ibn Lai Ibn Tamam Ibn Yusuf Ibn Musa Ibn Hasan Ibn Hamid Ibn Yahya Ibn Umar Ibn Ustman Ibn Ali Ibn Siwar Ibn Salim as-Subki lahir pada tahun 683 H

[3] فتحي الأزهري، فضائح الوهابية ،المكتبة التخصصية للرد على الوهابية، 2001.ص. 11

[4] Tentang hal ini bisa dilihat dalam kitab yang berjudul ” kaifa Nafhamu al-Tauhid” karya Muhammad Ahmad Basymil (Jeddah), hal 16, dan Kitab “Tauhid” karya Ibn Shaleh Fauzan (Riyadh), Hal. 70, dan masih banyak lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *