Surah Adz-Dzariyat Ayat 24-30; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Adz-Dzariyat Ayat 24-30

Pecihitam.org – Kandungan Surah Adz-Dzariyat Ayat 24-30 ini, Allah mengisahkan Nabi Ibrahim dengan bentuk pertanyaan supaya lebih diperhatikan. Allah bertanya, “Apakah sudah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (yaitu beberapa malaikat) yang dimuliakan?”

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Para malaikat yang bertemu dengan Nabi Ibrahim itu sebenarnya dalam perjalanan menuju tempat kediaman kaum Nabi Lut di dekat kampung Sodom dan Gomorah, akan menyampaikan berita kepada Nabi Lut bahwa kaumnya yang durhaka dan melakukan homoseksual itu akan dibinasakan oleh Allah dengan azab yang pedih.

Dalam perjalanan itu mereka mampir ke rumah Nabi Ibrahim untuk menyampaikan kabar gembira bahwa beliau akan mendapat seorang anak laki-laki yang alim dan saleh bernama Ishak dari istrinya Sarah walaupun beliau sudah lanjut usianya dan menyangka dirinya sudah mandul.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Adz-Dzariyat Ayat 24-30

Surah Adz-Dzariyat Ayat 24
هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ

Terjemahan: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?

Tafsir Jalalain: هَلۡ أَتَىٰكَ (Sudahkah sampai kepadamu) khithab ini ditujukan kepada Nabi saw. حَدِيثُ ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ (cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan) mereka adalah malaikat-malaikat yang jumlahnya ada dua belas atau sepuluh atau tiga malaikat; di antara mereka terdapat malaikat Jibril.

Tafsir Ibnu Katsir: Kisah ini juga telah diuraikan lebih dahulu di dalam surat Huud dan al-Hijr. Dengan demikian, firman Allah: هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ (“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (Yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?”) yakni orang-orang yang telah disediakan bagi mereka penghormatan.

Imam Ahmad dan sekelompok ulama berpendapat tentang kewajiban penyambutan bagi orang yang bertamu. Dan sunnah Rasulullah saw. Telah menyebutkan hal itu, sebagaimana lahiriyah ayat di atas.

Tafsir Kemenag: Allah mengisahkan Nabi Ibrahim dengan bentuk pertanyaan supaya lebih diperhatikan. Allah bertanya, “Apakah sudah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (yaitu beberapa malaikat) yang dimuliakan?”

Para malaikat yang bertemu dengan Nabi Ibrahim itu sebenarnya dalam perjalanan menuju tempat kediaman kaum Nabi Lut di dekat kampung Sodom dan Gomorah, akan menyampaikan berita kepada Nabi Lut bahwa kaumnya yang durhaka dan melakukan homoseksual itu akan dibinasakan oleh Allah dengan azab yang pedih.

Dalam perjalanan itu mereka mampir ke rumah Nabi Ibrahim untuk menyampaikan kabar gembira bahwa beliau akan mendapat seorang anak laki-laki yang alim dan saleh bernama Ishak dari istrinya Sarah walaupun beliau sudah lanjut usianya dan menyangka dirinya sudah mandul. Setibanya di rumah Nabi Ibrahim, mereka disambut oleh tuan rumah dengan penuh penghormatan.

Tafsir Quraish Shihab: Tahukah kamu tentang kisah para malaikat yang menjadi tamu terhormat Nabi Ibrâhîm. Ketika masuk, para malaikat itu mengucapkan, “Salam sejahtera.” Ibrâhîm pun menjawab, “Salam sejahtera. Kalian adalah orang-orang yang tak dikenal.

Surah Adz-Dzariyat Ayat 25
إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰمًا قَالَ سَلَٰمٌ قَوۡمٌ مُّنكَرُونَ

Terjemahan: “(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”.

Tafsir Jalalain: إِذۡ (Ketika) lafal Idz di sini berkedudukan menjadi Zharaf bagi lafal Hadiitsu Dhaifi Ibraahiima إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰمًا (mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, “Salaaman”) tamu-tamu itu mengucapkan perkataan tersebut.

قَالَ سَلَٰمٌ (Ibrahim menjawab, “Salaamun”) menjawab dengan ucapan yang sama قَوۡمٌ مُّنكَرُونَ (mereka adalah orang-orang yang tidak dikenal) maksudnya, kami tidak mengenal mereka, Nabi Ibrahim mengatakan ucapan ini di dalam hatinya. Kalimat ini berkedudukan menjadi Khabar dari Mubtada yang keberadaannya diperkirakan, yaitu lafal Haaulaai yang artinya mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَقَالُواْ سَلَٰمًا قَالَ سَلَٰمٌ (“Lalu mengucapkan: ‘Salaman,’ Ibrahim menjawab: ‘Salamun.’”) pemberian harakat dlammah [rafa’] lebih kuat dan lebih permanen daripada nashah [pemberian harakat fathah]. Kemudian salam malaikat tersebut dibalas oleh Ibrahim dengan salam yang lebih baik.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 7-8; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Oleh karena itu, Allah berfirman: (“Apabila kalian dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa.”)(an-Nisaa’: 86) Oleh karena itu, Ibrahim kekasih Allah memilih balasan penghormatan yang lebih baik.

Firman Allah: قَوۡمٌ مُّنكَرُونَ (“Adalah orang-orang yang tidak dikenal”) hal itu karena para malaikat, yaitu Jibril, Mikail, dan Israfil datang kepada Ibrahim dalam wujud manusia yang masih muda lagi tampan. Mereka mempunyai kewibawaan yang sangat besar. Oleh karena itu mereka berkata: qaumum mungkaruun (“Adalah orang-orang yang tidak dikenal”).

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa ketika tamu para malaikat itu masuk ke tempat Nabi Ibrahim lalu menyampaikan ucapan salam dan Nabi Ibrahim menjawab dengan salam pula, beliau memperlihatkan sikap bertanya karena belum mengenal mereka. Tamu terhormat itu baru pertama kali masuk ke rumah Nabi Ibrahim.

Oleh karena itu, beliau memperlihatkan sikap ingin mengenal dahulu. Tetapi beliau tidak menunggu kesempatan untuk berkenalan itu, bahkan secara diam-diam masuk ke dapur untuk menyiapkan hidangan. (.

Tafsir Quraish Shihab: Tahukah kamu tentang kisah para malaikat yang menjadi tamu terhormat Nabi Ibrâhîm. Ketika masuk, para malaikat itu mengucapkan, “Salam sejahtera.” Ibrâhîm pun menjawab, “Salam sejahtera. Kalian adalah orang-orang yang tak dikenal.”

Surah Adz-Dzariyat Ayat 26
فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجۡلٍ سَمِينٍ

Terjemahan: “Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk.

Tafsir Jalalain: فَرَاغَ (Maka dia pergi) yakni ia beranjak dari situ ِلَىٰٓ أَهۡلِهِ (menemui keluarganya) dengan diam-diam فَجَآءَ بِعِجۡلٍ سَمِينٍ (kemudian dibawanya daging anak sapi yang gemuk). Di dalam surah Hud telah disebutkan pula melalui firman-Nya, “… dengan membawa daging anak sapi yang dipanggang.” (Q.S. Hud, 69) yakni daging anak sapi gemuk itu sudah dipanggang.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: َرَاغَ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ (“Maka ia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya.”) maksudnya, berangkat secara sembunyi-sembunyi dengan cepat. فَجَآءَ بِعِجۡلٍ سَمِينٍ (“Kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk [yang dibakar].”) yaitu sesuatu yang termasuk harta benda berharga yang ia miliki.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Ibrahim dengan diamdiam pergi menemui keluarganya yaitu Sarah, lalu menyembelih seekor anak sapi yang gemuk dan setelah dibakar, hidangan itu dibawanya sendiri ke hadapan tamu-tamunya seraya berkata dengan hormat, lalu mempersilakan mereka makan.

Tafsir Quraish Shihab: Ibrâhîm pergi menemui isterinya dengan diam-diam. Kemudian ia datang dengan membawa daging anak sapi yang gemuk. Daging itu pun didekatkan kepada mereka. Tetapi mereka tidak memakannya. Dengan nada menolak sikap mereka, Ibrâhîm berkata, “Silahkan kalian makan?”

Surah Adz-Dzariyat Ayat 27
فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيۡهِمۡ قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ

Terjemahan: “Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan”.

Tafsir Jalalain: فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيۡهِمۡ قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ (Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, “Silakan kalian makan”) Nabi Ibrahim mempersilakan mereka untuk makan, tetapi mereka tidak mau memakannya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيۡهِمۡ (“Lalu dihidangkan kepada mereka”) yakni didekatkan kepada mereka.

قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ (“Ibrahim berkata: ‘Silakan kalian makan.’”) Ibrahim sangat ramah dalam mengungkapkan kata-kata dan penawaran yang sangat santun. Ayat ini menunjukkan tatakrama menjamu tamu, dimana Ibrahim telah menghidangkan jamuan dengan cepat pada saat tamu tidak menyadarinya. Dan Ibrahim tidak menjanjikan kepada tamunya bahwa ia akan menghidangkan sesuatu, ia tidak mengatakan:

“Kami akan menghidangkan makanan kepada kalian semua.” Tetapi ia menghidangkan makanan itu dengan cepat dan secara sembunyi-sembunyi. Ia menghidangkan hewan miliknya yang sangat berharga yang ia temukan, yaitu sapi yang masih muda lagi gemuk dan dipanggang.

Ibrahim mendekatkan kepada mereka dan ia tidak meletakkannya seraya berkata: “Mendekatlah kalian.” Tetapi justru ia meletakkan sajian itu di hadapan mereka tanpa memerintahkan sesuatu yang memberatkan orang yang mendengarnya, dan ia mengatakan agar mereka menyantapnya, bahkan ia mengatakan:

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 156; Seri Tadabbur Al-Qur'an

“Silakan makan.” Hal itu disampaikan dalam bentuk penawaran dengan penuh ramah tamah dan kelembutan. Sebagaimana yang biasa diucapkan oleh orang sekarang ini: “Jika anda tidak keberatan dan bermaksud baik dan bersedekah, maka kerjakanlah.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Ibrahim dengan diamdiam pergi menemui keluarganya yaitu Sarah, lalu menyembelih seekor anak sapi yang gemuk dan setelah dibakar, hidangan itu dibawanya sendiri ke hadapan tamu-tamunya seraya berkata dengan hormat, lalu mempersilakan mereka makan.

Tafsir Quraish Shihab: Ibrâhîm pergi menemui isterinya dengan diam-diam. Kemudian ia datang dengan membawa daging anak sapi yang gemuk. Daging itu pun didekatkan kepada mereka. Tetapi mereka tidak memakannya. Dengan nada menolak sikap mereka, Ibrâhîm berkata, “Silahkan kalian makan?”

Surah Adz-Dzariyat Ayat 28
فَأَوۡجَسَ مِنۡهُمۡ خِيفَةً قَالُواْ لَا تَخَفۡ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٍ

Terjemahan: “(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).

Tafsir Jalalain: (Maka Ibrahim memendam) di dalam hatinya (rasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut”) sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabbmu (dan mereka memberi kabar gembira dengan kelahiran seorang anak yang alim) yakni anak yang mempunyai ilmu banyak yaitu, Nabi Ishak sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surah Hud.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: fa awjasa minHum KhiifaH (“[Tetapi mereka tidak mau makan] karena itu Ibrahim merasa takut kepada mereka.”) Dan kisah ini sangat sinkron dengan kisah sebelumnya dalam surat lain, yaitu firman Allah Ta’ala:

“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: ‘Jangan kamu takut, Sesungguhnya Kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth.’ dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu Dia tersenyum,” (Huud: 70-71)

Maksudnya ia gembira dengan kebinasaan mereka karena keangkuhan dan keingkaran mereka kepada Allah Ta’ala. Pada saat itulah para malaikat menyampaikan berita gembira kepadanya [istri Ibrahim] dengan kelahiran Ya’qub setelah Ishaq.

“Isterinya berkata: ‘Sungguh mengherankan, Apakah aku akan melahirkan anak Padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam Keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.’

Para Malaikat itu berkata: ‘Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.’” (Huud: 72-73)

Oleh karena itu Allah berfirman: wa basysyiruuHu bighulaamin ‘aliim (“Dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan [kelahiran] seorang anak yang alim [Ishaq].”) Kabar gembira yang diperuntukkan bagi Ibrahim itu juga menjadi milik istrinya, karena anak itu lahir dari hasil pernikahan mereka berdua.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa tamu Nabi Ibrahim tidak menyentuh makanan itu karena mereka itu bukan dari jenis manusia, melainkan malaikat yang tidak makan dan tidak minum. Maka Nabi Ibrahim merasa takut terhadap mereka karena menurut kebiasaan, jika tamu tidak mau memakan hidangan yang disodorkan kepadanya, itu berarti ada bahaya yang terselubung (berselimut) di belakangnya, atau akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Dalam ayat lain yang sama maksudnya Allah berfirman: Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut.” (Hud/11: 70)

Setelah malaikat-malaikat menenteramkan hati Nabi Ibrahim, mereka menyampaikan kabar gembira bahwa Ibrahim akan mendapat anak laki-laki yang bernama Ishak dan di belakang Ishak ada lagi cucunya yaitu Nabi Yakub seperti diterangkan dalam ayat lain.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 70; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam harta mereka terdapat hak orang-orang yang memerlukan, baik yang meminta maupun yang tidak.

Surah Adz-Dzariyat Ayat 29
فَأَقۡبَلَتِ ٱمۡرَأَتُهُۥ فِى صَرَّةٍ فَصَكَّتۡ وَجۡهَهَا وَقَالَتۡ عَجُوزٌ عَقِيمٌ

Terjemhan: “Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”.

Tafsir Jalalain: فَأَقۡبَلَتِ ٱمۡرَأَتُهُ (Kemudian istrinya datang) yakni Siti Sarah فِى صَرَّةٍ (seraya memekik) karena tercengang, berkedudukan menjadi Hal; yakni Siti Sarah datang seraya memekik karena kaget فَصَكَّتۡ وَجۡهَهَا (lalu menepuk mukanya sendiri) menampar mukanya sendiri وَقَالَتۡ عَجُوزٌ عَقِيمٌ (seraya berkata, “Aku adalah seorang perempuan tua yang mandul”) yang tidak dapat melahirkan anak sama sekali, pada saat itu umur Sarah mencapai sembilan puluh sembilan tahun, sedangkan Nabi Ibrahim seratus tahun; atau umur Nabi Ibrahim pada saat itu seratus dua puluh tahun, sedangkan umur Siti Sarah sembilan puluh tahun.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: فَأَقۡبَلَتِ ٱمۡرَأَتُهُۥ فِى صَرَّةٍ (“Kemudian istrinya datang memekik”) yakni menjerit dan berteriak keras. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Abu Shalih, adl-Dlahhak, Zaid bin Aslam, ats-Tsauri, dan as-Suddi. Teriakannya itu adalah pada kata: “Sungguh aneh.”

Firman Allah Ta’ala: فَصَكَّتۡ وَجۡهَهَا (“Lalu [ia] menepuk mukanya sendiri.”) yakni memukul wajahnya dengan tangannya sendiri. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid dan Ibnu Sabith. Dan Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Ia memukul wajahnya karena keheranan, sebagaimana halnya kaum wanita merasa heran terhadap hal yang aneh.”

وَقَالَتۡ عَجُوزٌ عَقِيمٌ (“Seraya berkata: ‘[aku adalah] seorang perempuan tua yang mandul.’”) maksudnya, bagaimana mungkin aku melahirkan seorang anak sedang aku adalah seorang perempuan yang sudah tua.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa istrinya Sarah setelah mendengar berita tersebut, ia datang dengan pekikan suara yang kuat lalu menepuk mukanya sendiri seraya mengatakan, bagaimana mungkin aku akan melahirkan seorang anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua yang mandul?.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika mendengar berita gembira itu, istrinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri karena tercengang dan heran seraya berkata, “Aku adalah seorang perempuan tua yang mandul, bagaimana mungkin dapat melahirkan?”

Surah Adz-Dzariyat Ayat 30
قَالُواْ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡعَلِيمُ

Terjemahan: “Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Jalalain: قَالُواْ كَذَٰلِكِ (Mereka berkata, “Demikianlah) sebagaimana perkataan kami tentang berita gembira ini قَالَ رَبُّكِ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡحَكِيمُ (Rabbmu memfirmankan”. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya ٱلۡعَلِيمُ (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan pada masa mudapun aku termasuk seorang yang mandul sehingga tidak dapat hamil? قَالُواْ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡعَلِيمُ (“Mereka berkata: ‘Demikianlah Rabb-mu berfirman.’ Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahabijaksana lagi Mahamengetahui.”) yakni Mahamengetahui kemuliaan yang berhak mereka dapatkan, dan Mahabijaksana dalam semua perkataan dan perbuatan-Nya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan tentang jawaban malaikat itu terhadap keraguan Siti Sarah bahwa ia tidak perlu heran; yang demikian itu adalah keputusan Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka berkata, “Begitulah ketentuan Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Mahabijaksana dalam menentukan segala sesuatu, lagi Maha Mengetahui.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Adz-Dzariyat Ayat 24-30 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S