Sejarah Kodifikasi Al-Quran Pada Masa Sahabat

Sejarah Kodifikasi Al-Quran Pada Masa Sahabat

PeciHitam.org – Kodifikasi al-Quran sudah dimulai sejak zaman Nabi, secara signifikan, setidaknya ada tiga proses kodifikasi yaitu zaman Rasululah, zaman Khalifah Umar bin Khattab dan zaman Khalifah Usman bin Affan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pengumpulan Al-Quran pada Masa Rasulullah

Kodifikasi atau pengumpulan Al-Quran sudah dimulai sejak zaman Rasulullah, bahkan sejak Al-Quran diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan al-Quran kepada mereka.

Untuk menjaga kemurnian Al-Quran, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya.

Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Quran pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Quran), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya.

Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa’ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.

Baca Juga:  Surah Asy-Syu'ara Ayat 69-77; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’b, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.

Pengumpulan Al-Quran pada Masa Khalifah Abu Bakr

Abu Bakar dihadapkan peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan murtadnya sejumlah orang Arab. Karena itu ia segera menyiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk memerangi orang-orang yang murtad itu. Peperangan Yamamah pada tahun keduabelas hijriyah melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Al-Quran. dalam peperangan ini tujuh puluh qari’ dari para sahabat gugur.

Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, karena Zaid adalah orang yang betul-betul memiliki pembawaan/kemampuan yang tidak dimiliki oleh shahabat lainnya dalam hal mengumpulkan Al-Quran, ia adalah orang yang hafal Al-Quran, ia seorang sekretaris wahyu bagi Rasulullah, ia menyamakan sajian yang terakhir dari Al-Quran yaitu diakhir hayat Rasulullah.

Lembaran-lembaran Al-Quran yang dikumpulkan menjadi satu mushaf pada zaman Abu Bakar mempunyai beberapa segi kelebihan yang amat penting:

  1. Penelitian yang sangat berhati-hati, detail, cermat dan sempurna,
  2. Yang ditulis pada mushaf hanya ayat yang sudah jelas tidak di nasakh bacaannya,
  3. Telah menjadi ilma’ umat secara mutawatir bahwa yang tercatat itu adalah ayat-ayat Al-Quran,
  4. Mushaf itu memiliki Qiraah al-Sab’ah yang dinuqil secara shahih.
Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pengumpulan Al-Quran pada Masa Khalifah Utsman bin Affan

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, kaum muslimin hidup diberbagai penjuru daerah. Hal ini menyebabkan munculnya banyak perbedaan, antara lain:

Pertama, Perbedaan mengenai susunan surat. Naskah-naskah yang mereka miliki itu tidak sama susunan atau tertib urut surat-suratnya. Hal ini disebabkan karena Rasulullah sendiri memang tidak memerintahkan supaya surat-surat Al-Quran itu disusun menurut tertib tertentu.

Kedua, Perbedaan mengenai bacaan. Asal mula pertikaian bacaan ini adalah karena Rasulullah sendiri memang memberikan kelonggaran kepada qabilah-qabilah Islam di Jazirah Arab untuk membaca dan melafadzkan ayat-ayat Al-Quran itu menurut dialek mereka masing-masing. Sehingga dikhawatirkan akan terjadi perselisihan yang lebih besar di masa mendatang.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pada tahun 24 H, Khalifah Utsman bin Affan memilih empat orang tokoh handal dari sahabat pilihan. Mereka adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin ‘Ash dan Abdurrahman bin Hisyam.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 145; Seri Tadabbur Al Qur'an

Mereka dari suku Quraisy golongan Muhajirin, kecuali Zaid, ia dari golongan Anshar. Tugas panitia ini ialah membukukan Al-Quran, yaitu menuliskan atau menyalin kembali ayat-ayat Al-Quran itu dari lembaran-lembaran yang telah ditulis pada masa Abu Bakar, sehingga menjadi mushaf yang lebih sempurna yang akan dijadikan standar bagi seluruh kaum muslimin sebagai sumber bacaan dan hafalan mereka.

Begitulah sejarah Kodifikasi Al-Quran sehingga bisa menjadi sebuah mushaf yang kita baca pada hari ini.

Mohammad Mufid Muwaffaq