Surah Al-Mu’min Ayat 61-65; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'min Ayat 61-65

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’min Ayat 61-65 ini, menjelaskan bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan yang hidup kekal, yang tidak pernah mati. Dialah yang menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya, selain daripada-Nya tidak pantas disembah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Oleh karena itu, murnikanlah ketundukan dan ketaatan hanya kepada-Nya saja, jangan sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Suci.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’min Ayat 61-65

Surah Al-Mu’min Ayat 61
ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيۡلَ لِتَسۡكُنُواْ فِيهِ وَٱلنَّهَارَ مُبۡصِرًا إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشۡكُرُونَ

Terjemahan: “Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.

Tafsir Jalalain: ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيۡلَ لِتَسۡكُنُواْ فِيهِ وَٱلنَّهَارَ مُبۡصِرًا (Allahlah yang menjadikan malam untuk kalian supaya kalian beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang-benderang) dikaitkannya pengertian melihat kepada siang hanyalah majaz atau kata kiasan belaka, karena pada siang hari manusia dapat melihat.

إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشۡكُرُونَ (Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur) kepada Allah, malahan mereka tidak beriman kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman menggambarkan kenikmatan [yang diberikan] kepada para makhluk-Nya dengan menjadikan bagi mereka waktu malam, saat mereka diam dan beristirahat dari berbagai aktifitas yang mereka lakukan dalam mencari kehidupan di waktu siang. Serta menjadikan siang hari sebagai مُبۡصِرًا (bercahaya) terang benderang, agar mereka berinteraksi dengan melakukan perjalanan, menempuh berbagai daerah dan merasakan ketenangan dalam melakukan aktifitas kerja.

إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشۡكُرُونَ (“Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”) yaitu mereka tidak bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah atas mereka.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia beribadah kepada-Nya dengan alasan-alasan berikut ini: 1. Yang memerintahkan agar beribadah kepada-Nya itu ialah Tuhan yang menjadikan malam sebagai waktu beristirahat, dan mempersiapkan tenaga baru agar dapat berusaha kembali esok harinya. Pada waktu malam, pada umumnya manusia tidur karena merupakan kebutuhan tubuh yang harus dipenuhi.

2. Yang menjadikan siang bercahaya, yang menerangi alam semesta sehingga manusia dapat berusaha untuk mencukupi keperluan hidup. 3. Karena Allah mempunyai karunia yang tidak terhingga banyaknya yang disediakan untuk seluruh makhluk-Nya, dan karunia itu tidak akan habis selama-lamanya.

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa kebanyakan manusia tidak mau mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Mereka mengingkari nikmat, seakan-akan nikmat itu mereka peroleh semata-mata karena usaha mereka sendiri.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Allah yang menjadikan malam agar kalian merasa tenang dan dapat beristirahat, dan menjadikan siang terang benderang agar kalian dapat bekerja. Allah benar-benar mempunyai karunia yang besar untuk manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.

Baca Juga:  Surah An-Najm Ayat 19-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Mu’min Ayat 62
ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ خَٰلِقُ كُلِّ شَىۡءٍ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ

Terjemahan: “Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan?

Tafsir Jalalain: ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ خَٰلِقُ كُلِّ شَىۡءٍ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ (Yang demikian itu adalah Allah, Rabb kalian, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan melainkan Dia, maka bagaimanakah kalian dapat dipalingkan?) maksudnya, bagaimanakah kalian dipalingkan dari iman kepada-Nya, padahal bukti-bukti-Nya sudah jelas.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ خَٰلِقُ كُلِّ شَىۡءٍ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ (“Yang demikian itu adalah Allah, Rabb-mu, Pencipta segala sesuatu, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia.”) yaitu yang Mahamelakukan semua itu adalah Allah Yang Mahaesa, Mahatunggal lagi Mahapencipta segala sesuatu, yang tidak ada Ilah dan Rabb selain-Nya.

فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ (“Maka bagaimanakah kamu bisa dipalingkan?”) yaitu maka bagaimanakah kalian sampai menyembah selain-Nya berupa patung-patung yang tidak mampu menciptakan sesuatu pun, bahkan dia hanyalah makhluk yang diciptakan dan dipahat.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa yang melimpahkan nikmat yang tidak terhingga kepada seluruh makhluk itu adalah Tuhan yang berhak disembah, karena Dialah yang menciptakan seluruh makhluk. Kepada orang-orang kafir akan ditanyakan mengapa mereka berpaling, tidak mau menyembah, dan tidak mengesakan Allah. Padahal semua yang mereka sembah itu adalah ciptaan Allah, yang tidak pantas disembah.

Tafsir Quraish Shihab: Pemberi nikmat yang banyak itu adalah Allah, Penguasa urusan kalian, dan Pencipta segala sesuatu. Tidak ada sembahan yang sebenarnya kecuali Dia. Dari itu, siapa lagi yang pantas kalian sembah kalau bukan Dia?

Surah Al-Mu’min Ayat 63
كَذَٰلِكَ يُؤۡفَكُ ٱلَّذِينَ كَانُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ

Terjemahan: “Seperti demikianlah dipalingkan orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah.

Tafsir Jalalain: كَذَٰلِكَ يُؤۡفَكُ (Seperti demikianlah dipalingkan) artinya sebagaimana mereka dipalingkan, maka dipalingkan pula ٱلَّذِينَ كَانُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ (orang-orang yang terhadap ayat-ayat Allah) yakni mukjizat-mukjizat-Nya يَجۡحَدُونَ (mereka ingkar.).

Tafsir Ibnu katsir: Firman Allah: كَذَٰلِكَ يُؤۡفَكُ ٱلَّذِينَ كَانُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ (“Seperti demikianlah dipalingkan orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah.”) sebagaimana mereka telah sesat dengan sebab beribadah kepada selain Allah.

Demikian pula dipalingkan orang-orang sebelum mereka, sehingga mereka menyembah selain Allah tanpa dalil dan bukti, bahkan hanya semata-mata karena kejahilan dan hawa nafsu. Dan merekapun menentang hujjah-hujjah dan ayat-ayat Allah.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sebagaimana orang-orang musyrik telah sesat karena menyembah tuhan-tuhan selain Allah, demikian juga telah sesat orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan menyembah tuhan-tuhan yang lain semata-mata karena kebodohan mereka dan menuruti hawa nafsu belaka.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang sebelum kalian yang mengingkari ayat-ayat Allah juga melakukan penyimpangan dari yang benar kepada yang batil seperti itu.

Surah Al-Mu’min Ayat 64
ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ قَرَارًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Baca Juga:  Surat Al-Falaq, Salah Satu Surat dalam Al-Quran yang Mampu Menangkal Sihir

Terjemahan: “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.

Tafsir Jalalain: ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ قَرَارًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً (Allahlah yang menjadikan bumi bagi kalian sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap) maksudnya, yang menaungi وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (dan membentuk kalian lalu membaguskan rupa kalian serta memberi kalian rezeki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Rabb kalian, Maha Agung Allah, Rabb semesta Alam.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ قَرَارًا (“Allahlah yang menjadikan bumi bagimu sebagai temapt tinggal yang datar dan terhampar. Di atasnya kalian mencari kehidupan, beraktifitas dan berjalan di atas permukaannya, serta Dia kokohkan dengan gunung-gunung agar tidak menggoncangkan kalian.

وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً (“Dan langit-langit sebagai atap.”) yaitu langit sebagai atap alam yang terjaga. وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡ (“dan membentukmu dan membaguskan rupamu.”) yaitu, lalu dia menciptakan kalian dalam sebaik-baik bentuk serta menganugerahi kalian rupa yang paling sempurna dalam bentuk yang paling indah. وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ (“serta memberikan rizky dengan sebagian yang baik-baik.”) berupa berbagai makanan dan minuman di dunia.

ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (“Yang demikian adalah Allah, Rabb-mu, Mahaagung, Rabb semesta alam.”) yaitu Mahatinggi, Mahakudus dan Mahasuci Rabb seluruh alam semesta.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah yang menjadikan bumi untuk manusia sebagai tempat kediaman. Mereka hidup di atasnya dengan menikmati rezeki yang dilimpahkan-Nya. Dia pula yang menjadikan langit sebagai atap dan dihiasi dengan bintang-bintang yang gemerlapan tampak di malam hari. Karena keteraturan peredaran bintang-bintang, timbullah malam, siang, gelap, dan terang-benderang.

Pada ayat ini juga diterangkan dalil-dalil keesaan dan kekuasaan Allah yang terdapat pada diri manusia sendiri. Allah telah menjadikan manusia dalam bentuk yang paling baik di antara para makhluk-Nya dan dilengkapi dengan anggota tubuh yang sesuai dengan keperluan dan kepentingan hidup manusia sendiri. Dia pulalah yang memberikan kepada manusia makanan dan minuman yang baik sebagai rezeki dari-Nya.

Allah itu Tuhan yang Mahatinggi, yang memiliki semesta alam. Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Tuhan yang melimpahkan rahmat-Nya kepada manusia adalah Tuhan yang wajib disembah. Tuhan Yang Mahasempurna dan memiliki semesta alam. Firman Allah:

Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (al-Baqarah/2: 21-22).

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Dia yang menjadikan bumi daam kondisi yang stabil, layak untuk kehidupan, dan menjadikan langit sebagai bangunan yang kukuh. Kemudian Dia menciptakan kalian dalam sebaik-baik bentuk, dan memberi rezeki, berupa berbagai macam kesenangan yang halal. Pemberi nikmat yang banyak itu adalah Allah, Tuhan kalian semua. Dia Mahatinggi, Penguasa dan Pemelihara semua alam.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 21-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Mu’min Ayat 65
هُوَ ٱلۡحَىُّ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱدۡعُوهُ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: “Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Tafsir Jalalain: هُوَ ٱلۡحَىُّ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱدۡعُوهُ (Dialah Yang hidup kekal tiada Tuhan melainkan Dia, maka serulah Dia) sembahlah Dia مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ (dengan memurnikan ibadah kepada-Nya) dari kemusyrikan. ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
(Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.).

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: هُوَ ٱلۡحَىُّ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ (“Dia-lah yang hidup kekal, tidak ada Ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Dia.”) yaitu, Dia Mahahidup Azali, kekal selama-lamanya dan tidak akan pernah binasa. Dia al-Awwal, al-Aakhir, adh-dhaaHir dan al-Baathin. لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ (“Tidak ada Ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Dia.”) yaitu, yang tidak memiliki kesamaan dan tandingan.

فَٱدۡعُوهُ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ (“Maka, ibadahilah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya.”) yaitu mentauhidkan-Nya serta mengikrarkan bahwa tidak ada Ilah [yang haq] kecuali Dia. ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”)

Tasir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan yang hidup kekal, yang tidak pernah mati. Dialah yang menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya, selain daripada-Nya tidak pantas disembah.

Oleh karena itu, murnikanlah ketundukan dan ketaatan hanya kepada-Nya saja, jangan sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Suci.

Dialah Yang memiliki segala makhluk-Nya, baik yang berupa malaikat, jin, manusia, dan semua makhluk lain yang ada di alam ini. Semuanya itu tergantung kepada-Nya, sehingga segala sifat kebesaran dan kemuliaan ada pada-Nya. Oleh karena itu, mereka selalu mengucapkan: “al-hamdulillahi Rabbil ‘alamin”.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Dia yang mempunyai kehidupan abadi. Tidak ada sembahan yang sebenarnya kecuali Dia. Maka menghadaplah kalian kepada-Nya untuk berdoa dan tulus beribadah. Segala puji benar-benar milik Allah, Tuhan semua makhluk.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’min Ayat 61-65 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S