Surah Al-Qiyamah Ayat 1-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qiyamah Ayat 1-15

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qiyamah Ayat 1-15 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui isi kandungan surah.Surah mulia ini berbicara tentang hari kebangkitan dan pembalasan yang akan ditemui seluruh umat manusia dengan segala kedahsyatannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian Surah ini memuat ihwal jaminan yang akan diberikan Allah kepada Rasulullah saw. bahwa Dialah yang akan mengumpulkan al-Qur’ân dalam dada Rasul.

Lalu diutarakan pula mengenai ditolaknya mereka yang lebih menomorsatukan kehidupan dunia yang fana dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Surah ini diakhiri dengan memaparkan beberapa bukti yang menguatkan kebenaran hari kebangkitan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qiyamah Ayat 1-15

Surah Al-Qiyamah Ayat 1
لَآ أُقۡسِمُ بِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ

Terjemahan: Aku bersumpah demi hari kiamat,

Tafsir Jalalain: لَآ أُقۡسِمُ بِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ (Aku bersumpah dengan hari kiamat) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah.

Tafsir Ibnu Katsir: Telah disampaikan berulang kali bahwa jika obyek yang dijadikan sasaran sumpah itu dinafikan, maka boleh digunakan kata “laa” sebelum kata sumpah ini untuk menguatkan penafian. Dan yang menjadi obyek sumpah di sini adalah penetapan hari kebangkitan dan bantahan terhadap hamba-hamba Allah yang tidak berpengetahuan yang mengaku bahwa jasad-jasad ini tidak akan dibangkitkan. Oleh karena itu Allah berfirman: لَآ أُقۡسِمُ بِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ (Aku bersumpah demi hari kiamat,)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan hari Kiamat. Maksudnya ialah Allah menyatakan dengan tegas bahwa hari Kiamat itu pasti datang. Oleh karena itu, manusia hendaknya bersiap-siap menghadapinya dengan beriman dan mengerjakan amal saleh, karena hari Kiamat merupakan hari pembalasan amal.

Tafsir Quraish Shihab: Surah mulia ini berbicara tentang hari kebangkitan dan pembalasan yang akan ditemui seluruh umat manusia dengan segala kedahsyatannya. Kemudian Surah ini memuat ihwal jaminan yang akan diberikan Allah kepada Rasulullah saw. bahwa Dialah yang akan mengumpulkan al-Qur’ân dalam dada Rasul.

Lalu diutarakan pula mengenai ditolaknya mereka yang lebih menomorsatukan kehidupan dunia yang fana dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Dibandingkanlah antara wajah orang-orang Mukmin yang berseri-seri dengan wajah orang-orang kafir yang muram tak bercahaya.

Lalu dibicarakan pula mengenai hal ihwal orang yang tengah sekarat dan lalai menunaikan kewajiban serta menduga bahwa dirinya tidak akan menemui hari perhitungan.

Surah ini diakhiri dengan memaparkan beberapa bukti yang menguatkan kebenaran hari kebangkitan.]] Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi kebenaran hari kiamat. Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi jiwa yang mencela pemiliknya akibat melakukan dosa dan kesalahan, bahwa kalian akan dibangkitkan setelah tulang belulang kalian dikumpulkan. Apakah manusia mengira–setelah ia Kami ciptakan dari ketiadaan–bahwa Kami tidak dapat mengumpulkan kembali tulang belulangnya yang hancur berserakan?

Surah Al-Qiyamah Ayat 2
وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ

Terjemahan: dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).

Tafsir Jalalain: وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ (Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali) dirinya sendiri sekalipun ia berupaya sekuat tenaga di dalam kebaikan. Jawab Qasam tidak disebutkan; lengkapnya, Aku bersumpah dengan nama hari kiamat dan dengan nama jiwa yang banyak mencela, bahwa niscaya jiwa itu pasti akan dibangkitkan. Pengertian Jawab ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu:.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ (dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Qatadah mengatakan: “Aku bersumpah dengan keduanya secara keseluruhan.”

Adapun mengenai hari kiamat, maka sudah sangat diketahui. Sedangkan, بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ maka Qurrah bin Khalid berkata dari Hasan al-Bashri mengenai ayat ini, “Sesungguhnya orang mukmin, demi Allah, kami tidak melihatnya melainkan mencela dirinya sendiri. Yang aku maksud dengan kalimatku ini adalah sama seperti apa yang dimaksud dengan makanku, dan apa yang aku maksud dengan hadiitsu nafsii [instropeksi diri]. Dan sesungguhnya orang jahat akan berjalan tanpa mencela dirinya sendiri.”

Juwaibir mengatakan, kami pernah mendapatkan kabar dari al-Hasan bahwasannya ia pernah berkata mengenai firman Allah: وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ (“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesal.”) dia mengatakan: “Tidak ada seorangpun dari penghuni langit dan bumi ini melainkan akan mencela dirinya sendiri pada hari kiamat kelak.”

Ibnu Jarir mengatakan: “Yang lebih dekat dengan lahiriyah ayat bahwa jiwa mencela pemiliknya atas kebaikan dan keburukan, serta menyesali segala hal yang telah berlalu.

Tafsir Kemenag: Allah juga bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri (an-nafs al-lawwamah) terhadap sikap dan tingkah lakunya pada masa lalu yang tidak sempat lagi diisi dengan perbuatan baik. An-Nafs al-lawwamah juga berarti jiwa yang menyesali dirinya karena berbuat kejahatan, kenapa masih saja tidak sanggup dihentikan? Pada kebaikan yang disadari manfaatnya kenapa tidak diperbanyak atau dilipatgandakan saja? Begitulah an-nafs al-lawwamah berkata dan menyesali dirinya sendiri.

Perasaan menyesal itu senantiasa ada walaupun ia sudah berusaha keras dengan segenap upaya untuk mengerjakan amal saleh. Padahal semuanya pasti akan diperhitungkan kelak. An-Nafs al-lawwamah juga berarti jiwa yang tidak bisa dikendalikan pada waktu senang maupun susah. Waktu senang bersikap boros dan royal, sedang di masa susah menyesali nasibnya dan menjauhi agama.

An-Nafs al-lawwamah sebenarnya adalah jiwa seorang mukmin yang belum mencapai tingkat yang lebih sempurna. Penyesalan adalah benteng utama dari jiwa seperti ini karena telah melewati hidup di atas dunia dengan kebaikan yang tidak sempurna.

Perlu dijelaskan di sini hubungan antara hari Kiamat dengan an-nafs al-lawwamah, yang sama-sama digunakan Allah untuk bersumpah dalam awal surah ini. Hari Kiamat itu kelak akan membeberkan tentang jiwa seseorang, apakah ia memperoleh kebahagiaan atau kecelakaan.

Maka jiwa atau an-nafs al-lawwamah boleh jadi termasuk golongan yang bahagia atau termasuk golongan yang celaka. Dari segi lain, Allah sengaja menyebutkan jiwa yang menyesali dirinya ini karena begitu besarnya persoalan jiwa dari sudut pandangan Al-Qur’an.

Huruf “la” yang terdapat pada ayat 1 dan 2 di atas adalah “la zaidah” yang menguatkan arti perkataan sesudahnya, yaitu adanya hari Kiamat dan an-nafs al-lawwamah.

Allah sendiri menjawab sumpah-Nya walaupun dalam teks ayat tidak disebutkan. Jadi setelah bersumpah dengan hari Kiamat dan an-nafs al-lawwamah, Allah menegaskan, “Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawabanmu.” Pengertian ini diketahui dari ayat berikutnya.

Tafsir Quraish Shihab: Surah mulia ini berbicara tentang hari kebangkitan dan pembalasan yang akan ditemui seluruh umat manusia dengan segala kedahsyatannya. Kemudian Surah ini memuat ihwal jaminan yang akan diberikan Allah kepada Rasulullah saw. bahwa Dialah yang akan mengumpulkan al-Qur’ân dalam dada Rasul.

Lalu diutarakan pula mengenai ditolaknya mereka yang lebih menomorsatukan kehidupan dunia yang fana dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Dibandingkanlah antara wajah orang-orang Mukmin yang berseri-seri dengan wajah orang-orang kafir yang muram tak bercahaya.

Lalu dibicarakan pula mengenai hal ihwal orang yang tengah sekarat dan lalai menunaikan kewajiban serta menduga bahwa dirinya tidak akan menemui hari perhitungan.

Surah ini diakhiri dengan memaparkan beberapa bukti yang menguatkan kebenaran hari kebangkitan.]] Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi kebenaran hari kiamat. Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi jiwa yang mencela pemiliknya akibat melakukan dosa dan kesalahan, bahwa kalian akan dibangkitkan setelah tulang belulang kalian dikumpulkan. Apakah manusia mengira–setelah ia Kami ciptakan dari ketiadaan–bahwa Kami tidak dapat mengumpulkan kembali tulang belulangnya yang hancur berserakan?

Surah Al-Qiyamah Ayat 3
أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجۡمَعَ عِظَامَهُۥ

Terjemahan: Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?

Tafsir Jalalain: أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ (Apakah manusia mengira) yakni, orang kafir أَلَّن نَّجۡمَعَ عِظَامَهُۥ (bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya) untuk dibangkitkan menjadi hidup kembali.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجۡمَعَ عِظَامَهُۥ (“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya?”) Yakni pada hari kiamat kelak manusia akan mengira bahwa Kami [Allah] tidak akan mampu mengembalikan sekaligus mengumpulkan tulang-belulangnya dari tempat yang terpisah-pisah?

Tafsir Kemenag: Apakah manusia mengira bahwa Allah tidak akan mengumpulkan kembali tulang-belulangnya? Apakah manusia mengira bahwa tulangnya yang telah hancur di dalam kubur, setelah berserakan di tempat yang terpisah-pisah tidak dapat dikumpulkan Allah kembali? Ayat yang diungkapkan dengan nada pertanyaan ini mengandung makna agar manusia memikirkan persoalan mati dan adanya hari kebangkitan itu secara serius.

Tafsir Quraish Shihab: Surah mulia ini berbicara tentang hari kebangkitan dan pembalasan yang akan ditemui seluruh umat manusia dengan segala kedahsyatannya. Kemudian Surah ini memuat ihwal jaminan yang akan diberikan Allah kepada Rasulullah saw. bahwa Dialah yang akan mengumpulkan al-Qur’ân dalam dada Rasul.

Lalu diutarakan pula mengenai ditolaknya mereka yang lebih menomorsatukan kehidupan dunia yang fana dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Dibandingkanlah antara wajah orang-orang Mukmin yang berseri-seri dengan wajah orang-orang kafir yang muram tak bercahaya.

Lalu dibicarakan pula mengenai hal ihwal orang yang tengah sekarat dan lalai menunaikan kewajiban serta menduga bahwa dirinya tidak akan menemui hari perhitungan.

Surah ini diakhiri dengan memaparkan beberapa bukti yang menguatkan kebenaran hari kebangkitan.]] Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi kebenaran hari kiamat. Aku bersumpah dan Kutegaskan sumpah-Ku ini demi jiwa yang mencela pemiliknya akibat melakukan dosa dan kesalahan, bahwa kalian akan dibangkitkan setelah tulang belulang kalian dikumpulkan. Apakah manusia mengira–setelah ia Kami ciptakan dari ketiadaan–bahwa Kami tidak dapat mengumpulkan kembali tulang belulangnya yang hancur berserakan?

Surah Al-Qiyamah Ayat 4
بَلَىٰ قَٰدِرِينَ عَلَىٰٓ أَن نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ

Terjemahan: Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.

Tafsir Jalalain: بَلَىٰ (Bukan demikian) Kami akan mengumpulkannya kembali قَٰدِرِينَ (Kami kuasa) di samping mengumpulkan kembali tulang-tulangnya itu عَلَىٰٓ أَن نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ (menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna) artinya, Kami dapat mengembalikan tulang jari-jemari itu sekalipun bentuknya kecil, maka terlebih lagi tulang-tulang lainnya yang lebih besar daripadanya.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 23-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: بَلَىٰ قَٰدِرِينَ عَلَىٰٓ أَن نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ (“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun [kembali] jari jemarinya dengan sempurna.”) Sa’id bin Jubair dan al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Kami [Allah] mampu membuatnya beralas kaki atau bertelanjang kaki.”

Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Mujahid, ‘Ikrimah, al-Hasan, Qatadah adl-Dlahhak, dan Ibnu Jarir. Dan Ibnu Jarir mengarahkannya, bahwa jika Allah Ta’ala menghendaki, maka Dia akanmelakukan hal tersebut di dunia.

Lahiriyah ayat menunjukkan bahwa firman Allah Ta’ala: qaadiriina; merupakan haal [keadaan] dari firman-Nya, najma-‘a; artinya, apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mampu mengumpulkan tulang belulangnya? Sudah pasti Kami akan mengumpulkannya sekaligus mampu untuk menyusun jari jemarinya.

Dengan kata lain, kekuasaan Kami mampu untuk melakukan pengumpulan terhadapnya. Dan jika menghendaki, Kami bisa membangkitkannya dengan menambahkan lebih dari apa yang ada padanya sebelumnya, lalu Kami akan menjadikan ujung jari-jemarinya sama rata. Dan itulah makna ungkapan Ibnu Qatadah dan az-Zujaj.

Tafsir Kemenag: Diriwayatkan bahwa ayat ke 3 dan ke 4 ini diturunkan karena ulah dua orang yang bernama ‘Adiyy bin Abi Rabi’ah bersama Akhnasy bin Syuraiq. ‘Adiyy pernah menjumpai Rasulullah dengan bertanya, “Hai Muhammad, tolong ceritakan kepadaku kapan datang hari Kiamat dan bagaimana keadaan manusia pada waktu itu?”

Rasulullah saw menceritakan apa adanya. ‘Adiyy menjawab pula, “Demi Allah, andaikata aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan hari itu, aku juga tidak akan membenarkan ucapanmu itu dan aku juga tidak percaya kepadamu dan kepada hari Kiamat itu. Apakah mungkin hai Muhammad, Allah sanggup mengumpulkan kembali tulang-belulang manusia?” Kemudian turunlah ayat ke 4 di atas yang menegaskan kekuasaan Allah sebagai jawaban terhadap pertanyaan ‘Adiyy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yang bersikap seperti dia.

Untuk menghilangkan keragu-raguan itu, Allah menegaskan sebenarnya Dia berkuasa menyusun (kembali) jari-jemari manusia dengan sempurna. Bahkan Allah sanggup mengumpulkan dan menyusun kembali bagian-bagian tubuh yang hancur sekalipun itu adalah bagian terkecil seperti jari-jemari yang begitu banyak ruas dan bukunya.

Andaikata Allah tidak mempunyai ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang sempurna, tentu tidak mungkin Allah bisa menyusunnya kembali. Ringkasnya sebagaimana tulang-belulang dan jari-jemari itu tersusun dengan sempurna, maka Allah sanggup mengembalikannya lagi seperti semula.

Tafsir Quraish Shihab: Tentu, Kami akan mengumpulkannya kembali. Bahkan, lebih dari itu, Kami Mahakuasa untuk mengumpulkan jari jemarinya yang kecil secara sempurna seperti sediakala. Apatah lagi tulang belulang yang lebih besar.

Surah Al-Qiyamah Ayat 5
بَلۡ يُرِيدُ ٱلۡإِنسَٰنُ لِيَفۡجُرَ أَمَامَهُۥ

Terjemahan: Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.

Tafsir Jalalain: بَلۡ يُرِيدُ ٱلۡإِنسَٰنُ لِيَفۡجُرَ (Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus) huruf Lam yang ada pada lafal Liyafjura adalah Zaidah, sedangkan lafal Yafjuru dinashabkan oleh An yang diperkirakan keberadaannya. Yakni dia selalu berbuat dusta أَمَامَهُۥ (di dalam menghadapinya) di dalam menghadapi hari kiamat. Pengertian ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu:.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: بَلۡ يُرِيدُ ٱلۡإِنسَٰنُ لِيَفۡجُرَ أَمَامَهُۥ (“Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus.”) Sa’id mengatakan dari Ibnnu ‘Abbas: “Berjalan terus.” Sedangkan al-‘Aufi mengatakan dari Ibnu ‘Abbas: بَلۡ يُرِيدُ ٱلۡإِنسَٰنُ لِيَفۡجُرَ أَمَامَهُۥ (“Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus.”) yakni angan-angan.” Manusia berkata:

“Aku akan melakukan ini kemudian akan bertaubat sebelum kiamat.”
‘Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: yaitu orang kafir yang mendustakan hari perhitungan. Demikian pula yang dikemukakan oleh Ibnu Zaid. Dan inilah pengertian yang lebih jelas.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini ditegaskan bahwa sebenarnya manusia dengan perkembangan pikirannya menyadari bahwa Allah sanggup berbuat begitu, namun kehendak nafsu mempengaruhi pikirannya. Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus.

Sesungguhnya tidak ada manusia yang tidak mengenal kekuasaan Tuhannya, untuk menghidupkan dan menyusun tulang-belulang orang yang sudah mati. Akan tetapi, mereka masih ingin bergelimang dengan berbagai perbuatan maksiat, kemudian menunda-nunda tobat atau menghindarkan diri daripadanya.

Sesungguhnya manusia yang seperti ini, menurut Sa’id bin Jubair, suka cepat-cepat memperturutkan kehendak hati dan berbuat apa saja yang diinginkan. Nafsu selalu menggodanya, “Nanti sajalah aku bertobat; nanti sajalah aku mengerjakan kebaikan.” Celakanya dia belum sempat tobat dan beramal baik, malaikat maut sudah lebih dahulu mencabut nyawanya. Padahal pada saat itu, ia sedang asyik dalam perbuatan maksiat.

Boleh jadi juga maksud ayat ini adalah bahwa seseorang selalu berangan-angan tentang betapa nikmatnya kalau ia mendapat ini dan itu, mendapat mobil dan rumah mewah atau jabatan yang empuk, dan seterusnya, namun lupa mengingat mati, lupa dengan akan datangnya hari kebangkitan, hari saat diperiksa segala pekerjaannya.

Kata-kata liyafjura berarti cenderung kepada yang batil, atau suka menyimpang dari kebenaran. Orang seperti ini ingin hidup bebas seperti binatang. Ia tidak mau dihalangi untuk mengerjakan apa saja dengan teguran akal sehat atau larangan agama yang mengekang keinginannya.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi mengapa manusia masih tetap mengingkari hari kebangkitan? Adakah itu karena mereka ingin terus melakukan perbuatan-perbuatan buruk sampai mati?

Surah Al-Qiyamah Ayat 6
يَسۡـَٔلُ أَيَّانَ يَوۡمُ ٱلۡقِيَٰمَةِ

Terjemahan: Ia berkata: “Bilakah hari kiamat itu?”

Tafsir Jalalain: يَسۡـَٔلُ أَيَّانَ (Ia bertanya, “Bilakah) Kapan يَوۡمُ ٱلۡقِيَٰمَةِ (hari kiamat itu?”) pertanyaannya itu mengandung nada mengejek dan mendustakannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, setelahnya Dia berfirman: يَسۡـَٔلُ أَيَّانَ يَوۡمُ ٱلۡقِيَٰمَةِ (“Ia bertanya: ‘Bilakah hari kiamat itu?’”) maksudnya dia bertanya: kapankah hari kiamat itu tiba? Pertanyaan yang diajukan tersebut menuju ke arah menganggap mustahil kejadian hari kiamat dan mendustakan keberadaannya.

Tafsir Kemenag: Selanjutnya, Allah menggambarkan sikap orang keras kepala yang bertanya, “Bilakah hari Kiamat itu?” Pertanyaan ini muncul sebagai tanda terlalu jauhnya jangkauan hari Kiamat itu dalam pikiran si penanya dan menunjukkan ketidakpercayaan akan terjadinya. Hal ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya, yakni:

“Kenapa ia terus-menerus ingin mengerjakan kejahatan?” Karena mereka mengingkari adanya hari kebangkitan, sehingga tidak merasa perlu memikirkan segala akibat dari kejahatan yang dilakukan. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu, (kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah) kita mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi). (al-Mu’minun/23: 36-37)

Kalau disimpulkan, ada dua sebab ketidakpercayaan manusia kepada hari Kiamat, yaitu:

  1. Karena ragu-ragu dengan kekuasaan Allah. Misalnya pikiran yang berpendapat bahwa bagian tubuh yang sudah hancur, berserakan, dan bercampur aduk dengan tanah, di timur maupun di barat, mungkinkah dapat disusun dan dihidupkan kembali? Bagaimana bisa tubuh manusia yang demikian kembali kepada keadaan semula?

Seperti bunyi ayat 3 dan 4: Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna. (al-Qiyamah/75: 3-4)

  1. Karena keinginan yang terus-menerus untuk menikmati kesenangan duniawi, dan kedatangan Kiamat (hari berkumpul dan berhisab) tentu saja memutuskan segala bentuk kesenangan itu, seperti disebutkan dalam ayat ke-5: Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus-menerus. (al-Qiyamah/75: 5).

Tafsir Quraish Shihab: Sambil mengingkari hari kiamat, ia bertanya, “Bilakah datangnya hari kiamat?”

Surah Al-Qiyamah Ayat 7
فَإِذَا بَرِقَ ٱلۡبَصَرُ

Terjemahan: Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),

Tafsir Jalalain: فَإِذَا بَرِقَ ٱلۡبَصَرُ (Maka apabila mata terbelalak) dapat dibaca Bariqa dan Baraqa, artinya kaget dan bimbang setelah ia melihat apa yang dahulu selalu ia dustakan.

Tafsir Ibnu Katsir: Di sini Allah berfirman: فَإِذَا بَرِقَ ٱلۡبَصَرُ (“Maka apabila mata terbelalak.”) Abu ‘Amr bin al-‘Ala’ membaca “bariq” dengan harakat kasrah pada huruf “ra”. dan apa yang difirmankan-Nya ini sama seperti firman-Nya:

لَا يَرۡتَدُّ إِلَيۡهِمۡ طَرۡفُهُمۡ (“Sedang mata mereka tidak berkedip”)(Ibrahim: 43). Maksudnya, tetapi mereka melihat karena terkejut, begini dan begitu. Mata mereka tidak tertuju pada sesuatu pun karena rasa takut yang sangat luar biasa. Ahli qiraat lainnya membaca “baraqa” dengan menggunakan harakat fathah pada huruf “ra”, dan kata tersebut mempunyai pengertian yang sangat dekat denngan yang pertama. dan maksudnya bahwa semua mata terbelalak pada hari kiamat kelak dengan penuh kekhusyu’an, bingung, keheranan, serta merasa hina karena rasa takut yang mencekam dan karena kedahsyatan berbagai hal yang mereka saksikan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan tiga hal tanda kedatangan hari Kiamat, yakni:

  1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu, mata tidak sanggup menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:

Mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Ibrahim/14: 43)

  1. Apabila bulan telah hilang cahayanya untuk selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja.
  2. Matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan saling bertemu, keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin/36: 40)

Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan diri.

Menurut kajian ilmiah, skenario kiamat ada bermacam-macam, ada yang berupa skenario besar (Grand Scenario), ada pula skenario “lokal” walaupun dampaknya bisa universal dan berpengaruh kepada seluruh alam semesta. Pada Grand Scenario sistem alam semesta mengalami suatu perubahan sistem yang memburuk bahkan bisa secara drastis sehingga alam semesta sebagai sistem menjadi ambruk dan kiamat datang.

Baca Juga:  Surah An-Najm Ayat 5-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Skenario jenis kedua bersifat “lokal”, artinya hanya terjadi di salah satu galaksi atau tata surya. Besar kemungkinan bahwa kejadian ini berlangsung di galaksi Bima Sakti atau bahkan di tata surya kita, di mana manusia berada.

Salah satu skenario yang mungkin adalah mengarahnya lubang hitam (black hole) ke tata surya kita. Bila anggota tata surya kita, termasuk planet bumi, dikenai lubang hitam, yang berarti akan tersedot gravitasi yang sangat kuat, maka semua yang ada di permukaan bumi termasuk manusia akan terangkat kemudian kaki-kakinya akan terlepas dan akhirnya tubuh manusia akan tercerai-berai hingga enam puluh empat bagian.

Sedangkan pada saat yang sama, matahari akan tersedot, termasuk energi nuklirnya hingga habis, sedangkan planet seluruh anggota tata surya kita dan matahari juga akan bersama-sama tersedot, hingga akan menyatu karena sedotan gravitasi yang sangat kuat. Jelaslah bahwa cahaya bulan dan tentu saja cahaya sumbernya yaitu matahari akan menghilang.

Maka seluruh tata surya kita akan lebur sehingga mengganggu keseimbangan galaksi kita, dan akibat universalnya, keseimbangan Bima Sakti ini akan berdampak pada keseimbangan posisi dan energi alam semesta, sehingga kiamat hanyalah soal waktu.

Tafsir Quraish Shihab: Maka tatkala mata terbelalak ketakutan dan bulan telah kehilangan cahayanya, sementara matahari dan bulan muncul bersamaan dari arah barat, ketika itulah manusia berkata, “Ke mana lagi kita dapat melarikan diri dari azab?”

Surah Al-Qiyamah Ayat 8
وَخَسَفَ ٱلۡقَمَرُ

Terjemahan: dan apabila bulan telah hilang cahayanya,

Tafsir Jalalain: وَخَسَفَ ٱلۡقَمَرُ (Dan apabila bulan telah hilang cahayanya) yakni menjadi gelap dan lenyap sinarnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَخَسَفَ ٱلۡقَمَرُ (“dan apabila bulan telah hilang cahayanya.”) yakni tidak lagi bercahaya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan tiga hal tanda kedatangan hari Kiamat, yakni:

  1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu, mata tidak sanggup menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:

Mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Ibrahim/14: 43)

  1. Apabila bulan telah hilang cahayanya untuk selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja.
  2. Matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan saling bertemu, keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin/36: 40)

Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan diri.

Menurut kajian ilmiah, skenario kiamat ada bermacam-macam, ada yang berupa skenario besar (Grand Scenario), ada pula skenario “lokal” walaupun dampaknya bisa universal dan berpengaruh kepada seluruh alam semesta. Pada Grand Scenario sistem alam semesta mengalami suatu perubahan sistem yang memburuk bahkan bisa secara drastis sehingga alam semesta sebagai sistem menjadi ambruk dan kiamat datang.

Skenario jenis kedua bersifat “lokal”, artinya hanya terjadi di salah satu galaksi atau tata surya. Besar kemungkinan bahwa kejadian ini berlangsung di galaksi Bima Sakti atau bahkan di tata surya kita, di mana manusia berada.

Salah satu skenario yang mungkin adalah mengarahnya lubang hitam (black hole) ke tata surya kita. Bila anggota tata surya kita, termasuk planet bumi, dikenai lubang hitam, yang berarti akan tersedot gravitasi yang sangat kuat, maka semua yang ada di permukaan bumi termasuk manusia akan terangkat kemudian kaki-kakinya akan terlepas dan akhirnya tubuh manusia akan tercerai-berai hingga enam puluh empat bagian.

Sedangkan pada saat yang sama, matahari akan tersedot, termasuk energi nuklirnya hingga habis, sedangkan planet seluruh anggota tata surya kita dan matahari juga akan bersama-sama tersedot, hingga akan menyatu karena sedotan gravitasi yang sangat kuat. Jelaslah bahwa cahaya bulan dan tentu saja cahaya sumbernya yaitu matahari akan menghilang.

Maka seluruh tata surya kita akan lebur sehingga mengganggu keseimbangan galaksi kita, dan akibat universalnya, keseimbangan Bima Sakti ini akan berdampak pada keseimbangan posisi dan energi alam semesta, sehingga kiamat hanyalah soal waktu.

Tafsir Quraish Shihab: Maka tatkala mata terbelalak ketakutan dan bulan telah kehilangan cahayanya, sementara matahari dan bulan muncul bersamaan dari arah barat, ketika itulah manusia berkata, “Ke mana lagi kita dapat melarikan diri dari azab?”

Surah Al-Qiyamah Ayat 9
وَجُمِعَ ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ

Terjemahan: dan matahari dan bulan dikumpulkan,

Tafsir Jalalain: وَجُمِعَ ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ (Dan matahari dan bulan dikumpulkan) maka kedua-duanya terbit dari arah barat; atau kedua-duanya telah hilang sinarnya, yang demikian itu terjadi pada hari kiamat.

Tafsir Ibnu Katsir: وَجُمِعَ ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ (“sedang matahari dan bulan dikumpulkan.”) Mujahid mengatakan: “Yakni menjadi satu bulan.” Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibnu Zaid membaca ayat-ayat berikut ini: إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتۡ (“apabila matahari digulung. dan apabila bintang-bintang berjatuhan.”)(at-Takwir: 1-2)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan tiga hal tanda kedatangan hari Kiamat, yakni:

  1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu, mata tidak sanggup menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:

Mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Ibrahim/14: 43)

  1. Apabila bulan telah hilang cahayanya untuk selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja.
  2. Matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan saling bertemu, keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin/36: 40)

Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan diri.

Menurut kajian ilmiah, skenario kiamat ada bermacam-macam, ada yang berupa skenario besar (Grand Scenario), ada pula skenario “lokal” walaupun dampaknya bisa universal dan berpengaruh kepada seluruh alam semesta. Pada Grand Scenario sistem alam semesta mengalami suatu perubahan sistem yang memburuk bahkan bisa secara drastis sehingga alam semesta sebagai sistem menjadi ambruk dan kiamat datang.

Skenario jenis kedua bersifat “lokal”, artinya hanya terjadi di salah satu galaksi atau tata surya. Besar kemungkinan bahwa kejadian ini berlangsung di galaksi Bima Sakti atau bahkan di tata surya kita, di mana manusia berada.

Salah satu skenario yang mungkin adalah mengarahnya lubang hitam (black hole) ke tata surya kita. Bila anggota tata surya kita, termasuk planet bumi, dikenai lubang hitam, yang berarti akan tersedot gravitasi yang sangat kuat, maka semua yang ada di permukaan bumi termasuk manusia akan terangkat kemudian kaki-kakinya akan terlepas dan akhirnya tubuh manusia akan tercerai-berai hingga enam puluh empat bagian.

Sedangkan pada saat yang sama, matahari akan tersedot, termasuk energi nuklirnya hingga habis, sedangkan planet seluruh anggota tata surya kita dan matahari juga akan bersama-sama tersedot, hingga akan menyatu karena sedotan gravitasi yang sangat kuat. Jelaslah bahwa cahaya bulan dan tentu saja cahaya sumbernya yaitu matahari akan menghilang.

Maka seluruh tata surya kita akan lebur sehingga mengganggu keseimbangan galaksi kita, dan akibat universalnya, keseimbangan Bima Sakti ini akan berdampak pada keseimbangan posisi dan energi alam semesta, sehingga kiamat hanyalah soal waktu.

Tafsir Quraish Shihab: Maka tatkala mata terbelalak ketakutan dan bulan telah kehilangan cahayanya, sementara matahari dan bulan muncul bersamaan dari arah barat, ketika itulah manusia berkata, “Ke mana lagi kita dapat melarikan diri dari azab?”

Surah Al-Qiyamah Ayat 10
يَقُولُ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذٍ أَيۡنَ ٱلۡمَفَرُّ

Terjemahan: pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?”

Tafsir Jalalain: يَقُولُ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذٍ أَيۡنَ ٱلۡمَفَرُّ (Pada hari itu manusia berkata, “Ke mana tempat lari?”).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: يَقُولُ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذٍ أَيۡنَ ٱلۡمَفَرُّ (“pada hari itu manusia berkata: ‘Kemana tempat lari?’”) jika anak cucu Adam telah menyaksikan peristiwa mengerikan itu pada hari kiamat kelak, maka mereka hendak melarikan diri dan berkata: “Kemana tempat berlari?” yakni adakah tempat berlindung?

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan bahwa pada hari Kiamat itu manusia berkata, “Ke manakah tempat lari?” Masing-masing orang berusaha mencari jalan untuk menyelamatkan diri. Sebagian mengartikan ayat ini dengan “Ke manakah tempat lari menghindari api neraka?” Tentulah manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang kafir, karena pada saat itu orang-orang mukmin tidak ada yang menyangsikan kedatangan hari Kiamat itu seperti disebutkan dalam beberapa hadis Nabi. Apakah orang-orang kafir itu dapat menyelamatkan diri? Tidak!.

Tafsir Quraish Shihab: Maka tatkala mata terbelalak ketakutan dan bulan telah kehilangan cahayanya, sementara matahari dan bulan muncul bersamaan dari arah barat, ketika itulah manusia berkata, “Ke mana lagi kita dapat melarikan diri dari azab?”

Surah Al-Qiyamah Ayat 11
كَلَّا لَا وَزَرَ

Baca Juga:  Surah Al Baqarah Ayat 81-85; Tafsir Beserta Artinya

Terjemahan: sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!

Tafsir Jalalain: كَلَّا (Sekali-kali tidak) lafal ini menunjukkan kata tolakan terhadap pencarian jalan lari. لَا وَزَرَ (Tidak ada tempat berlindung) tidak ada tempat mengungsi yang dapat dijadikan perlindungan baginya.

Tafsir Ibnu Katsir: كَلَّا لَا وَزَرَ (sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini ditegaskan bahwa sekali-kali tidak ada tempat berlindung. Tidak ada satu perlindungan pun yang mungkin menyelamatkan mereka dari siksaan Allah. Tidak ada benteng maupun bukit atau senjata yang dapat digunakan. Demikian dalam ayat lain Allah menegaskan:

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (atas perintah dari Allah). Pada hari itu kamu tidak memperoleh tempat berlindung dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu). (asy-Syura/42: 47)

Tafsir Quraish Shihab: Terjegallah kalian, wahai manusia, dari upaya mencari tempat pelarian dari azab. Tak ada tempat berlindung bagi kalian kecuali kepada Tuhanku semata yang akan memutuskan bagi para hamba-Nya: ke surga atau ke neraka.

Surah Al-Qiyamah Ayat 12
إِلَىٰ رَبِّكَ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡمُسۡتَقَرُّ

Terjemahan: Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.

Tafsir Jalalain: إِلَىٰ رَبِّكَ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡمُسۡتَقَرُّ (Hanya kepada Rabbmu sajalah pada hari itu tempat kembali) bagi semua makhluk, lalu mereka dihisab dan menerima pembalasan.

Tafsir Ibnu Katsir: إِلَىٰ رَبِّكَ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡمُسۡتَقَرُّ (Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.) Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Sa’id bin Jubair dan lain-lain dari ulama salaf mengatakan: “Yakni tidak ada keselamatan.” Dan ayat tersebut sama dengan firman Allah yang artinya:

“Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak pula dapat mengingkari. Demikian pula disini Allah berfirman, لَا وَزَرَ (“tidak dapat berlindung.”) yakni kalian tidak akan mendapatkan tempat untuk berlindung padanya. Oleh karen itu, Dia berfirman: إِلَىٰ رَبِّكَ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡمُسۡتَقَرُّ (“Hanya kepada Rabb-mu sajalah pada hari itu tempat kembali.”) yakni tempat kembali.

Tafsir Kemenag: Kemudian dalam ayat ini diterangkan keadaan yang sebenarnya dan ke mana manusia hendak dikumpulkan. Hanya kepada Allah tempat manusia kembali. Di tempat penuh kesengsaraan atau di tempat penuh nikmat penuh kebahagiaan. Semuanya tergantung kepada kehendak Allah. Dia Penguasa Tunggal di hari itu. Semua manusia kembali kepada Allah tanpa kecuali. Ke sanalah tujuan perjalanan hidup yang terakhir. Allah berfirman:

Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). (an-Najm/53: 42).

Tafsir Quraish Shihab: Terjegallah kalian, wahai manusia, dari upaya mencari tempat pelarian dari azab. Tak ada tempat berlindung bagi kalian kecuali kepada Tuhanku semata yang akan memutuskan bagi para hamba-Nya: ke surga atau ke neraka.

Surah Al-Qiyamah Ayat 13
يُنَبَّؤُاْ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذٍۢ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ

Terjemahan: Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.

Tafsir Jalalain: يُنَبَّؤُاْ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذٍۢ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ (Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya) yaitu semua amal perbuatannya dari mulai awal hingga akhir, diberitakan kepadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Dia berfirman: يُنَبَّؤُاْ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذٍۢ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ (“pada hari itu diberitahukan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.”) maksudnya Allah memberitahukan seluruh amal perbuatannya, baik yang lama maupun yang baru, yang pertama maupun yang terakhir, kecil maupun besar, demikian setersunya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Kepada manusia diceritakan ketika telah tiba waktunya menghisab dan menimbang amalannya.

Semua akan dibeberkan dengan jelas, mana perbuatan baik yang telah dikerjakan dan mana yang seharusnya dikerjakan tapi tidak sempat lagi dilaksanakan. Demikian pula mana yang semestinya dahulu diperbuat guna menghindarkan diri dari azab Allah dan mencapai pahala-Nya. Tidak ada yang luput dari pemberitaan itu, karya yang kecil maupun yang besar, yang baru maupun yang usang.

Ibnu ‘Abbas mengartikan ayat ini dengan menjelaskan bahwa yang diceritakan tidak hanya sekadar perbuatan buruk dan baik seseorang menjelang dia meninggal dunia, tetapi juga segala karya, pikiran, dan kebiasaannya. Semua orang akan menyaksikan sendiri di hadapannya segala wujud amaliahnya, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata,

“Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)

Sehubungan dengan hal ini, disebutkan pula dalam hadis Rasulullah saw: Tujuh macam perbuatan seorang hamba yang tetap mengalir pahalanya bagi orang yang sudah wafat: orang yang mengajarkan ilmu, orang yang membuat aliran sungai, orang yang menggali sumur, orang yang menanam pohon kurma, orang yang mendirikan masjid, orang yang mewariskan (menyebarluaskan) mushaf (kitab suci Al-Qur’an), dan orang yang meninggalkan anak (keturunan) yang memohonkan ampunan baginya setelah ia meninggal. (Riwayat Abu Nu’aim dan al-Baihaqi dari Anas bin Malik)

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari ini, segala yang dikerjakan dan ditinggalkan oleh manusia akan dibeberkan.

Surah Al-Qiyamah Ayat 14
بَلِ ٱلۡإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِيرَةٌ

Terjemahan: Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,

Tafsir Jalalain: بَلِ ٱلۡإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِيرَةٌ (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri) yakni semua anggota tubuhnya memberikan kesaksian terhadap semua amal perbuatannya, sehingga ia tidak dapat mengingkarinya lagi. Huruf Ha yang ada pada lafal Bashiirah menunjukkan makna Mubalaghah.

Tafsir Ibnu Katsir: بَلِ ٱلۡإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِيرَةٌ (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,) maksudnya dia menjadi saksi bagi dirinya sendiri, dia mengetahui apa yang dia kerjakan meskipun dia telah memberikan alasan dan juga penolakan, sebagaimana Dia berfirman: ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبًا (“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadap dirimu.”)(al-Israa’: 14). ‘Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu ‘Abbas tentang ayat, بَلِ ٱلۡإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِيرَةٌ (“bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.”) dia mengatakan: “Yakni pendengaran, pandangan, kedua tangan, kedua kaki, dan seluruh anggota tubuhnya.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa diri manusia itu sendiri menjadi saksi. Tidak perlu orang lain menceritakan kepadanya karena semua bagian tubuhnya menjadi saksi atas segala yang telah dikerjakannya, dengan jujur tanpa berbohong. Siapa yang berbuat jahat diberi siksaan dan tidak bisa dihindari. Pendengaran, penglihatan, kaki, tangan, dan semua anggota tubuh membeberkan segala yang telah dikerjakannya.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Yasin/36: 65)

Meskipun telah diterangkan dalam Al-Qur’an akan datangnya hari Kiamat dan manusia mempertanggungjawabkan amalnya, tetapi manusia tetap saja ingin mengajukan berbagai alasan untuk mendebat keputusan Allah, karena mengikuti hawa nafsunya.

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan manusia itu sendiri akan menjadi saksi yang jelas bagi semua yang dilakukan maupun yang ditinggalkannya. Kendati saat itu manusia berusaha melontarkan berbagai alasan, semua itu tidak akan dapat menyelamatkan dirinya.

Surah Al-Qiyamah Ayat 15
وَلَوۡ أَلۡقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ

Terjemahan: meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.

Tafsir Jalalain: وَلَوۡ أَلۡقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ (Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya) lafal Ma’aadziir bentuk jamak dari lafal Ma’dzirah, akan tetapi tidak menurut cara yang beraturan. Makna ayat, seandainya dia mengemukakan semua alasannya, niscaya alasan-alasannya itu tidak akan diterima. Allah berfirman kepada Nabi-Nya:.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَوۡ أَلۡقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa biarpun manusia berusaha mengajukan berbagai alasan guna menutupi segala kesalahannya, dan menyembunyikan segala perbuatan jeleknya, namun semua itu tidak akan berguna karena anggota tubuhnya akan menjadi saksi atas dirinya. Dalam ayat lain disebutkan:

Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu. (al-Isra’/17: 14)

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Yasin/36: 65)

Dari isyarat ayat di atas dapat pula kita mengambil pelajaran bahwa keyakinan orang musyrik mempersekutukan Allah dan menyembah patung atau berhala, serta ketidakpercayaan mereka pada hari kebangkitan adalah kepercayaan yang salah. Hati kecil mereka sendiri sesungguhnya tidak mengakui yang demikian. Oleh karena itu, segala alasan yang mereka kemukakan guna menolak kebenaran, sebenarnya adalah alasan palsu. Mereka mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak hati nurani sendiri.

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan manusia itu sendiri akan menjadi saksi yang jelas bagi semua yang dilakukan maupun yang ditinggalkannya. Kendati saat itu manusia berusaha melontarkan berbagai alasan, semua itu tidak akan dapat menyelamatkan dirinya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qiyamah Ayat 1-15 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S