Surah Ar-Rum Ayat 28-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ar-Rum Ayat 28-29

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ar-Rum Ayat 28-29 ini, menerangkan perumpamaan lain yang diberikan Allah. Perumpamaan itu masih berkisar pada fakta kehidupan manusia itu sendiri sesuai dengan tingkatan akal pikiran mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menerangkan bahwa kaum musyrik itu menyembah sesuatu selain Allah karena kebodohan dan kejahilan mereka sendiri. Mereka tidak mau memperhatikan keterangan yang jelas di hadapan mereka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ar-Rum Ayat 28-29

Surah Ar-Rum Ayat 28
ضَرَبَ لَكُم مَّثَلًا مِّنْ أَنفُسِكُمْ هَل لَّكُم مِّن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُم مِّن شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنفُسَكُمْ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Terjemahan: Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan Ayat-Ayat bagi kaum yang berakal.

Tafsir Jalalain: ضَرَبَ (Dia membuat) menjadikan لَكُم (bagi kalian) hai orang-orang musyrik مَّثَلًا (perumpamaan) yang terdapat (di dalam diri kalian sendiri) yaitu مِّنْ أَنفُسِكُمْ هَل لَّكُم مِّن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُم (apakah ada di antara hamba-hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kanan kalian) semua hamba sahaya kalian مِّن شُرَكَاءَ (sekutu) bagi kalian فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ (dalam memiliki rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian) yaitu berupa harta benda dan lain-lainnya فَأَنتُمْ (maka kalian) dan mereka فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنفُسَكُمْ (sama dalam hak mempergunakan rezeki itu, kalian takut kepada mereka sebagaimana kalian takut kepada diri kalian sendiri?) yakni takut terhadap sesama orang-orang merdeka kalian.

Kata istifham atau kata tanya mengandung arti nafi atau kata negatif. Makna yang dimaksud ialah, bukanlah hamba sahaya kalian itu adalah sekutu-sekutu bagi kalian di dalam memiliki rezeki dan harta benda yang ada pada sisi kalian, maka mengapa kalian menjadikan hamba-hamba Allah sebagai sekutu-sekutu-Nya?

كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ (Demikianlah Kami jelaskan Ayat-Ayat) Kami menerangkannya dengan cara penjelasan dan rincian seperti itu لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (bagi kaum yang berakal) bagi orang-orang yang menggunakan akal pikirannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah swt. untuk orang-orang musyrik yang menyembah selain Dia bersama-Nya serta menjadikan untuk-Nya berbagai sekutu. Padahal mereka sendiri mengakui bahwa sekutu-sekutu Allah yang berupa berhala-berhala dan patung-patung itu adalah hamba dan milik-Nya.

sebagaimana mereka berkata: “Aku penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu untuk-Mu, Engkau memilikinya dan apayang ia miliki.” Maka Allah berfirman: ضَرَبَ لَكُم مَّثَلًا مِّنْ أَنفُسِكُمْ (“Dia membuat perumpamaan untukmu dari dirimu sendiri.”) yaitu, kalian menyaksikan dan memahami-Nya dari diri kalian sendiri.

هَل لَّكُم مِّن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُم مِّن شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ (“Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam [memiliki] rizky yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam [hak menggunakan] adalah sama dengan dia [yang menjadikan budaknya sebagai sekutu dalam hartanya).

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 77-78; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنفُسَكُمْ (“Kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri?”) yaitu kamu takut mereka mendapatkan bagian harta dari kalian. Abu Mijlaz berkata: “Sesungguhnya hamba sahaya kalian tidak takut membagi-bagi harta kalian, padahal itu bukan miliknya.

Demikian pula Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Makna hal itu bahwa salah seorang kalian mengecilkan terhadap hal demikian. Bagaimana kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah di antara makhluk-makhuk-Nya.

Demikian pula mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dari kalangan hamba-hamba dan makhluk-Nya, padahal salah seorang mereka sangat menolak dan amat benci seandainya budak yang dimilikinya menjadi sekutu dalam hartanya secara sama yang dapat dibagi-baginya.

Maha tinggi Allah dari segala sifat seperti itu setinggi-tinggi-Nya. Dan dikarenakan, memberi peringatan dengan contoh-contoh tersebut menunjukkan bebas dan sucinya Allah swt dari semua itu dengan cara yang lebih utama dan lebih tinggi.

Firman Allah: كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (“Demikianlah kami jelaskan Ayat-Ayat bagi kaum yang berakal.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan perumpamaan lain yang diberikan Allah. Perumpamaan itu masih berkisar pada fakta kehidupan manusia itu sendiri sesuai dengan tingkatan akal pikiran mereka. Dengan demikian, mereka dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan itu, serta menilai Allah dengan segala sifat-sifat kesempurnaan yang pantas bagi-Nya.

Ayat ini menjelaskan suatu perumpamaan bagi orang-orang yang menyembah beberapa tuhan yang lain di samping Allah. Bahkan mereka mengutamakan kesetiaan kepada tuhan-tuhan itu pada diri mereka sendiri.

Dalam perumpamaan itu, kaum musyrik Mekah disuruh memperhatikan diri mereka sendiri serta kedudukan mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki. Sebagai tuan atau majikan, apakah mereka mau menyerahkan kepada budak-budak itu semua milik mereka, dan mengikutsertakannya dalam urusan harta benda dan kesenangan yang telah diberikan Allah kepada mereka.

Dengan demikian, para budak itu menjadi saingan dan serikat mereka dalam mengendalikan harta benda dan kesenangan itu. Apakah para pemilik budak dapat menerima ketentuan bahwa bagi budak-budak mereka itu ada kekuasaan atas apa yang mereka miliki, sehingga mereka tidak dapat melakukan sesuatu pada hak milik mereka sebelum mendapat kerelaan dan persetujuan dari budak mereka? Hal ini tentu tidak akan bisa mereka terima. Andaikata hal itu dapat diterima, ini berarti mereka tidak mempunyai kekuasaan yang penuh lagi atas hartanya.

Persoalan itu terjadi antara dua macam makhluk Allah, yaitu para tuan atau majikan dengan budak-budak mereka dalam mengurus dan menikmati rezeki, harta, dan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Para majikan itu tidak mau mengalah sedikit pun kepada budaknya dalam menguasai hartanya.

Allah sebagai pemilik segala sesuatu, Mahakuasa lagi Mahaperkasa tidak akan mau dijadikan oleh orang-orang musyrik berserikat dengan makhluk yang diciptakan-Nya berupa patung-patung itu sebagaimana mereka sendiri tidak akan mau berserikat dengan budak-budaknya dalam mengurus dan menguasai miliknya. Setiap orang yang menggunakan akal dan pikiran yang sehat akan memahami perumpamaan itu. Tindakan orang-orang musyrik itu merupakan penghinaan bagi Allah.

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Apakah kaum musyrik itu tetap pada pendirian mereka bahwa bagi Allah itu ada sekutu, sedang mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, setelah adanya keterangan yang jelas beserta argumentasi yang sangat kuat itu? Di antara mereka ada yang menerima dalil itu dan ada pula yang tidak. Kebanyakan kaum musyrik itu mata hatinya buta dan jiwanya berpenyakit sehingga mereka tidak melihat keterangan yang jelas dan dalil yang kuat itu.

Ayat ini ditutup dengan kalimat, “Demikianlah Kami jelaskan Ayat-Ayat itu bagi kaum yang mengerti.” Hanya orang-orang yang mempergunakan akalnya yang dapat mengambil manfaat dari Ayat-Ayat suci Al-Qur’an, serta mendapat petunjuk dan pelajaran daripadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Allah menjelaskan suatu permisalan yang diambil dari diri kalian. Dia memberikan permisalan itu bagi orang yang menjadikan makhluk-Nya sebagai sekutu bagi-Nya. Apakah ada di antara hamba sahaya kalian yang menjadi sekutu bagi kalian dalam hal harta benda dan lainnya yang telah Kami karuniakan kepada kalian, sehingga kalian dan mereka memiliki hak yang sama atas harta itu?

Kalian akan takut kepada hamba sahaya itu, sehingga tidak akan melakukan sesuatu atas apa yang kalian miliki tanpa seizinnya, sebagaimana orang-orang merdeka takut terhadap sesama mereka?

Apabila kalian tidak menganggapnya sebagai hal yang masuk akal dan tidak akan melakukan hal itu, lalu mengapa kalian menjadikan makhluk- makhluk Allah sebagai sekutu-sekutu bagi-Nya? Dengan perincian seperti inilah, Kami menjelaskan Ayat- Ayat bagi kaum yang merenungkan permisalan-permisalan.

Surah Ar-Rum Ayat 29
بَلِ ٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَهْوَآءَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَن يَهْدِى مَنْ أَضَلَّ ٱللَّهُ وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ

Terjemahan: Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.

Tafsir Jalalain: بَلِ ٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ (Tetapi orang-orang yang lalim, mengikuti) pengertian lalim di sini adalah menyekutukan Allah أَهْوَآءَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَن يَهْدِى مَنْ أَضَلَّ ٱللَّهُ (hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah?) maksudnya tidak ada seorang pun yang dapat menunjukinya. وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ (Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun) yang mencegah azab Allah atas mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: kemudian Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik menyembah selain Dia hanya karena kepandiran dan kebodohan diri mereka sendiri. بَلِ ٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ (“Tetapi orang-orang yang dhalim mengikuti.”) yaitu orang-orang musyrik, aHwaa-aHum (“Hawa nafsu mereka.”) yaitu dalam penyembahan mereka terhadap tandingan-tandingan-Nya tanpa ilmu pengetahuan,

فَمَن يَهْدِى مَنْ أَضَلَّ ٱللَّهُ (“Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan oleh Allah?”) yaitu tidak ada seorang pun yang dapat menunjuki mereka jika Allah telah menetapkan kesesatan bagi mereka.

وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ (“Dan tidaklah bagi mereka seorang penolong pun.”) yaitu tidak ada satu pun penyelamat, penjaga dan penolong bagi mereka dari kekuasaan Allah terhadapnya. Karena, apa saja yang dikehendaki-Nya, pasti terjadi dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak terjadi.

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 33-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Dalam Ayat ini, Allah menerangkan bahwa kaum musyrik itu menyembah sesuatu selain Allah karena kebodohan dan kejahilan mereka sendiri. Mereka tidak mau memperhatikan keterangan yang jelas di hadapan mereka.

Ayat ini merupakan perumpamaan bagi kaum musyrik yang tidak dapat mengambil manfaat dari Ayat-Ayat Allah yang terperinci, dan memetik hikmahnya. Bahkan mereka tetap berada pada kesesatan dan kemusyrikan. Akal pikiran mereka dikuasai dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Orang yang demikian itu selamanya tidak akan dapat dikendalikan kecuali oleh hawa nafsunya. Dia tidak akan menjawab sesuatu kecuali yang sesuai dengan panggilan setannya.

Pernyataan tentang suatu perbuatan tanpa ilmu pengetahuan dalam Ayat ini merupakan suatu isyarat bahwa hawa nafsu yang menguasai kaum musyrik ialah hawa nafsu yang buta dan tidak dapat ditembus oleh cahaya kebenaran.

Kadang-kadang manusia itu mengikuti hawa nafsunya. Kemudian apabila diberi peringatan dan petunjuk, dia akan bangkit dan mengikuti petunjuk itu. Begitulah keadaan kaum musyrik yang hidup di zaman kemusyrikan jahiliah. Mereka menyerah kepada hawa nafsu mereka. Namun tatkala Islam datang dan cahaya kebenaran menyinari mereka, mereka terbangun dari tidurnya. Mereka dapat melihat sesudah buta itu, dan mendapat petunjuk sesudah sesat.

Ayat ini lalu diakhiri dengan keterangan bahwa mereka yang telah disesatkan oleh Allah tidak akan dapat petunjuk selama-lamanya. Keterangan ini merupakan suatu isyarat kepada kaum musyrik yang keras kepala dalam kesyirikan bahwa mereka tetap berada dalam kesesatan. Mereka tidak akan beranjak setapak pun dari kesesatan itu, sebab Allah membiarkan mereka dalam keadaan seperti itu. Allah berfirman:

Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan. (al-A’raf/7: 186)

Kaum musyrik itu tidak akan menerima petunjuk, sehingga mereka hidup dalam kesesatan dan mati dalam kesesatan. Apabila datang janji Allah, mereka berdiri untuk dihisab dan ditanya. Mereka tidak akan mendapat balasan selain neraka. Tidak ada seorang penolong pun bagi mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi orang-orang kafir mengikuti hawa nafsu mereka tanpa mengetahui akibat dari kekufuran mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah Allah sesatkan. Tidak ada yang dapat memberi pertolongan dan melindungi mereka dari azab-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ar-Rum Ayat 28-29 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S