Surah Al-Qomar Ayat 9-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qomar Ayat 9-17

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qomar Ayat 9-17 ini, Allah memperingatkan orang yang membangkang dan mendustakan para rasul serta tidak mengambil iktibar terhadap dahsyatnya siksaan Tuhan dan ancaman-ancamannya yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak mengindahkan seruan para rasul.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebelum umat Nabi Muhammad saw, kaum Nuh telah terlebih dahulu mendustakan kerasulan Nabi Nuh. Mereka mendustakan kerasulan Nabi Nuh bahkan mereka menuduhnya gila serta mengancam dan menakut-nakuti Nabi Nuh supaya menghentikan dakwahnya, jika tidak mereka akan merajamnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qomar Ayat 9-17

Surah Al-Qomar Ayat 9
كَذَّبَتۡ قَبۡلَهُمۡ قَوۡمُ نُوحٍ فَكَذَّبُواْ عَبۡدَنَا وَقَالُواْ مَجۡنُونٌ وَٱزۡدُجِرَ

Terjemahan: “Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: “Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).

Tafsir Jalalain: كَذَّبَتۡ قَبۡلَهُمۡ (Sebelum mereka telah mendustakan -pula -) yakni sebelum orang-orang Quraisy قَوۡمُ نُوحٍ (kaum Nuh) dita`nits kannya lafal Kadzdzabat karena memandang segi makna yang terkandung dalam lafal Qaumun فَكَذَّبُواْ عَبۡدَنَا (maka mereka mendustakan hamba Kami) yakni Nabi Nuh وَقَالُواْ مَجۡنُونٌ وَٱزۡدُجِرَ (dan mereka mengatakan, “Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman”) pernah diperingatkan oleh mereka dengan caci-maki dan lain sebagainya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: كَذَّبَتۡ (“telah mendustakan”), sebelum kaummu ini, hai Muhammad. قَبۡلَهُمۡ قَوۡمُ نُوحٍ فَكَذَّبُواْ عَبۡدَنَا (“kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba kami.”) yakni mereka memperlihatkan kedustaan mereka secara lantang kepadanya dan menuduh gila, وَقَالُواْ مَجۡنُونٌ وَٱزۡدُجِرَ (“dan mereka mengatakan: ‘Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.’”) Mujahid mengatakan:

“Kata ‘izdajara’ berarti dianggap gila.” Ada juga yang mengatakan: “Yakni mereka menekan dan mengancamnya: ‘Jika engkau tidak hentikan hai Nuh, niscaya engkau termasuk orang yang dirajam’” . demikian menurut penafsiran Ibnu Zaid.

Tafsir Kemenag: Sebelum umat Nabi Muhammad saw, kaum Nuh telah terlebih dahulu mendustakan kerasulan Nabi Nuh. Mereka mendustakan kerasulan Nabi Nuh bahkan mereka menuduhnya gila serta mengancam dan menakut-nakuti Nabi Nuh supaya menghentikan dakwahnya, jika tidak mereka akan merajamnya.

Tafsir Quraish Shihab: Sebelum orang-orang kafir Mekah, kaum Nûh telah mendustakan nabinya, yaitu Nûh, salah seorang hamba dan rasul Kami. Mereka menyebutnya gila dan menghalang-halanginya, dengan berbagai macam siksaan dan ancaman, agar tidak menyampaikan risalah yang diembannya.

Surah Al-Qomar Ayat 10
فَدَعَا رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَغۡلُوبٌ فَٱنتَصِرۡ

Terjemahan: “Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)”.

Tafsir Jalalain: فَدَعَا رَبَّهُۥٓ أَنِّى (Maka dia mengadu kepada Rabbnya, “Bahwasanya aku ini) dibaca Annii artinya, bahwa aku ini مَغۡلُوبٌ فَٱنتَصِرۡ (adalah orang yang dikalahkan, oleh karena itu menangkanlah aku”).

Tafsir Ibnu Katsir: فَدَعَا رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَغۡلُوبٌ فَٱنتَصِرۡ (“Maka dia mengadu kepada Rabbnya: ‘Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, maka tolonglah [aku]”) maksudnya, sesungguhnya aku terlalu lemah untuk menghadapi dan melawan mereka. Karenanya, berikanlah bentuan untuk menegakkan agama-Mu.

Tafsir Kemenag: Nabi Nuh berdoa kepada Allah swt bahwa ia tidak berdaya menghadapi ancaman kaumnya, dan memohon kepada Allah agar menolongnya. Doa Nabi Nuh terdapat dalam Surah Nuh/71: 26-28, bahwa Nabi Nuh memohon kepada Allah agar orang kafir dihancurkan, karena mereka hanya akan menyesatkan manusia dan akan melahirkan orang-orang durhaka dan kafir. Di samping itu Nabi Nuh juga memohon ampunan bagi kedua orangtua dan orang-orang yang beriman.

Hal ini dilakukan setelah Nabi Nuh mengetahui keingkaran mereka dan hampir lelahnya Nabi Nuh dalam menyampaikan dakwahnya. Firman Allah: Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur. Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.” (Nuh/71: 26-28).

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Nûh memohon kepada Tuhannya, “Aku terkalahkan oleh kaumku, maka balaslah dan menangkanlah aku.”

Surah Al-Qomar Ayat 11
فَفَتَحۡنَآ أَبۡوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٍ مُّنۡهَمِرٍ

Terjemahan:”Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.

Tafsir Jalalain: فَفَتَحۡنَآ (Maka Kami bukakan) dapat dibaca Fafatahnaa atau Fafattahnaa أَبۡوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٍ مُّنۡهَمِرٍ (pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang tercurah) air yang ditumpahkan dari langit dengan sangat derasnya.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 62; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: فَفَتَحۡنَآ أَبۡوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٍ مُّنۡهَمِر (“maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan [menurunkan] air yang tercurah.” As-Suddi mengatakan: “Yakni yang melimpah.

Tafsir Kemenag: Allah mengabulkan doa Nabi Nuh dengan mencurahkan air yang banyak dari langit dan berlangsung bertahun-tahun.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Kami membuka pintu-pintu langit yang kemudian menumpahkan air yang amat banyak dan beruntun. Dari dalam tanah, Kami juga memancarkan sumber mata air. Dengan demikian, bertemulah air langit dan air bumi yang membinasakan mereka sesuai dengan ketetapan Allah.

Surah Al-Qomar Ayat 12
وَفَجَّرۡنَا ٱلۡأَرۡضَ عُيُونًا فَٱلۡتَقَى ٱلۡمَآءُ عَلَىٰٓ أَمۡرٍ قَدۡ قُدِرَ

Terjemahan: “Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.

Tafsir Jalalain: وَفَجَّرۡنَا ٱلۡأَرۡضَ عُيُونًا (Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air) yang menyumber dengan فَٱلۡتَقَى ٱلۡمَآءُ (maka bertemulah air-air itu) yaitu air yang ditumpahkan dari langit dan air yang disemburkan dari bumi عَلَىٰٓ أَمۡرٍ (untuk suatu urusan) berkedudukan menjadi Hal قَدۡ قُدِرَ (yang sungguh telah ditetapkan) yang telah dipastikan di zaman Azali, yaitu bahwa mereka dibinasakan dengan ditenggelamkan.

Tafsir Ibnu Katsir: وَفَجَّرۡنَا ٱلۡأَرۡضَ عُيُونًا (“dan kami jadikan bumi memancarkan mata air- mata air.”) maksudnya seluruh penjuru bumi memancarkan air, bahkan sampai tempat yang panas sekalipun juga menyemburkan air. فَٱلۡتَقَى (“maka bertemulah air-air itu”) yakni dari langit dan bumi, ٱلۡمَآءُ عَلَىٰٓ أَمۡرٍ قَدۡ قُدِرَ (“untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.”).

Tafsir Kemenag: Disamping itu dari dalam bumi, Allah memancarkan sumber mata air di permukaannya, lalu bertemulah dua air tersebut, yaitu air yang diturunkan dari langit dan air yang dipancarkan dari bumi, terjadilah banjir yang besar sebagaimana yang sudah ditentukan Allah.

Ayat ini menguraikan mengenai peristiwa air bah pada masa Nabi Nuh. Akan tetapi, apabila penggalan kata-kata pertama dalam kalimat di atas, dan dikaitkan dengan pernyataan dalam ayat sebelumnya, maka keduanya akan memperlihatkan siklus air. Penggalan mengenai siklus air ini menjelaskan tentang turunnya air hujan dan bumi mengeluarkannya lagi dalam bentuk mata air.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Kami membuka pintu-pintu langit yang kemudian menumpahkan air yang amat banyak dan beruntun. Dari dalam tanah, Kami juga memancarkan sumber mata air. Dengan demikian, bertemulah air langit dan air bumi yang membinasakan mereka sesuai dengan ketetapan Allah.

Surah Al-Qomar Ayat 13
وَحَمَلۡنَٰهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلۡوَٰحٍ وَدُسُرٍ

Terjemahan: “Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku,

Tafsir Jalalain: وَحَمَلۡنَٰهُ (Dan Kami angkut dia) yakni Nabi Nuh عَلَىٰ (ke atas) bahtera ذَاتِ أَلۡوَٰحٍ وَدُسُرٍ (yang terbuat dari papan dan paku) lafal Dusur artinya benda-benda yang dipakai untuk menyambung kayu-kayu, baik berupa paku atau benda-benda lainnya, bentuk tunggalnya adalah Disaarun yang wazannya sama dengan lafal Kitaabun.

Tafsir Ibnu Katsir: وَحَمَلۡنَٰهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلۡوَٰحٍ وَدُسُر (“dan Kami angkat Nuh ke atas [bahtera] yang terbuat dari papan dan paku.”) Ibnu ‘Abbas, Sa’id bin Jubair, al-Qurthubi, Qatadah, dan Ibnu Zaid berkata: “Yaitu paku.” Pendapat ini juga yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Tafsir Kemenag: Allah menyelamatkan Nabi Nuh dari banjir besar dengan memerintahkan Nuh beserta pengikutnya naik ke kapal besar yang terbuat dari papan-papan yang dipaku yang telah disiapkan sebelumnya. Maksud ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah al-‘Ankabut: Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu. (al-‘Ankabut/29: 15).

Tafsir Quraish Shihab: Kami mengangkut Nûh di atas bahtera yang terbuat dari kayu dan ikatan yang mengencangkan papan-papannya. Bahtera tersebut berlayar di atas air di bawah pengawasan Kami sebagai balasan bagi Nûh yang seruannya selalu didustakan oleh kaumnya.

Surah Al-Qomar Ayat 14
تَجۡرِى بِأَعۡيُنِنَا جَزَآءً لِّمَن كَانَ كُفِرَ

Terjemahan: “Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).

Tafsir Jalalain: تَجۡرِى بِأَعۡيُنِنَا (Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami) atau dalam pengawasan Kami جَزَآءً (sebagai balasan) dinashabkan oleh Fi’il yang diperkirakan keberadaannya, yakni mereka ditenggelamkan sebagai pertanda kemenangan لِّمَن كَانَ كُفِرَ (bagi orang yang diingkari) yaitu bagi Nabi Nuh a.s. Dan menurut suatu qiraat lafal Kufira dibaca Kafar, artinya, mereka ditenggelamkan sebagai hukuman bagi mereka yang kafir.

Baca Juga:  Surah Al-Maidah Ayat 64-66; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: َتَجۡرِى بِأَعۡيُنِنَا (“yang berlayar dengan pemeliharaan Kami”). Maksudnya atas perintah dan pengawasan Kami serta berada di bawah penjagaan Kami, َزَآءً لِّمَن كَانَ كُفِرَ (“Sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari [Nuh]”). Maksudnya, sebagai balasan bagi mereka atas kekufuran mereka kepada Allah Ta’ala sekaligus sebagai pertolongan bagi Nuh a.s.

Tafsir Kemenag: Meskipun topan sangat dahsyat disertai hujan yang sangat lebat dan gelombang air laksana gunung besarnya, kapal itu berlayar dengan selamat berjalan di bawah pengawasan Allah sebagai balasan doanya, sebagaimana diinformasikan dalam ayat lain. Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” (Hud/11: 42).

Tafsir Quraish Shihab: Kami mengangkut Nûh di atas bahtera yang terbuat dari kayu dan ikatan yang mengencangkan papan-papannya. Bahtera tersebut berlayar di atas air di bawah pengawasan Kami sebagai balasan bagi Nûh yang seruannya selalu didustakan oleh kaumnya.

Surah Al-Qomar Ayat 15
وَلَقَد تَّرَكۡنَٰهَآ ءَايَةً فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

Tafsir Jalalain: وَلَقَد تَّرَكۡنَٰهَآ (Dan sesungguhnya telah Kami tinggalkan) telah Kami biarkan perbuatan Kami itu ءَايَةً (sebagai tanda) bagi orang yang mau mengambilnya sebagai pelajaran buat dirinya. Makna yang dimaksud ialah, berita mengenai banjir besar ini telah tersiar dan tetap lestari ketenarannya فَهَلۡ مِن مُّدَّكِر (maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?) untuk menasihati dirinya.

Asal lafal Muddakir adalah Mudztakir, lalu huruf Ta diganti menjadi Dal, demikian pula huruf Dzal diganti menjadi Dal, lalu keduanya diidgamkan menjadi satu sehingga jadilah Muddakir.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَلَقَد تَّرَكۡنَٰهَآ ءَايَةً (“dan sungguh telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran.”) Qadaha mengatakan: “Allah membiarkan kapal Nuh, sehingga diketahui oleh orang-orang pertama dari umat ini. Yang jelas, bahwa yang dimaksud dengan hal itu adalah jenis kapal. Sebagaimana firman Allah:

“Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.” (Yaasiin: 41-42).

Oleh karena itu Allah berfirman disini: فَهَلۡ مِن مُّدَّكِر (“Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”) maksudnya, apakah ada orang yang mau mengingat dan menjadikannya sebagai nasehat?

Tafsir Kemenag: Peristiwa bencana buat kaum Nuh dijadikan Allah sebagai pelajaran bagi manusia sepanjang masa. Sehingga mereka dapat membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan yang mendustakan terhadap rasul-rasul Allah. Bahtera tersebut mendarat di bukit “Judi.” (Nama Gunung di daerah Kurdistan) Dan difirmankan, “Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah.”

Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, “Binasalah orang-orang zalim.” (Hud/11: 44) Dalam ayat lain peristiwa itu dinyatakan:

Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal, agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (al-haqqah/69: 11-12)

Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah bertanya, “masih adakah orang-orang yang mau mengingat dan merenungkan peristiwa itu untuk dijadikan pelajaran.” Artinya peristiwa itu perlu direnungkan dan diingat sepanjang masa untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Tafsir Quraish Shihab: Peristiwa tenggelamnya orang-orang kafir dan selamatnya orang-orang Mukmin benar-benar Kami jadikan sebagai pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Surah Al-Qomar Ayat 16
فَكَيۡفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُرِ

Terjemahan: “Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.

Tafsir Jalalain: فَكَيۡفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُر (Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) peringatan-Ku, Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir. Lafal Kaifa adalah Khabar dari lafal Kaana, menunjukkan makna pertanyaan tentang keadaan.

Pengertiannya ialah menganggap orang-orang yang diajak berbicara telah mengakui terjadinya. azab Allah swt. yang telah menimpa orang-orang yang mendustakan Nabi Nuh.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَكَيۡفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُر (“Maka alangkah dasyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”) maksudnya, bagaimanakah adzab-Ku terhadap orang-orang kafir kepada-Ku dan mendustakan Rasul-rasul-Ku serta tidak mengambil pelajaran dari peringatan yang telah mereka bawa. Dan bagaimana Aku memberikan pertolongan kepada para utusan-Ku dan tuntutan pembalasan-Ku untuk mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Qamar Ayat 41-46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah memperingatkan orang yang membangkang dan mendustakan para rasul serta tidak mengambil iktibar terhadap dahsyatnya siksaan Tuhan dan ancaman-ancamannya yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak mengindahkan seruan para rasul.

Tafsir Quraish Shihab: Alangkah dahsyatnya azab dan peringatan Kami bagi orang-orang yang melanggar!

Surah Al-Qomar Ayat 17
وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ (Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran) Kami telah memudahkannya untuk dihafal dan Kami telah mempersiapkannya untuk mudah diingat ِفَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ (maka adakah orang yang mengambil pelajaran?) yang mau mengambilnya sebagai pelajaran dan menghafalnya.

Istifham di sini mengandung makna perintah yakni, hafalkanlah Alquran itu oleh kalian dan ambillah sebagai nasihat buat diri kalian. Sebab tidak ada orang yang lebih hafal tentang Alquran selain daripada orang yang mengambilnya sebagai nasihat buat dirinya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡر (“dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran.”) maksudnya telah Kami mudahkan lafaznya dan kami mudahkan pula pengertiannya bagi orang-orang yang hendak memberikan peringatan kepada umat manusia.

Mengenai firman-Nya وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ (“dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran.”) Mujahid mengatakan: “Yakni bacaannya menjadi mudah.” As-Suddi mengatakan: “Artinya kami mudahkan bacaannya bagi semua lidah.” Sedangkan adl-Dlahhak menceritakan dari Ibnu ‘Abbas:

“Seandainya Allah tidak memberikan kemudahan pada lidah anak cucu Adam, niscaya tidak ada seorangpun makhluk yang dapat mengucapkan firman Allah Swt.” Aku katakan bahwa di antara kemudahan yang diberikan Allah kepada umat manusia adalah membaca al-Qur’an seperti yang dijelaskan sebelumnya dari Nabi saw. dimana beliau pernah bersabda: “Sesungguhnya al-Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf (dialek).”

Dan firman-Nya: فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ (“maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”) maksudnya adakah orang yang mengambil pelajaran dari al-Qur’an ini yang telah dimudahkan oleh Allah Ta’ala menghafal dan memahami maknanya?

Mengenai firman Allah فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ (“maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”) Ibnu Abi Hatim menceritakan dari Mathar al Waraq: “Apakah ada orang yang mau mencari ilmu sehingga ia akan diberikan pertolongan melakukannya?” demikianlah yang dita’liq oleh al-Bukhari dengan shighah jazm dari Mathar al Waraq. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Dan hal yang senada juga diriwayatkan dari Qatadah sepertinya.

Tafsir Kemenag: Allah yang menurunkan Al-Qur’an yang mudah dibaca dan difahami untuk dijadikan pelajaran bagi orang yang mau menjadikan pelajaran, karena itu hendaknya manusia mengimaninya dan menjalankannya.

Dalam ayat lain dinyatakan bahwa Al-Qur’an hanya bermanfaat bagi orang yang beriman, karena mereka menjalankannya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang Mukmin. (adh-dzariyat/51: 55) Dan seperti firman-Nya: Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. (shad/38: 29) Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur’an) itu dengan bahasamu (Muhammad), agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang. (Maryam/19: 97)

Al-Qur’an itu mudah difahami dan dijalankan, karena Nabi saw menjelaskan dan mencontohkan pelaksanaannya. Isi Al-Qur’an adalah kabar gembira bagi yang takwa dan peringatan bagi yang membangkang, karena itu hendaknya manusia menjadi orang yang takwa dengan menjalankannya dan tidak mengingkarinya, karena akan menjadi orang yang merugi.

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah bahwa Kami telah mudahkan al-Qur’ân untuk dijadikan peringatan dan pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qomar Ayat 9-17 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S