Surah Al-Qashash Ayat 85-88; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 85-88

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 85-88 ini, menerangkan bahwa Muhammad tidak pernah mengharapkan diturunkannya Al-Qur’an kepadanya untuk mengetahui berita-berita orang-orang sebelumnya, dan hal-hal yang terjadi sesudahnya, antara lain seperti agama yang mengandung kebahagiaan bagi manusia di dunia dan akhirat, dan juga adab-adab yang meninggikan derajat mereka dan mencerdaskan akal pikiran mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 85-88

Surah Al-Qashash Ayat 85
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُل رَّبِّي أَعْلَمُ مَن جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Terjemahan: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”.

Tafsir Jalalain: إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ (Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu Alquran) yakni yang menurunkannya لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ (benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali) ke Mekah, dan bahwa Nabi saw. telah rindu sekali kepada kota Mekah قُل رَّبِّي أَعْلَمُ (katakanlah, “Rabbku mengetahui) tentang مَن جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ (orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”).

Ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas perkataan orang-orang kafir Mekah terhadap Nabi saw.; mereka menuduhnya bahwa ia sesat. Makna ayat ini, dia yakni Nabi saw. datang dengan membawa petunjuk sedangkan mereka adalah orang-orang yang berada dalam kesesatan. Dan lafal A’lam bermakna Alimun yakni mengetahui.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah dan membacakan al-Qur’an kepada manusia serta mengabarkan kepadanya, bahwa ia akan dikembalikan ke alam akhirat, yakni hari kiamat, untuk dimintai pertanggung jawabannya tentang apa yang dijagannya dari perkara kenabian.

Untuk itu Allah berfirman: إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ (“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu [melaksanakan hukum-hukum] al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) mewajibkan kepadamu untuk melaksanakannya atas manusia.

لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ (“benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) yaitu pada hari kiamat, maka Allah akan menanyaimu tentang hal itu, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus para Rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai pula para Rasul [Kami].” (al-A’Raaf: 6)

Al-Hakam bin Abban berkata dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ (“benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) ia berkata: “Pada hari kiamat.” Diriwayatkan oleh Malik dari az-Zuhri, diriwayatkan pula dari Ibnu ‘Abbas.

Selain itu, sebagaimana al-Bukhari berkata di dalam kitab at-Tafsiir dalam shahihnya, dari Ibnu ‘Abbas: لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ (“benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) ia berkata: “Ke Makkah.” Demikian yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i di dalam at-Tafsiir di Sunannya dan Ibnu Jarir dari hadits Ya’la, yaitu Ibnu ‘Ubaid ath-Thanafisi.

Demikian pula yang diriwayatkan oleh al-‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas, لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ (“benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) yaitu benar-benar akan mengembalikanmu ke Makkah sebagaimana engkau diusir darinya.

Firman Allah: قُل رَّبِّي أَعْلَمُ مَن جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ (“Katakanlah, Rabbku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang [ada] dalam kesesatan yang nyata.”) yaitu katakanlah kepada orang yang menyelisihi dan mendustakanmu hai Muhammad, di antara kaummu golongan orang musyrik dan orang yang mengikuti mereka dalam kekafiran:

“Rabbku telah mengetahui orang yang berjalan di atas petunjuk, baik dari golongan kalian maupun golonganku, dan kalian akan mengetahui siapa yang memiliki akibat buruk dan siapa yang mendapatkan kenikmatan serta pertolongan di dunia dan di akhirat.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dialah yang mewajibkan kepada Muhammad mengamalkan isi Al-Qur’an, dan melaksanakan hukum-hukum dan perintah yang ada di dalamnya. Dia pulalah yang akan mengembalikan Muhammad ke tanah suci Mekah, tanah tumpah darahnya dalam keadaan menang dan merebutnya kembali dari kaum yang telah mengusirnya dari sana.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 81-82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Muhammad saw kembali ke Mekah dengan satu kemenangan besar bagi kaum Muslimin, karena dengan demikian ia dapat mengembangkan Islam dengan bebas dan dapat menekan kehendak kaum musyrikin. Ini adalah janji dari Allah ketika Muhammad selalu disakiti dan mendapat tekanan yang berat dari kaumnya bahwa dia akan hijrah meninggalkan Mekah, dan akan kembali dalam keadaan menang. Selain kembali ke Mekah, ada yang berpendapat Allah mengembalikan Rasul kepada kematian atau mengembalikan ke surga,

sebagaimana firman Allah: Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan beruntung. (al-An’am/6: 135)

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Allah, yang menurunkan al-Qur’ân dan mewajibkan kepadamu untuk menyampaikannya dan berpegang teguh kepadanya, benar-benar akan mengembalikanmu kepada suatu hari yang tidak akan dapat dihindari, yaitu hari kiamat, untuk memisahkan antara kamu dan orang-orang yang mendustakanmu. Katakan, wahai Rasulullah, kepada orang-orang kafir,

“Tuhankulah yang mengetahui dengan ilmu yang tiada bandingannya tentang siapa yang Dia karuniai dengan petunjuk dan arahan, dan tentang siapa yang terjerumus dalam kesesatan yang diketahui oleh setiap orang berakal yang memiliki pengetahuan yang benar.”

Surah Al-Qashash Ayat 86
موَمَا كُنتَ تَرْجُو أَن يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِّلْكَافِرِينَ

Terjemahan: “Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.

Tafsir Jalalain: وَمَا كُنتَ تَرْجُو أَن يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ (Dan kamu tidak pernah mengharap agar diturunkan kepadamu Alkitab) yakni Alquran إِلَّا (tetapi) ia diturunkan kepadamu رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا (karena suatu rahmat yang besar dari Rabbmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong) pembantu لِّلْكَافِرِينَ (bagi orang-orang kafir) dalam agama mereka di mana mereka mengajak kamu untuk memasukinya.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman mengingatkan Nabi-Nya tentang nikmat-nikmat-Nya yang besar kepadanya dan kepada hamba-hamba-Nya dengan diutusnya dia kepada mereka. وَمَا كُنتَ تَرْجُو أَن يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ (“Dan kamu tidak pernah mengharap agar al-Qur’an diturunkan kepadamu.”) yaitu, apakah dulu sebelum diturunkan wahyu kepadamu engkau menyangka bahwa wahyu akan diturunkan kepadamu? wahyu itu diturunkan kepadamu dari Allah dengan rahmat-Nya untukmu dan untuk hamba-hamba-Nya dengan sebab engkau.

Untuk itu Dia menganugerahimu dengan nikmat besar ini. فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا (“Sebab itu janganlah sekali-sekali engkau menjadi pendukung,”) yaitu penolong; لِّلْكَافِرِينَ (“bagi orang-orang kafir”), akan tetapi berpisahlah, jauhilah dan selisihilah mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad tidak pernah mengharapkan diturunkannya Al-Qur’an kepadanya untuk mengetahui berita-berita orang-orang sebelumnya, dan hal-hal yang terjadi sesudahnya, antara lain seperti agama yang mengandung kebahagiaan bagi manusia di dunia dan akhirat, dan juga adab-adab yang meninggikan derajat mereka dan mencerdaskan akal pikiran mereka. Sekalipun demikian, Allah menurunkan semuanya itu kepada Muhammad sebagai rahmat dari-Nya.

Pada ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad dan umatnya untuk membantu perjuangan orang-orang kafir dalam bentuk apa pun. Umat Muhammad justru dituntut untuk membantu memperkuat perjuangan umat Islam. Oleh karena itu, hendaklah ia memuji Tuhannya atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya dengan penurunan kitab suci Al-Qur’an.

Nabi saw tidak perlu menolong dan membantu orang-orang musyrik yang mengingkari Kitab suci Al-Qur’an itu, tetapi hendaklah ia memisahkan diri dan berpaling dari mereka sesuai dengan firman Allah: Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik. (al-hijr/15: 94).

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Rasul, kamu tidak pernah berharap dan menunggu agar al-Qur’ân diturunkan kepadamu. Tetapi Allahlah yang menurunkannya kepadamu dari sisi-Nya sebagai rahmat atas dirimu dan umatmu. Maka ingatlah nikmat ini, dan tetaplah menyampaikannya. Janganlah kamu dan orang-orang yang mengikutimu menjadi penolong bagi orang-orang kafir untuk membantu apa yang mereka inginkan.

Surah Al-Qashash Ayat 87
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 45-46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: “Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Tafsir Jalalain: وَلَا يَصُدُّنَّكَ (Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu) asal kata Yashuddunnaka adalah Yashuddunaka, kemudian huruf Nun alamat Rafa’nya dibuang karena lafal dijazamkan, demikian pula huruf Wawu Fa’il tetapi bukan karena bertemu dengan huruf mati lainnya عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ (dari menyampaikan ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu) maksudnya, janganlah kamu memandang mereka dalam hal tersebut وَادْعُ (dan serulah) manusia إِلَى رَبِّكَ (kepada jalan Rabbmu) dengan menganjurkan mereka untuk mengesakan-Nya dan menyembah-Nya.

وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang musyrik) yaitu, dengan membantu mereka. ‘Amil Jazm tidak berpengaruh terhadap Fi’il yaitu lafal Wa La Takunanna, karena Fi’il ini bersifat Mabni, sebagai akibat kemasukan Nun Taukid.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ (“Dan janganlah sekali-sekali mereka dapat menghalangimu dari [menyampaikan] ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu.”) yaitu janganlah engkau terpengaruh dengan perselisiham mereka terhadapmu dan penghalangan mereka dari jalanmu, jangan engkau menoleh dan peduli. Karena Allah yang meninggikan kalimatmu, Pendukung agamamu dan Penolong apa yang diutus kepadamu atas seluruh agama.

Untuk itu Dia berfirman: وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ (“Dan serulah mereka kepada Rabbmu.”) yaitu untuk beribadah kepada Rabbmu yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (“Dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”)

Tafsir Kemenag: Allah menganjurkan kepada Muhammad agar tidak mengindahkan tipu daya orang-orang kafir, dan jangan sekali-kali terpengaruh sehingga mereka berhasil menghalang-halangi penyampaian ayat-ayat suci Al-Qur’an sesudah diturunkan kepadanya.

Allah selalu bersamanya dan menguatkan serta memenangkan agama-Nya dari orang-orang kafir. Bahkan Nabi saw diperintahkan menyeru kaumnya ke jalan Allah dan menyampaikan agama-Nya kepada mereka, menyembah hanya kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Pada akhir ayat ini, Allah menekankan supaya Muhammad jangan sekali-kali meninggalkan dakwahnya, dan selalu menyampaikan risalahnya kepada kaum musyrikin, supaya dia tidak seperti mereka, bermaksiat menyalahi perintah-Nya. Di ayat lain diterangkan: Dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik. (al-An’am/6: 14.

Tafsir Quraish Shihab: Dan janganlah orang-orang kafir itu sempat memalingkanmu dari tugas menyampaikan ayat-ayat Allah dan mengamalkannya, setelah wahyu–dalam bentuk ayat-ayat–itu turun kepadamu dari sisi Allah dan menjadi ajaran-ajaranmu. Tetaplah berdakwah kepada agama Allah, dan jangan sampai kamu dan para pengikutmu menjadi penolong-penolong bagi orang-orang musyrik dengan membantu mereka untuk mengerjakan apa yang mereka inginkan.

Surah Al-Qashash Ayat 88
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Terjemahan: “Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Tafsir Jalalain: وَلَا تَدْعُ (Janganlah kamu seru) janganlah kamu sembah مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ (di samping Allah, tuhan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Dia) kecuali Allah. كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ (Bagi-Nya-lah segala penentuan) yakni, keputusan yang terlaksana وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (dan hanya kepada-Nya-lah kalian dikembalikan) setelah kalian dibangkitkan dari kubur masing-masing.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ (“Janganlah kamu sembah di samping [menyembah] Allah, ilah-ilah apapun yang lain. Tidak ada ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Dia.”) yaitu ibadah itu tidak layak kecuali untuk-Nya dan Uluhiyyah tidak patut kecuali karena keagungan-Nya.

Firman-Nya: كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ (“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya.”) merupakan kabar bahwa Dia kekal selama-lama-Nya, Yang Hidup, Yang Berdiri sendiri, dimana seluruh makhluk akan mati sedangkan Dia tidak mati. Dia mengungkap Dzat dengan wajah.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 46-47; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Demikian pula firman-Nya disini: كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ (“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya.”) kecuali Dia.

Sungguh telah ada di dalam hadits shahih dari jalan Abu Salamah, bahwa Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kalimat paling benar yang diucapkan penyair adalah perkataan Labid: ‘Ketahuilah, setiap sesuatu selain Allah adalah bathil.’”

Mujahid dan ats-Tsauri berkata tentang firman-Nya: كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ (“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya.”) yang dimaksud wajah di sini adalah wajah-Nya. Hal itu diceritakan oleh al-Bukhari dalam shahihnya, sepertinya dia menetapkan pendapat tersebut. Ibnu Jarir berkata dengan mengajukan saksi pendapat tersebut dengan sebuah syair:

Aku meminta ampun kepada Allah dari satu dosa yang aku tidak dapat menghitungnya. Rabbnya hamba, kepada-Nya lah dimohonkan wajah-Nya dan amal.

Perkataan ini tidak bertentangan dengan pendapat yang pertama. karena perkataan ini hanya kabar tentang setiap amal yang menjadi bathil, kecuali yang dikehendaki adalah wajah Allah Ta’ala berupa amal shalih yang sesuai dengan syariat. Sedangkan pendapat pertama berisi tuntunan berisi tuntunan bahwa setiap dzat akan hancur dan hilang kecuali Dzat-Nya dan Mahasuci Dia. Karena Dia adalah yang awal dan yang akhir, yang ada sebelum segala sesuatu dan tetap ada setelah segala sesuatu.

Firman-Nya: لَهُ الْحُكْمُ (“Bagi-Nya lah segala penentuan.”) yaitu kerajaan, penataan dan tidak ada yang membangkang ketentuan-Nya. وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (“Dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”) yaitu pada hari kembalinya kalian, lalu amal-amal kalian dibalas. Jika baik maka akan mendapat kebaikan. Dan jika buruk akan mendapat keburukan.
wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad menyembah sembahan lain selain Allah, karena tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sebagaimana firman Nya: (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung. (al-Muzzammil/73: 9)

Allah itu kekal abadi sekalipun semua makhluk yang ada sudah mati dan binasa. Firman Allah: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (ar-Rahman/55: 26-27)

Dan sabda Nabi Muhammad saw: Ungkapan paling benar yang diucapkan penyair adalah yang diucapkan oleh Labid, yaitu: “Ketahuilah setiap sesuatu selain dari Allah akan binasa.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Allah-lah yang mempunyai kerajaan, dan berbuat sekehendak-Nya. Dia-lah yang menentukan segala sesuatu yang akan berlaku kepada semua makhluk. Kepada-Nyalah akan dikembalikan semuanya, dan dibalas menurut amal perbuatannya masing-masing. Kalau ia beramal baik, taat, dan patuh kepada perintah Allah, akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya kalau ia berbuat maksiat dan bergelimang dosa, akan dimasukkan ke dalam neraka. Nabi saw bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah:

Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Barang siapa taat kepadaku, maka ia masuk ke dalam surga, dan barang siapa durhaka kepadaku, maka sungguh ia telah enggan. (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Tafsir Quraish Shihab: Janganlah kamu menyembah tuhan lain di samping menyembah Allah, karena tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah. Segala sesuatu selain Allah adalah binasa dan fana. Yang abadi hanyalah Allah semata yang memiliki ketentuan yang berlaku di dunia dan akhirat. Tak diragukan lagi, hanya kepada- Nyalah tempat kembali seluruh makhluk.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Al-Qashash Ayat 85-88 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S