Surah Al-Munafiqun Ayat 5-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Munafiqun Ayat 5-8

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Munafiqun Ayat 5-8 ini, menerangkan bahwa Orang-orang munafik itu apabila diajak mendatangi Rasulullah saw agar beliau memintakan ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah diperbuat, mereka itu menolak mentah-mentah ajakan itu. Mereka memalingkan mukanya dengan gaya yang menunjukkan keangkuhan dan kesombongan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menerangkan bahwa bagi orang-orang munafik, dimintakan ampunan atau tidak, sama saja. Allah tidak akan mengampuni mereka. Dia telah menetapkan mereka termasuk orang-orang yang celaka karena perbuatan mereka yang bergelimang dosa dan menunjukkan dengan jelas kemunafikan serta keingkaran di dalam hati mereka yang disembunyikan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Munafiqun Ayat 5-8

Surah Al-Munafiqun Ayat 5
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ يَسۡتَغۡفِرۡ لَكُمۡ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوۡاْ رُءُوسَهُمۡ وَرَأَيۡتَهُمۡ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسۡتَكۡبِرُونَ

Terjemahan: Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ (Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah) seraya memberi maaf يَسۡتَغۡفِرۡ لَكُمۡ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوۡاْ (supaya Rasulullah memberikan ampunan bagi kalian,” mereka membuang) lafal lawwau dapat dibaca dengan memakai tasydid, dapat pula dibaca tanpa memakainya sehingga menjadi lawau, artinya memalingkan رُءُوسَهُمۡ وَرَأَيۡتَهُمۡ يَصُدُّونَ (muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling) dari hal tersebut وَهُم مُّسۡتَكۡبِرُونَ (sedangkan mereka menyombongkan diri).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengabarkan tentang orang-orang munafik, semoga laknat Allah menimpa mereka, dimana mereka berkata: وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ يَسۡتَغۡفِرۡ لَكُمۡ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوۡاْ رُءُوسَهُمۡ (“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah [beriman], agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu.’ Mereka membuang muka.”) maksudnya menghalang-halangi dan berpaling dari apa yang dikatakan kepada mereka karena sombong terhadap hal tersebut dan meremehkan sesuatu yang dikatakan kepada mereka. Itulah sebabnya Allah berfirman: وَرَأَيۡتَهُمۡ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسۡتَكۡبِرُونَ (“Dan kamu melihat mereka berpaling sedang mereka cenderung menyombongkan diri.”)

Tafsir Kemenag: Orang-orang munafik itu apabila diajak mendatangi Rasulullah saw agar beliau memintakan ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah diperbuat, mereka itu menolak mentah-mentah ajakan itu. Mereka memalingkan mukanya dengan gaya yang menunjukkan keangkuhan dan kesombongan. Hal ini disebutkan pula dalam firman Allah:

Dan apabila dikatakan kepada mereka, ?Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,? (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu. (an-Nisa’/4: 61).

Tafsir Quraish Shihab: Apabila dikatakan kepada mereka, “Terimalah seruan Rasul agar ia memintakan ampunan untuk kalian,” mereka menggerakkan kepala sebagai tanda mengejek. Kalian lihat mereka berpaling dengan keengganan untuk taat.

Surah Al-Munafiqun Ayat 6
سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ أَسۡتَغۡفَرۡتَ لَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ لَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَهُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ

Terjemahan: Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Tafsir Jalalain: سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ أَسۡتَغۡفَرۡتَ لَهُمۡ (Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan bagi mereka) dalam ungkapan kalimat astaghfarta, keberadaan hamzah istifham cukup diwakili oleh hamzah washal أَمۡ لَمۡ تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ لَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَهُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ (atau kamu tidak memintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan memberikan ampunan kepada mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik).

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah memberikan balasan kepada mereka atas tindakan mereka itu, Dia berfirman: سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ أَسۡتَغۡفَرۡتَ لَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ لَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَهُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ (“Sama saja bagi mereka, kamu memintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”) sebagaimana yang Dia firmankan dalam surah at-Taubah, dan telah dibahas sebelumnya.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, ayahku memberitahuku, Ibnu Abi ‘Umar al-Adani memberitahu kami, dia berkata bahwa Sufyan berkata tentang firman-Nya: لَوَّوۡاْ رُءُوسَهُمۡ (“Mereka membuang muka.”) Ibnu Abi ‘Umar mengatakan: “Sufyan memalingkan wajahnya ke sebelah kanan dan memandang dengan mata merah. Kemudian dia berkata: “Seperti inilah dia.”

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 26-27; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Beberapa ulama salaf menyebutkan bahwa siyaq [redaksi] secara keseluruhan turun berkenaan dengan ‘Abdullah bin Ubay bin Salul, yang akan dikemukakan kemudian.

Al-Hafizh Abu bakar al-Baihaqi meriwayatkan, Abu ‘Abdillah al-Hafizh memberitahu kami, Abu Bakarbin Ishaq memberitahu kami, Bisyir bin Musa memberitahu kami, al-Humaidi memberitahu kami, Sufyan memberitahu kami, ‘Amr bin Dinar memberitahu kami, aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata: Kami pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu peperangan, kemudian salah seorang dari kaum Muhajirin memukul dan mendorong orang Anshar ke belakang. Maka orang Anshar itu berujar:

“Hidup orang-orang Anshar.” Sedangkan yang Muhajirin berujar: “Hidup orang-orang Muhajirin.” Maka Rasulullah saw. bersabda: “Mengapa terjadi seruan jahiliyyah? Tinggalkanlah hal itu, sesungguhnya seruannya itu busuk.” ‘Abdullah bin Ubay bin Salul mengatakan:

“Mereka sungguh telah melakukannya. Demi Allah, jika saja kita kembali ke kota Madinah, pastilah orang-orang yang lebih kuat dan mulia akan mengusir orang yang lemah dan terhina.” Jabir bin ‘Abdillah mengatakan:

“Orang-orang Anshar yang ada di kota Madinah lebih banyak jumlahnya daripada orang-orang Muhajirin ketika Rasulullah saw. sampai di kota Madinah. Setelah beberapa waktu, kaum Muhajirin pun semakin banyak.” Kemudian ‘Umar berkata :

“Biarkan aku memenggal leher orang munafik ini.” Maka Nabi saw. bersabda: “Biarkan saja dia, agar orang-orang tidak membicarakan bahwa Muhammad telah membunuh para shahabatnya.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Husain bin Muhammad al-Marwazi dari Sufyan bin ‘Uyainah. Dan juga diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari al-Humaidi. Juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan lain-lain dari Sufyan.

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa bagi orang-orang munafik, dimintakan ampunan atau tidak, sama saja. Allah tidak akan mengampuni mereka. Dia telah menetapkan mereka termasuk orang-orang yang celaka karena perbuatan mereka yang bergelimang dosa dan menunjukkan dengan jelas kemunafikan serta keingkaran di dalam hati mereka yang disembunyikan.

Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik yang kerjanya hanya berbuat jahat, tidak memperhatikan nasihat-nasihat yang baik, dan tidak akan menyadari peringatan yang diberikan kepadanya. Perkataannya penuh kebohongan dan keingkaran yang keterlaluan, sebagaimana Allah berfirman:

Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (az-Zumar/39: 3)

Firman Allah: Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta. (Gafir/40: 28)

Dan firman Allah: (Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (at-Taubah/9: 80)

Tafsir Quraish Shihab: Kamu mintakan ampunan untuk orang-orang munafik itu atau tidak, sama saja bagi mereka. Sebab, mereka tidak akan meninggalkan kemunafikan. Maka, Allah tidak akan mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kebenaran kepada orang-orang yang tidak taat dan beriman kepada- Nya.

Surah Al-Munafiqun Ayat 7
هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواْ وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ

Terjemahan: Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

Tafsir Jalalain: هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ (Mereka orang-orang yang mengatakan) kepada teman-teman mereka dari kalangan kaum Ansar: لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ (“Janganlah kalian memberikan perbelanjaan kepada orang-orang yang ada di sisi Rasulullah) yakni orang-orang Muhajirin حَتَّىٰ يَنفَضُّواْ (supaya mereka bubar”) bercerai-berai dari sisinya.

Baca Juga:  Surah Al-Munafiqun Ayat 9-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (Padahal kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi) yakni pemberian rezeki-Nya, Dia Maha Pemberi rezeki kepada orang-orang Muhajirin dan lain-lainnya وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ (tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami).

Tafsir Ibnu Katsir: Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, dia berkata: “Aku pernah bersama Rasulullah saw. dalam perang Tabuk [cerita ini masyhur di kalangan ahli perang dan ahli sejarah bahwa masalah ini terjadi pada saat perang bani Mushthaliq dan Ubay bin Salul tidak muncul dalam perang Tabuk], lalu ‘Abdullah bin Ubay berkata:

“Jika saja kita kembali ke kota Madinah, pasti orang-orang yang mulia akan mengusir orang-orang yang hina.” Kemudian dia berkata: kemudian aku mendatangi Nabi saw. dan kuberitahu mengenai hal tersebut. Tetapi ‘Abdullah bin Ubay malah bersumpah bahwa dia tidak pernah mengatakan hal tersebut. Sehingga kaumku mencelaku dan berkata:

“Apa yang kamu inginkan dari semua ini?” aku pun pergi lalu tidur dengan perasaan sedih dan berduka. Kemudian Rasulullah saw. mengirimkan utusan kepadaku dan mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan [ayat] perihal alasanmu dan kebenaranmu.” Kemudian dia berkata: maka turunlah ayat ini:

هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواْ وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ (Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.)

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa orang-orang munafik itu selalu menganjurkan agar orang-orang Ansar tidak memberi nafkah kepada orang-orang Muhajirin yang datang bersama-sama Muhammad saw dari Mekah dan membiarkan mereka menderita kelaparan, sehingga mereka akan meninggalkan Nabi saw.

Anjuran dan anggapan orang-orang munafik itu keliru. Mereka tidak mengetahui bahwa semua yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Di tangan-Nya-lah kunci perbendaharaan rezeki manusia.

Tidak seorang pun yang dapat memberikan sesuatu kepada yang lain kecuali dengan kehendak-Nya. Mereka tidak mau memahami sunatullah yang berlaku bagi makhluk-makhluk-Nya. Allah telah menjamin rezeki hamba-hamba-Nya di mana pun mereka berada. Setiap mereka bekerja dan berusaha, mereka akan memperoleh rezekinya.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka adalah orang-orang yang mengatakan kepada penduduk Madinah, “Janganlah kalian memberi nafkah kepada orang-orang Mukmin yang menyertai Rasulullah–yaitu orang-orang Muhâjirîn–sampai mereka meninggalkannya.” Padahal, kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi beserta rezeki yang ada di dalamnya. Dia akan memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi, orang-orang munafik tidak memahami itu.

Surah Al-Munafiqun Ayat 8
يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Tafsir Jalalain: يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ (Mereka berkata, “Sesungguhnya jika kita telah kembali) yakni kembali dari peperangan Bani Mushthaliq إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ (ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir) yang dimaksud orang-orang kuat adalah diri mereka sendiri مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّ (orang-orang yang lemah daripadanya”) yang dimaksud oleh mereka adalah orang-orang mukmin.

وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ (Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah) yakni kemenangan itu milik Allah وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ (bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui) hal tersebut.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ (Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.)

Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 44-45; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari tentang ayat ini dari Adam bin Abi Iyas, dari Syu’bah. Kemudian dia mengatakan, Ibnu Abi Zaidah mengatakan dari al-A’masy, dari ‘Amr, dari Ibnu Abi Laila, dari Zaid, dari Nabi saw. Dan diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan an-Nasa-i, juga tentang penafsiran ayat di atas, dari hadits Syu’bah.

Imam Ahmad meriwayatkan, Hasan bin Musa memberitahu kami, Zuhair memberitahu kami, Abu Ishaq memberitahu kami, bahwa dia pernah mendengar Zaid bin Arqam berkata: “Kami pernah pergi bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan, lalu orang-orang merasa kepayahan, lalu ‘Abdullah bin Ubay berkata kepada para shahabatnya:

“Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka pergi meninggalkan beliau.” Lebih lanjut dia berkata: “Andai saja kita kembali ke Madinah, niscaya orang-orang kuat akan dapat mengusir orang-orang lemah.”

Kemudian aku mendatangi Nabi saw. dan memberitahukan hal itu kepada beliau. Lalu beliau mengirimkan utusan untuk menanyakan hal tersebut kepadanya. Kemudian ia mengucapkan sumpah untuk menginkari ucapan tersebut. Kemudian orang-orang berkata:

“Zaid telah berbohong, wahai Rasulallah.” Maka apa yang mereka katakan itu sangat menyakitkan hatiku. Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat yang membenarkan keyakinanku itu:

إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ (“Jika orang-orang munafik itu datang kepadamu”) dia berkata: kemudian Rasulullah saw. memanggil mereka untuk memohonkan ampunan bagi mereka, tetapi mereka justru memalingkan muka.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa ‘Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya merencanakan apabila kembali ke Medinah dari peperangan Bani Musthaliq, mereka akan mengusir orang-orang mukmin dari Medinah.

Mereka merasa dan menganggap bahwa merekalah yang kuat, perkasa, dan mulia, sedangkan orang-orang mukmin itu lemah dan hina. Mereka tidak menyadari bahwa kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan berada di tangan Allah dan rasul-Nya, serta orang-orang mukmin yang telah dimuliakan-Nya.

Diriwayatkan bahwa ‘Abdullah putra ‘Abdullah bin Ubay adalah orang yang benar-benar beriman. Ia pernah mencabut pedang mengancam ayahnya, ‘Abdullah bin Ubay, ketika mereka sudah dekat di Medinah dan berkata,

“Demi Allah, saya tidak akan memasukkan pedangku ini ke dalam sarungnya, sehingga engkau mengucapkan, ‘Bahwa Muhammad itulah yang mulia dan sayalah yang hina.” ‘Abdullah putra ‘Abdullah bin Ubay tetap pada sikapnya, sehingga ayahnya mengucapkan pengakuan tersebut yaitu Muhammadlah yang mulia dan dia yang hina.

Orang-orang munafik tidak mengetahui bahwa sesungguhnya kemuliaan itu ada pada Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Kemenangan terakhir ada pada orang-orang yang bertakwa dan Allah akan memberi pertolongan kepada orang-orang yang menegakkan agama-Nya, sebagaimana diterangkan dalam ayat lain:

Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-Mujadalah/58: 21).

Tafsir Quraish Shihab: Dengan mengancam, orang-orang munafik berkata, “Demi Allah, jika kita telah kembali ke Madinah, kelompok terunggul kita akan mengusir kelompok orang-orang Mukmin yang hina.” Padahal, keunggulan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin, bukan mereka yang mengancam itu. Tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahuinya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Munafiqun Ayat 5-8 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S