Pecihitam.org – Kandungan Surah Ar-Rahman Ayat 1-13 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui kandungan isi surah tersebut. Kandungan utama surah ini adalah deskripsi tentang sejumlah nikmat Allah yang diawali–setelah menyebut nama-Nya, yaitu al-Rahmân, Sang Maha Pemurah–dengan menyebut nikmat Allah yang paling besar yaitu pengajaran al-Qur’ân.
Deskripsi sejumlah nikmat dan karunia Allah itu dilakukan sedemikian unik yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan Sang Pencipta atas manusia dan jin, di langit dan di bumi. Selain itu, di dalam surah ini diketengahkan pula siksaan para pelaku kejahatan yang mendustakan agama di dalam neraka jahanam, dan kenikmatan orang-orang yang bertakwa di dalam surga. Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan penyucian dan puji-pujian terhadap Allah Swt.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Ayat 1-13
Surah Ar-Rahman Ayat 1
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Terjemahan: “(Tuhan) Yang Maha Pemurah,
Tafsir Jalalain: Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) ٱلرَّحۡمَٰنُ (Yang Maha Pemurah) yakni Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan tentang karunia dan rahmat-Nya bagi makhluk-Nya, dimana Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kemudahan membaca dan memahaminya bagi siapa saja yang Dia beri rahmat. Dia berfirman:
ٱلرَّحۡمَٰنُ, عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ, خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ, عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ. “(Rabb) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, Yang telah mengajarkan al-Qur’an, mengajarnya pandai bicara.” Al-Hasan berkata: “Kata al bayaan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran al-Qur’an oleh Allah Ta’ala, yaitu cara membacanya.
Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tengorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.”
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajarkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw yang selanjutnya diajarkannya ke umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan: Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). (an-Nahl/16: 103)
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia.
Hal itu karena manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an akan berbahagia di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya akan tercapai tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan melalui makhluk Allah yang terbaik di bumi ini yaitu Nabi Muhammad saw.
Tafsir Quraish Shihab: Kandungan utama surah ini adalah deskripsi tentang sejumlah nikmat Allah yang diawali–setelah menyebut nama-Nya, yaitu al-Rahmân, Sang Maha Pemurah–dengan menyebut nikmat Allah yang paling besar yaitu pengajaran al-Qur’ân.
Deskripsi sejumlah nikmat dan karunia Allah itu dilakukan sedemikian unik yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan Sang Pencipta atas manusia dan jin, di langit dan di bumi. Selain itu, di dalam surah ini diketengahkan pula siksaan para pelaku kejahatan yang mendustakan agama di dalam neraka jahanam, dan kenikmatan orang-orang yang bertakwa di dalam surga.
Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan penyucian dan puji-pujian terhadap Allah Swt. Ayat yang berbunyi: فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ dalam surah ini disebut sebanyak tiga puluh satu kali. Pengulangan ayat seperti ini kita temukan pula pada beberapa surah lain dalam al-Qur’ân yang, tentunya, sesuai dengan situasi dan keperluan.
Masing-masing ayat itu mengecam orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah yang disebut pada ayat sebelumnya.]] Al-Rahmân, Tuhan Yang Maha Pengasih. Dia mengajarkan al-Qur’ân kepada manusia dan memudahkan jalan untuk itu.
Surah Ar-Rahman Ayat 2
عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ
Terjemahan: “Yang telah mengajarkan al Quran.
Tafsir Jalalain: عَلَّمَ (Telah mengajarkan) kepada siapa yang dikehendaki-Nya ٱلۡقُرۡءَانَ (Alquran).
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan tentang karunia dan rahmat-Nya bagi makhluk-Nya, dimana Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kemudahan membaca dan memahaminya bagi siapa saja yang Dia beri rahmat. Dia berfirman: ar-rahmaan, ‘عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ khalaqal ingsaan, ‘allamahul bayaan. “(Rabb) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an.
Dia menciptakan manusia, Yang telah mengajarkan al-Qur’an, mengajarnya pandai bicara.” Al-Hasan berkata: “Kata al bayaan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran al-Qur’an oleh Allah Ta’ala, yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tengorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.”
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajarkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw yang selanjutnya diajarkannya ke umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). (an-Nahl/16: 103) Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia.
Hal itu karena manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an akan berbahagia di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya akan tercapai tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan melalui makhluk Allah yang terbaik di bumi ini yaitu Nabi Muhammad saw.
Tafsir Quraish Shihab: Kandungan utama surah ini adalah deskripsi tentang sejumlah nikmat Allah yang diawali–setelah menyebut nama-Nya, yaitu al-Rahmân, Sang Maha Pemurah–dengan menyebut nikmat Allah yang paling besar yaitu pengajaran al-Qur’ân.
Deskripsi sejumlah nikmat dan karunia Allah itu dilakukan sedemikian unik yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan Sang Pencipta atas manusia dan jin, di langit dan di bumi. Selain itu, di dalam surah ini diketengahkan pula siksaan para pelaku kejahatan yang mendustakan agama di dalam neraka jahanam, dan kenikmatan orang-orang yang bertakwa di dalam surga.
Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan penyucian dan puji-pujian terhadap Allah Swt. Ayat yang berbunyi: فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ dalam surah ini disebut sebanyak tiga puluh satu kali. Pengulangan ayat seperti ini kita temukan pula pada beberapa surah lain dalam al-Qur’ân yang, tentunya, sesuai dengan situasi dan keperluan.
Masing-masing ayat itu mengecam orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah yang disebut pada ayat sebelumnya.]] Al-Rahmân, Tuhan Yang Maha Pengasih. Dia mengajarkan al-Qur’ân kepada manusia dan memudahkan jalan untuk itu.
Surah Ar-Rahman Ayat 3
خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ
Terjemahan: “Dia menciptakan manusia.
Tafsir Jalalain: خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ (Dia menciptakan manusia) jenis manusia.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan tentang karunia dan rahmat-Nya bagi makhluk-Nya, dimana Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kemudahan membaca dan memahaminya bagi siapa saja yang Dia beri rahmat. Dia berfirman: ar-rahmaan, ‘allamal qur’aan, خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ, عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ. “(Rabb) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, Yang telah mengajarkan al-Qur’an, mengajarnya pandai bicara.”
Al-Hasan berkata: “Kata al bayaan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran al-Qur’an oleh Allah Ta’ala, yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tengorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.”
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menyebutkan nikmat-Nya yang lain yaitu penciptaan manusia. Nikmat itu merupakan landasan nikmat-nikmat yang lain. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajarkan Al-Qur’an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya yang terbaik yaitu manusia dan diajari-Nya pandai mengutarakan apa yang tergores dalam hatinya dan apa yang terpikir dalam otaknya, karena kemampuan berpikir dan berbicara itulah Al-Qur’an bisa diajarkan kepada umat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia dijadikan-Nya tegak, sehingga tangannya lepas. Dengan tangan yang lepas, otak bebas berpikir, dan tangan dapat merealisasikan apa yang dipikirkan oleh otak. Otak menghasilkan ilmu pengetahuan, dan tangan menghasilkan teknologi.
Ilmu dan teknologi adalah peradaban, dengan demikian hanya manusia yang memiliki peradaban. Lidah adalah organ yang terletak pada rongga mulut. Organ ini, yang merupakan struktur berotot yang terdiri atas tujuh belas otot yang memiliki beberapa fungsi.
Fungsi pengecap rasa adalah salah satu fungsi lidah yang utama. Terdapat sekitar 10.000 titik pengecap di lidah. Lidah juga berfungsi untuk turut membantu mengatur bunyi untuk berkomunikasi. Lidah, dalam agama, hampir selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk mengukur baik-buruknya perilaku seseorang.
Manusia akan menjadi baik apabila keduanya baik. Dan manusia akan menjadi buruk, apabila keduanya buruk. Nabi Muhammad saw menunjuk lidah sebagai faktor utama yang membawa bencana bagi manusia, dan ia merupakan tolok ukur untuk bagian tubuh lainnya.
Beliau bersabda dalam hadisnya: Bukankah manusia dijungkirbalikkan wajah mereka di neraka karena lidah mereka? (Riwayat at-Tirmidhi dan Ibnu Majah) Jika manusia bangun di pagi hari, maka seluruh anggota tubuhnya mengingatkan lidah dan berpesan,
“Bertakwalah kepada Allah menyangkut kami, karena kami tidak lain kecuali denganmu. Jika engkau lurus, kami pun lurus, dan jika engkau bengkok, kami pun bengkok.” (Riwayat at-Tirmidhi) Untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda, atau yang disebut berbicara, lidah bekerjasama dengan beberapa organ lainnya, seperti bibir, rongga mulut, paru-paru, kerongkongan, dan pita suara.
Kita dapat berkomunikasi dengan berbicara, setelah seluruh masyarakat menyepakati arti dari satu bunyi. Kemudian bunyi-bunyi yang masing-masing sudah disepakati artinya tersebut digabungkan dalam susunan yang tepat untuk menjadi kalimat.
Pada tahap selanjutnya, akan tercipta suatu bahasa. Bahasa diuraikan dalam salah satu ayat Allah demikian: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang mengetahui. (ar-Rum/30: 22).
Tafsir Quraish Shihab: Dia menciptakan dan mengajarkan manusia kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam dirinya, untuk membedakan dirinya dari makhluk lain.
Surah Ar-Rahman Ayat 4
عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ
Terjemahan: “Mengajarnya pandai berbicara.
Tafsir Jalalain: عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ (Mengajarinya pandai berbicara) atau dapat berbicara.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan tentang karunia dan rahmat-Nya bagi makhluk-Nya, dimana Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kemudahan membaca dan memahaminya bagi siapa saja yang Dia beri rahmat. Dia berfirman:
ٱلرَّحۡمَٰنُ, عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ, خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ, عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ “(Rabb) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, Yang telah mengajarkan al-Qur’an, mengajarnya pandai bicara.” Al-Hasan berkata: “Kata al bayaan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran al-Qur’an oleh Allah Ta’ala, yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tengorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.”
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menyebutkan nikmat-Nya yang lain yaitu penciptaan manusia. Nikmat itu merupakan landasan nikmat-nikmat yang lain. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajarkan Al-Qur’an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya yang terbaik yaitu manusia dan diajari-Nya pandai mengutarakan apa yang tergores dalam hatinya dan apa yang terpikir dalam otaknya, karena kemampuan berpikir dan berbicara itulah Al-Qur’an bisa diajarkan kepada umat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia dijadikan-Nya tegak, sehingga tangannya lepas. Dengan tangan yang lepas, otak bebas berpikir, dan tangan dapat merealisasikan apa yang dipikirkan oleh otak. Otak menghasilkan ilmu pengetahuan, dan tangan menghasilkan teknologi. Ilmu dan teknologi adalah peradaban, dengan demikian hanya manusia yang memiliki peradaban.
Lidah adalah organ yang terletak pada rongga mulut. Organ ini, yang merupakan struktur berotot yang terdiri atas tujuh belas otot yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi pengecap rasa adalah salah satu fungsi lidah yang utama. Terdapat sekitar 10.000 titik pengecap di lidah. Lidah juga berfungsi untuk turut membantu mengatur bunyi untuk berkomunikasi.
Lidah, dalam agama, hampir selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk mengukur baik-buruknya perilaku seseorang. Manusia akan menjadi baik apabila keduanya baik. Dan manusia akan menjadi buruk, apabila keduanya buruk.
Nabi Muhammad saw menunjuk lidah sebagai faktor utama yang membawa bencana bagi manusia, dan ia merupakan tolok ukur untuk bagian tubuh lainnya. Beliau bersabda dalam hadisnya: Bukankah manusia dijungkirbalikkan wajah mereka di neraka karena lidah mereka? (Riwayat at-Tirmidhi dan Ibnu Majah) Jika manusia bangun di pagi hari, maka seluruh anggota tubuhnya mengingatkan lidah dan berpesan,
“Bertakwalah kepada Allah menyangkut kami, karena kami tidak lain kecuali denganmu. Jika engkau lurus, kami pun lurus, dan jika engkau bengkok, kami pun bengkok.” (Riwayat at-Tirmidhi) Untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda, atau yang disebut berbicara, lidah bekerjasama dengan beberapa organ lainnya, seperti bibir, rongga mulut, paru-paru, kerongkongan, dan pita suara.
Kita dapat berkomunikasi dengan berbicara, setelah seluruh masyarakat menyepakati arti dari satu bunyi. Kemudian bunyi-bunyi yang masing-masing sudah disepakati artinya tersebut digabungkan dalam susunan yang tepat untuk menjadi kalimat. Pada tahap selanjutnya, akan tercipta suatu bahasa.
Bahasa diuraikan dalam salah satu ayat Allah demikian: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang mengetahui. (ar-Rum/30: 22).
Tafsir Quraish Shihab: Dia menciptakan dan mengajarkan manusia kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam dirinya, untuk membedakan dirinya dari makhluk lain.
Surah Ar-Rahman Ayat 5
ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ
Terjemahan: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Tafsir Jalalain: ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ (Matahari dan bulan menurut perhitungan) maksudnya, keduanya beredar menurut perhitungan.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” Maksudnya, keduanya beredar silih berganti sesuai dengan perhitungan, tidak akan bertolak belakang dan tidak akan kacau.
Tafsir Kemenag: Allah menyebutkan bahwa matahari dan bulan yang termasuk di antara benda-benda angkasa yang terbesar, beredar dalam orbitnya masing-masing matahari dan bulan yang sangat pasti, karena adanya itu maka terjadilah perubahan musim-musim.
Dengan memperhitungkan perubahan-perubahan tersebut manusia dapat mengatur pertanian, perdagangan, pendidikan dan sebagainya. Banyak ayat dalam Al-Qur’an menyebut dan menjelaskan tentang pasangan matahari dan bulan. Matahari sebagai sumber cahaya yang terang membara (wahhaj) akibat reaksi nuklir di dalamnya. Sementara bulan hanya sebagai pemantul cahaya yang diterimanya dari matahari memiliki permukaan yang cerah berbinar-binar (munir).
Matahari dan bulan bersama benda-benda langit lainnya tidak diam. Mereka bergerak di angkasa pada jalan (garis edar) masingmasing sebagaimana Allah berfirman dalam Surah adhdzariyat/51:7. Jalan yang dimaksud adalah garis edar dari bendabenda langit, termasuk matahari dan bulan.
Dalam fisika, garis edar benda langit disebut orbit merupakan jalan atau lintasan yang dilalui oleh suatu benda langit, di sekitar benda langit lainnya, di dalam pengaruh dari gaya-gaya tertentu. Orbit pertama kali dianalisa secara matematis oleh Johannes Kepler yang merumuskan hasil perhitungannya dalam hukum Kepler tentang gerak planet. Dia menemukan bahwa orbit dari planet dalam tata surya kita adalah berbentuk ellips dan bukan lingkaran atau episiklus seperti yang semula dipercaya.
Pada tahun 1601 Kepler berusaha mencocokkan berbagai bentuk kurva geometri pada data-data posisi Planet Mars yang ada. Hingga tahun 1606, setelah hampir setahun menghabiskan waktunya hanya untuk mencari penyelesaian perbedaan sebesar 8 menit busur (mungkin bagi kebanyakan orang hal ini akan diabaikan), Kepler mendapatkan orbit Planet Mars.
Menurut Kepler, lintasan berbentuk ellips adalah gerakan yang paling sesuai untuk orbit planet yang mengitari matahari. Pada tahun 1609 dia memublikasikan Astronomia Nova yang menyatakan dua hukum gerak planet.
Pergerakan-pergerakan benda langit ini terkendali sepenuhnya dan semuanya harus bergerak dalam suatu orbit yang terhitung. Jika tidak yang akan terjadi adalah tabrakan yang berarti kehancuran yang fatal. Perlu diketahui bahwa bulan beredar mengitari bumi dalam waktu 29.53059 hari. Waktu ini adalah waktu edar bulan relatif terhadap bumi tanpa memasukkan unsur peredaran bumi terhadap matahari.
Apabila dimasukkan unsur pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap semua bintang di alam maka lama peredaran bumi bukan 24 jam tetapi 23 jam 56 menit 4 detik dan waktu edar bulan terhadap bumi adalah 27.321661 hari atau 86164.0906 detik. Suatu angka yang fantastic, Subhanallah. Hal ini dipertegas lagi dalam firman-Nya pada Surah Yasin 36: 38, 40 dan Surah alAnbiya’/21: 33.
Bumi dan planet-planet lain di sistem tata surya ini bergerak pada orbitnya masing-masing mengelilingi matahari. Matahari di lintasan orbitnya juga bergerak mengelilingi sistem yang lebih besar lagi yakni galaksi Bimasakti, begitu seterusnya. Tetapi tidak satupun dari bintang, planet dan benda-benda langit lainnya di angkasa bergerak tidak terkendali atau memotong orbit lain ataupun saling berbenturan. Tampak jelas kecermatan takdir pada keserasian antara ciptaan dan gerakan.
Di angkasa yang luas ini pergerakan setiap benda langit tidak ada yang melenceng sehelai rambut pun atau terlambat sedetikpun. Al-Qur’an mengisyaratkan pergerakan benda-benda langit di alam semesta ini secara serasi, hal tersebut diungkap dalam adhdzariyat/51:7.
Tafsir Quraish Shihab: Matahari dan bulan beredar pada porosnya menurut perhitungan dan ketetapan yang tanpa cacat. (1) (1) Ayat ini menunjukkan bahwa matahari dan bulan beredar sesuai dengan suatu sistem yang sangat akurat sejak awal penciptaannya. Hal ini baru ditemukan manusia secara pasti belakangan ini, yaitu sekitar 300 tahun yang lalu.
Penemuan itu menyatakan bahwa matahari yang, kelihatannya, mengelilingi bumi dan bulan yang juga mengelilingi bumi itu berada pada garis edarnya masing-masing mengikuti hukum gravitasi. Perhitungan peredaran itu, terutama pada bulan, terjadi demikian telitinya.
Surah Ar-Rahman Ayat 6
وَٱلنَّجۡمُ وَٱلشَّجَرُ يَسۡجُدَانِ
Terjemahan: “Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
Tafsir Jalalain: وَٱلنَّجۡمُ (Dan tumbuh-tumbuhan) jenis tumbuh-tumbuhan yang tidak mempunyai batang وَٱلشَّجَرُ (dan pohon-pohonan) jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki batang (kedua-duanya tunduk kepada-Nya) keduanya tunduk kepada apa yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَٱلنَّجۡمُ وَٱلشَّجَرُ يَسۡجُدَانِ “Dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya.” Ibnu Jarir mengemukakan: “Para ahli fafsir berbeda pendapat mengenai firman-Nya: an-najmu setelah mereka sepakat bahwa makna asy-syajaru adalah pohon yang berdiri di atas batangnya.”
Diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas ia mengatakan: an-najmu adalah apa yang tumbuh di permukaan bumi, yaitu tumbuh-tumbuhan.” Hal itu juga dikemukakan oleh as-Suddi dan Sufyan ats-Tsauri. Dan pendapat itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Sedangkan Mujahid mengatakan: “Yang dimaksud dengan an-najmu adalah bintang yang terdapat di langit.” Hal itu pula yang dikatakan oleh al-Hasan dan Qatadah. Dan pendapat terakhir inilah yang lebih jelas. Wallaahu a’lam.
Tafsir Kemenag: Allah menyatakan bahwa tanaman-tanaman perdu, dan pohon-pohon yang bercabang, kedua-duanya tunduk kepada kehendak-Nya secara naluri, sebagaimana tunduknya manusia menurut fitrahnya. Perbedaan antara tumbuh-tumbuhan dan pohonpohonan dalam bentuk dan rupa, warna dan rasa, semua itu adalah karena patuh dan tunduk kepada kekuasaan yang menciptakan-Nya.
Tafsir Quraish Shihab: Tetumbuhan yang tak berbatang dan pepohonan yang berbatang dan berdiri tegak, semuanya tunduk kepada kehendak dan ketentuan Allah yang berlaku padanya.
Surah Ar-Rahman Ayat 7
وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلۡمِيزَانَ
Terjemahan: “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
Tafsir Jalalain: وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلۡمِيزَانَ (Dan Dia telah meninggikan langit dan meletakkan neraca) yaitu menetapkan keadilan.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلۡمِيزَانَ (dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca) yakni keadilan. Yang demikian itu sebagaimana firman Allah yang lain: “laqad arsalnaa rusulanaa bil bayyinaati wa-angzalnaa ma’ahumul kitaaba wal miizaana liyaquuman naasu bil qisth” (sesungguhnya Kami telah mengutus para Rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Kami telah menurunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca [keadilan] supaya manusia dapat melaksanakan keadilan) (al-Hadid: 25).
Tafsir Kemenag: Allah menyatakan bahwa Dia menciptakan langit tempat diturunkan perintah dan larangan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, tempat malaikat-malaikat yang turun membawa wahyu-Nya kepada nabi-nabi-Nya, Di samping itu Dia menghendaki adanya keseimbangan dalam segala hal.
Di antaranya adalah perimbangan akidah, yaitu mentauhidkan-Nya, karena tauhid adalah pertengahan antara mengingkari adanya Allah dengan mempersekutukan-Nya begitu saja, Perimbangan dalam ibadah, dalam beramal dan dalam budi pekerti, perimbangan dalam kekuatan rohani dan jasmani dan sebagainya.
Demikianlah perimbangan dan keadilan yang dikehendaki-Nya dengan tidak membiarkan sesuatu karena kecilnya dan tidak pula mementingkan yang lain karena besarnya. Perimbangan-Nya mencakup semua yang ada di alam ini.
Tafsir Quraish Shihab: Langit diciptakan-Nya begitu tinggi. Dia menetapkan keadilan agar kalian tidak melampaui batas.
Surah Ar-Rahman Ayat 8
أَلَّا تَطۡغَوۡاْ فِى ٱلۡمِيزَانِ
Terjemahan: “Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
Tafsir Jalalain: َلَّا تَطۡغَوۡاْ (Supaya kalian jangan melampaui batas) agar kalian jangan berbuat curang فِى ٱلۡمِيزَانِ (dalam timbangan itu) maksudnya dalam menimbang sesuatu dengan mempergunakan timbangan itu.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan demikianlah, disini Allah Ta’ala berfirman: أَلَّا تَطۡغَوۡاْ فِى ٱلۡمِيزَانِ (Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu) artinya, Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh kebenaran dan keadilan agar segala sesuatu berada dalam kebenaran dan keadilan.
Tafsir Kemenag: Allah menyatakan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar manusia tidak melampaui dan melangkahi batas-batas keadilan dan kelancaran menjalankan sesuatu menurut neraca yang telah ditetapkan bagi segala sesuatu, maka dengan demikian keadaan manusia akan bertambah baik, akhlak dan amal perbuatan akan lebih mulia dan teratur.
Tafsir Quraish Shihab: Langit diciptakan-Nya begitu tinggi. Dia menetapkan keadilan agar kalian tidak melampaui batas.
Surah Ar-Rahman Ayat 9
وَأَقِيمُواْ ٱلۡوَزۡنَ بِٱلۡقِسۡطِ وَلَا تُخۡسِرُواْ ٱلۡمِيزَانَ
Terjemahan: “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
Tafsir Jalalain: وَأَقِيمُواْ ٱلۡوَزۡنَ بِٱلۡقِسۡطِ (Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil) artinya tidak curang وَلَا تُخۡسِرُواْ ٱلۡمِيزَانَ (dan janganlah kalian mengurangi timbangan itu) maksudnya mengurangi barang yang ditimbang itu.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Allah swt. berfirman: وَأَقِيمُواْ ٱلۡوَزۡنَ بِٱلۡقِسۡطِ وَلَا تُخۡسِرُواْ ٱلۡمِيزَانَ (dan tegakkanlah timbangan itu dan janganlah kamu mengurangi neraca itu). Maksudnya, janganlah kalian mengurangi timbangan, tetapi hendaklah kalian menimbang dengan benar dan adil. Sebagaimana firman-Nya: (dan timbanglah dengan timbangan yang lurus) (asy-syur’araa: 182).
Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan manusia untuk menegakkan timbangan dengan adil dan jangan berlaku curang. Ini menunjukkan bahwa manusia harus memperhatikan timbangan yang adil dalam semua amal perbuatan dan ucapan-ucapannya.
Dalam Al-Qur’an Allah tidak saja memberitahu manusia mengenai ciptaan-Nya, namun juga memberikan indikasi-indikasi untuk memanfaatkan semua ciptaan untuk kesejahteraan manusia. Dalam kaitan dengan matahari dan bulan, Allah memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa kedua benda langit tersebut akan sangat berguna untuk dijadikan patokan.
Diberitahukan bahwa peredaran kedua benda langit itu mempunyai perhitungan. Ilmu pengetahuan kemudian menggunakan keteraturan itu untuk dijadikan penanda waktu atau kalender. Petunjuk itu juga ada pada dua ayat berikut: Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terusmenerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang bagimu. (Ibrahim/14: 33)
Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa. (at-Taubah/9: 36)
Manusia telah diberikan petunjuk untuk membagi waktu dan penanggalan dengan jelas. Dalam astronomi modern, maka yang disebut satu tahun dalam perhitungan Kalender Matahari (Solar Calendar) adalah periode waktu yang diperlukan oleh bumi untuk melakukan satu putaran dalam orbitnya mengelilingi matahari. Waktu yang diperlukan adalah 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik. Atau sekitar 365,25 hari kurang 1 menit 14 detik. Apabila satu bulan Solar adalah sekitar 30 hari.
Sedangkan satu tahun dalam perhitungan Kalender Bulan (Lunar Calendar) adalah satu periode dari 12 bulan Lunar. Jika satu bulan Lunar (periode yang diperlukan bulan untuk mengelilingi bumi) adalah 29,5 hari, maka satu tahun Lunar adalah 354 hari. Sejarah peradaban umat manusia dalam membuat kalender menunjukkan angka yang berbeda-beda.
Bangsa Romawi kuno membagi satu tahun dalam 10 bulan. Pada masa Pra-Julius Caesar, dilakukan koreksi dan menjadi 12 bulan. Kemudian disempurnakan lagi oleh Paus Gregorius XIII (Gregorian Calendar) dan digunakan sebagai kalender modern yang digunakan saat ini. Kalender juga sudah digunakan pada peradaban yang lebih tua.
Bangsa-bangsa Akkadia, Sumeria, Babilonia, Assiria, Yahudi, India dan Cina memberikan angka 12 bulan dalam setahunnya. Sedangkan Yunani menghitung 10 bulan dalam setahun. Bangsa Aztec, Maya dan Inca di Amerika Selatan, membagi satu tahun menjadi 13 bulan, dengan jumlah hari per bulannya sebanyak 20 hari.
Pada salah satu ayat di atas ada kata “menundukkan”. Ini mengisyaratkan agar manusia menggunakan akal dalam memanfaatkan kedua benda langit tersebut. Di sini dikandung perintah untuk mengembangkan teknologi. Salah satunya adalah menggunakan keteraturan orbit matahari dan bulan untuk pembuatan penanggalan dan pengaturan waktu. Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus/10: 5) Lintasan-lintasan orbit matahari, bulan dan bumi sudah sangat diketahui. Namun bahwa matahari juga memiliki lintasan orbitnya sendiri baru diketahui para ahli astronomi dan astrofisika modern pada paruh abad ke-20 yang lalu. Matahari mengorbit pusat galaksi di pinggiran piringan galaksi Bimasakti.
Adapun garis tengah piringan galaksi ini adalah 3 x 107 km. Waktu yang diperlukan matahari untuk mengelilingi pusat galaksi adalah 250 juta tahun. Khusus untuk Surah at-Taubah/9 ayat 36 di atas, diingatkan akan empat bulan yang disucikan (bulan-bulan Muharam, Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijah). Keempat bulan itu sudah disucikan masyarakat Timur Tengah sejak zaman Nabi Ibrahim.
Tafsir Quraish Shihab: Maka dari itu, tegakkanlah timbangan itu secara adil pada setiap transaksi yang kalian lakukan. Janganlah kalian mengurangi timbangan itu.
Surah Ar-Rahman Ayat 10
وَٱلۡأَرۡضَ وَضَعَهَا لِلۡأَنَامِ
Terjemahan: “Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).
Tafsir Jalalain: وَٱلۡأَرۡضَ وَضَعَهَا (Dan bumi telah diletakkan-Nya) telah dimantapkan-Nya لِلۡأَنَامِ (untuk semua makhluk) untuk manusia, jin, dan lain-lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: وَٱلۡأَرۡضَ وَضَعَهَا لِلۡأَنَام (dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-Nya).” Maksudnya, sebagaimana Dia telah meninggikan langit, Dia juga meratakan bumi dan menjadikannya kokoh dengan gunung-gunung yang tinggi agar segala macam makhluk yang beraneka ragam; jenis, bentuk, warna kulit dan bahasanya yang ada di atasnya dapat hidup secara tetap.
Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan: al-anaam berarti makhluk.
Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Dia mendatarkan bumi untuk tempat tinggal binatang, dan semua jenis yang mempunyai roh dan di bumi itu tempat kehidupan untuk dapat mengambil manfaat dari benda-benda di permukaan bumi dan yang berada di dalam perutnya,.
Tafsir Quraish Shihab: Dan bumi diratakan dan dipersiapkan untuk semua makhluk agar dapat dimanfaatkan.
Surah Ar-Rahman Ayat 11
فِيهَا فَٰكِهَةٌ وَٱلنَّخۡلُ ذَاتُ ٱلۡأَكۡمَامِ
Terjemahan: “Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
Tafsir Jalalain: فِيهَا فَٰكِهَةٌ وَٱلنَّخۡلُ (Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma) yang ditanam dan dipelihara ذَاتُ ٱلۡأَكۡمَامِ (yang mempunyai kelopak mayang) memiliki kelopak-kelopak di bagian atasnya.
Tafsir Ibnu Katsir: فِيهَا فَٰكِهَةٌ (di bumi itu ada buah-buahan) yang beraneka ragam warna, rasa dan aromanya. وَٱلنَّخۡلُ ذَاتُ ٱلۡأَكۡمَامِ (dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang). Allah sebutkan buah tersebut secara khusus karena kemuliaan dan manfaat yang dikandungnya, baik ketika masih basah maupun telah kering.
Tafsir Kemenag: Allah memberitahukan bahwa di bumi ini terdapat bermacam-macam bahan yang dapat dijadikan makanan dari aneka ragam buah-buahan, baik yang dimakan setelah masak dari pohonnya atau setelah dimasak dengan rapi, baik dari buah-buahan setelah dikeringkan maupun dalam keadaan masih basah.
Seterusnya Allah menyatakan, pohon-pohon kurma yang mempunyai selodang pembungkus buahnya ketika ia keluar. Dikhususkan sebutan kurma ini karena ditanam di tanah Arab dan sangat banyak faedahnya. Buahnya baik dimakan di waktu masih muda maupun setelah ia matang, baik keadaan basah maupun setelah ia dikeringkan.
Dari seluruh pohonnya dapat juga diambil faedah seperti daunnya untuk keranjang dan tikar, sabutnya untuk tali, pelepahnya untuk atap rumah, dan batangnya untuk tiang. Dari beberapa faedah yang disebutkan, jenis kurma dikhususkan dalam menyebutnya di antara buah-buahan yang lain.
Tafsir Quraish Shihab: Di bumi itu terdapat berbagai macam buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang tempat buahnya.
Surah Ar-Rahman Ayat 12
وَٱلۡحَبُّ ذُو ٱلۡعَصۡفِ وَٱلرَّيۡحَانُ
Terjemahan: “Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
Tafsir Jalalain: وَٱلۡحَبُّ ذُو (Dan biji-bijian) seperti gandum dan jawawut ٱلۡعَصۡفِ (yang berbulir) yang ada merangnya وَٱلرَّيۡحَانُ (dan daun-daunan yang harum baunya) wangi baunya.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: وَٱلۡحَبُّ ذُو ٱلۡعَصۡفِ وَٱلرَّيۡحَانُ (dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-buunga yang harum baunya).
‘Ali bin Abi Thalib meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas mengenai, وَٱلۡحَبُّ ذُو ٱلۡعَصۡفِ (dan biji-bijian yang berkulit) ia mengatakan: “Yaitu, kulit yang menutupinya.” Al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: “Al-‘Ashfu berarti daun tumbuhan berwarna hijau yang telah dipotong bagian atasnya, dan ia disebut al-‘ashfu jika telah mengering. Demikian pula yang dikemukakan oleh Qatadah, adl-Dlahhak, dan Abu Malik. Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan lain-lainnya mengatakan: وَٱلرَّيۡحَانُ berarti daun.” Dan al-Hasan berkata: “Ia adalah wewangian kalian ini.”
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa semua biji-bijian yang dijadikan sebagai bahan makanan, seperti gandum, padi dan jelai mempunyai daun yang menutupi tandan-tandannya, begitu pula semua yang berbau harum dari tumbuh-tumbuhan.
Tafsir Quraish Shihab: Di sana juga terdapat biji-bijian yang berkulit sebagai rezeki untuk kalian dan hewan-hewan ternak kalian. Juga terdapat segala tumbuh-tumbuhan yang harum aromanya.
Surah Ar-Rahman Ayat 13
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Terjemahan: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Tafsir Jalalain: فَبِأَىِّ ءَالَآء (Maka manakah nikmat-nikmat) atau karunia-karunia رَبِّكُمَا (Rabb kamu berdua) hai manusia dan jin تُكَذِّبَانِ (yang kamu dustakan?) ayat ini disebutkan di dalam surah ini sebanyak tiga puluh satu kali. Istifham atau kata tanya yang terdapat dalam ayat ini mengandung makna taqrir atau menetapkan, demikian itu karena ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim melalui Jabir r.a. yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah saw. membacakan kepada kami surah Ar Rahman hingga selesai.
Kemudian beliau bersabda, “Mengapa kalian ini diam saja?” Sungguh jin lebih baik jawabannya daripada kalian. Karena sesungguhnya tiada sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, “Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar Rahman, 13) melainkan mereka menjawabnya, “Wahai Rabb kami, tiada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji.”.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (maka, nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?) maksudnya, nikmat Rabb kalian yang manakah –wahai sekalian manusia dan jin- yang kalian dustakan? Demikianlah penafsiran yang diberikan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya.
Hal itu pula yang ditunjukkan oleh susunan ayat setelahnya. Dengan kata lain, nikmat-nikmat sudah sangat jelas bagi kalian, sedang kalian bergelimangan dengannya tanpa dapat mengingkari dan mendustakannya. Maka, kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh bangsa jin yang beriman: “Ya Allah, tidak ada suatu pun dari nikmat-nikmat-Mu -ya Rabb kami- yang kami dustakan. Hanya bagi-Mu-lah segala puji.”
Tafsir Kemenag: Allah menantang manusia dan jin; nikmat manakah dari nikmat-nikmat yang telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan. Yang dimaksud dengan pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka terhadap Tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah.
Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah yang memberi nikmat-nikmat kepada mereka. Ayat tersebut diulang-ulang dalam surah ini tiga puluh satu kali banyaknya untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya.
Dari itu, sambil Allah menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat tentang adanya nikmat-nikmat tersebut. Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang telah menerima kebaikannya, tetapi ia mengingkarinya.
“Bukankah engkau dahulu miskin, lalu aku menolongmu sehingga berkecukupan? Apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak berpakaian, maka aku memberi pakaian; apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak dikenal, maka aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal apakah engkau mengingkarinya?” Seakan-akan Allah swt berkata,
“Bukankah Aku menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. Aku jadikan bermacam-macam kayu-kayuan. Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusundusun maupun di bandar-bandar untuk mereka yang beriman dan kafir kepada-Ku, terkadang Aku menyiraminya dengan air hujan, adakalanya dengan air sungai dan alur-alur; apakah kamu hai manusia dan jin mengingkari yang demikian itu?”.
Tafsir Quraish Shihab: (Maka manakah nikmat-nikmat) atau karunia-karunia (Rabb kamu berdua) hai manusia dan jin (yang kamu dustakan?) ayat ini disebutkan di dalam surah ini sebanyak tiga puluh satu kali.
Istifham atau kata tanya yang terdapat dalam ayat ini mengandung makna taqrir atau menetapkan, demikian itu karena ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim melalui Jabir r.a. yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah saw. membacakan kepada kami surah Ar Rahman hingga selesai. Kemudian beliau bersabda,
“Mengapa kalian ini diam saja?” Sungguh jin lebih baik jawabannya daripada kalian. Karena sesungguhnya tiada sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, “Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar Rahman, 13) melainkan mereka menjawabnya, “Wahai Rabb kami, tiada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji.”
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ar-Rahman Ayat 1-13 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020