Surah As-Saffat Ayat 38-49; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah As-Saffat Ayat 38-49

Pecihitam.org – Kandungan Surah As-Saffat Ayat 38-49 ini, mengemukakan bahwa Allah ini membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah itu. Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat khayalan sebagai penyair, tetapi sesungguhnya beliau pembawa dan pendukung kebenaran.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ajaran tauhid yang disebarluaskan beliau tidak perlu lagi diragukan, sebab keesaan Tuhan itu dikukuhkan oleh pikiran yang sehat dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang nyata. Allah menceritakan kenikmatan yang diberikan kepada kaum yang taat kepada Allah dan rasul-Nya.

Mereka dengan penuh keikhlasan melakukan amal kebajikan, menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, bersih dari dosa selalu memanjatkan doa dan harapan kepada Tuhan mereka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah As-Saffat Ayat 38-49

Surah As-Saffat Ayat 38
إِنَّكُمۡ لَذَآئِقُواْ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَلِيمِ

Terjemahan: Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih.

Tafsir Jalalain: إِنَّكُمۡ (Sesungguhnya kalian) di dalam ungkapan ini terkandung Iltifat karena seharusnya Innahum لَذَآئِقُواْ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَلِيمِ (pasti akan merasakan azab yang pedih.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman yang ditujukan kepada manusia: إِنَّكُمۡ لَذَآئِقُواْ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَلِيمِ (“Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan adzab yang pedih.

Tafsir Kemenag: Allah pada Ayat ini membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah itu. Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat khayalan sebagai penyair, tetapi sesungguhnya beliau pembawa dan pendukung kebenaran.

Ajaran tauhid yang disebarluaskan beliau tidak perlu lagi diragukan, sebab keesaan Tuhan itu dikukuhkan oleh pikiran yang sehat dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang nyata. Tidaklah patut bilamana Rasul itu dikatakan penyair padahal dia membawa ajaran yang benar. Ajaran yang sama telah dibawakan pula sebelumnya oleh para nabi-nabi terdahulu.

Ajaran tauhid yang dibawa beliau meneruskan ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi dahulu, dan bukan sekali-kali buatan Muhammad saw. Jadi tuduhan kepada Rasul sebagai penyair dan orang gila hanyalah karena kebencian dan keingkaran semata-mata.

Allah pastilah akan menimpakan azab yang pedih dan hukuman yang berat kepada orang-orang kafir yang menuduh Rasul dengan tuduhan nista itu. Azab bagi mereka yang ingkar kepada ajaran rasul-rasul itu bisa jadi dirasakan di dunia ini, sebelum dirasakan di akhirat. Seperti azab yang diderita oleh kaum Samud, Fir’aun dan lain-lain. Namun Tuhan tidak akan menurunkan azab kepada manusia kecuali hanya sebagai balasan dan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allah berfirman:

Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya). (Fushshilat/41: 46)

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya kalian, hai orang-orang musyrik, akan merasakan siksa yang pedih di akhirat.

Surah As-Saffat Ayat 39
وَمَا تُجۡزَوۡنَ إِلَّا مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

Terjemahan: Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan,

Tafsir Jalalain: وَمَا تُجۡزَوۡنَ إِلَّا (Dan kalian tidak diberi pembalasan melainkan) pembalasan مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (apa yang telah kalian kerjakan.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا تُجۡزَوۡنَ إِلَّا مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan.”)

Tafsir Kemenag: Allah pada Ayat ini membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah itu. Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat khayalan sebagai penyair, tetapi sesungguhnya beliau pembawa dan pendukung kebenaran.

Ajaran tauhid yang disebarluaskan beliau tidak perlu lagi diragukan, sebab keesaan Tuhan itu dikukuhkan oleh pikiran yang sehat dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang nyata. Tidaklah patut bilamana Rasul itu dikatakan penyair padahal dia membawa ajaran yang benar. Ajaran yang sama telah dibawakan pula sebelumnya oleh para nabi-nabi terdahulu.

Ajaran tauhid yang dibawa beliau meneruskan ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi dahulu, dan bukan sekali-kali buatan Muhammad saw. Jadi tuduhan kepada Rasul sebagai penyair dan orang gila hanyalah karena kebencian dan keingkaran semata-mata. Allah pastilah akan menimpakan azab yang pedih dan hukuman yang berat kepada orang-orang kafir yang menuduh Rasul dengan tuduhan nista itu.

Azab bagi mereka yang ingkar kepada ajaran rasul-rasul itu bisa jadi dirasakan di dunia ini, sebelum dirasakan di akhirat. Seperti azab yang diderita oleh kaum Samud, Fir’aun dan lain-lain. Namun Tuhan tidak akan menurunkan azab kepada manusia kecuali hanya sebagai balasan dan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allah berfirman:

Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya). (Fushshilat/41: 46)

Tafsir Quraish Shihab: Yang kalian dapatkan di akhirat itu tidak lain adalah balasan atas perbuatan kalian di dunia.

Surah As-Saffat Ayat 40
إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ

Terjemahan: tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).

Tafsir Jalalain: إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ (Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan) yakni hamba-hamba Allah yang beriman, Istitsna di sini bersifat Munqathi’, dan pembalasannya disebutkan pada firman selanjutnya, yaitu:.

Tafsir Ibnu Katsir: kemudian dikecualikan hamba-hamba-Nya yang ikhlas. إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ (“Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan [dari dosa].”) yaitu mereka tidak akan merasakan adzab yang pedih serta tidak diteliti perhitungannya. Bahkan Dia akan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka, jika mereka memiliki kesalahan, serta akan membalas kebaikan mereka dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat hingga lipatan yanng dikehendaki oleh Allah Ta’ala.

Tafsir Kemenag: Allah pada Ayat ini membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah itu. Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat khayalan sebagai penyair, tetapi sesungguhnya beliau pembawa dan pendukung kebenaran. Ajaran tauhid yang disebarluaskan beliau tidak perlu lagi diragukan, sebab keesaan Tuhan itu dikukuhkan oleh pikiran yang sehat dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang nyata.

Tidaklah patut bilamana Rasul itu dikatakan penyair padahal dia membawa ajaran yang benar. Ajaran yang sama telah dibawakan pula sebelumnya oleh para nabi-nabi terdahulu.

Ajaran tauhid yang dibawa beliau meneruskan ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi dahulu, dan bukan sekali-kali buatan Muhammad saw. Jadi tuduhan kepada Rasul sebagai penyair dan orang gila hanyalah karena kebencian dan keingkaran semata-mata. Allah pastilah akan menimpakan azab yang pedih dan hukuman yang berat kepada orang-orang kafir yang menuduh Rasul dengan tuduhan nista itu.

Azab bagi mereka yang ingkar kepada ajaran rasul-rasul itu bisa jadi dirasakan di dunia ini, sebelum dirasakan di akhirat. Seperti azab yang diderita oleh kaum Samud, Fir’aun dan lain-lain. Namun Tuhan tidak akan menurunkan azab kepada manusia kecuali hanya sebagai balasan dan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allah berfirman:

Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya). (Fushshilat/41: 46)

Tafsir Quraish Shihab: Kecuali hamba-hamba Allah yang telah dibuat ikhlas. Sesungguhnya mereka tidak akan merasakan azab. Sebab mereka adalah orang-orang yang beriman dan taat.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 10-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah As-Saffat Ayat 41
أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ رِزۡقٌ مَّعۡلُومٌ

Terjemahan: Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu,

Tafsir Jalalain: أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ (Mereka itu memperoleh) di dalam surga رِزۡقٌ مَّعۡلُومٌ (rezeki yang tertentu) setiap pagi dan sorenya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ رِزۡقٌ مَّعۡلُومٌ (“Mereka itu memperoleh rizky yang tertentu.”) Qatadah dan as-Suddi berkata: “Yaitu surga.”

Tafsir Kemenag: Allah menceritakan kenikmatan yang diberikan kepada kaum yang taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka dengan penuh keikhlasan melakukan amal kebajikan, menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, bersih dari dosa selalu memanjatkan doa dan harapan kepada Tuhan mereka. Itulah hamba-hamba Allah yang ikhlas, yang akan mendapatkan surga, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (at-Tin/95: 4-6)

Dan firman Allah: Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (al-‘A.shr/103: 1-3)

Golongan hamba Allah yang ikhlas itu, tidak akan merasakan azab, tidak akan ditanya pada hari hisab, bahkan mereka mungkin diampuni kesalahannya jika ada kesalahan, dan diberi ganjaran pahala sepuluh kali lipat dari tiap amal saleh yang dikerjakannya atau lebih besar dari itu dengan kehendak Allah.

Kepada mereka inilah Allah memberikan rezeki yang telah ditentukan yakni buah-buahan yang beraneka ragam harum baunya dan rasanya amat lezat sehingga membangkitkan selera untuk menikmatinya. Mereka hidup mulia serta mendapat pelayanan dan penghormatan.

Dari Ayat-Ayat di atas, dapat dipahami bahwa makanan di surga itu disediakan untuk kenikmatan dan kesenangan.

(43-44) Pada Ayat ini, Allah menjelaskan lebih lanjut hamba-hamba Allah yang beriman dan beramal saleh dan surga yang penuh nikmat yang mempunyai tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan. (al-‘Ankabut/29: 58)

Ahli surga itu duduk di atas kursi yang megah berhadap-hadapan satu sama lain agar saling mengenal dan mereka berbincang-bincang tentang hal-hal yang menyenangkan, yang memberikan mereka kepuasan rohani dan jasmani sebagaimana diterangkan Allah dengan firman-Nya:

Dan sebagian mereka berhadap-hadapan satu sama lain saling bertegur sapa. (ath-thur/52: 25).

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang dibuat ikhlas tersebut akan mendapat rezeki yang telah ditentukan oleh Allah pada hari kiamat.

Surah As-Saffat Ayat 42
فَوَٰكِهُ وَهُم مُّكۡرَمُونَ

Terjemahan: yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,

Tafsir Jalalain: فَوَٰكِهُ (Yaitu buah-buahan) menjadi Badal atau ‘Athaf Bayan dari lafal Rizqun; yaitu bermacam-macam rezeki yang dimakan hanya untuk dinikmati, bukan untuk memelihara kesehatan, karena penduduk surga tidak perlu lagi memelihara kesehatan sebab mereka telah diciptakan untuk hidup abadi dan sehat selama-lamanya. وَهُم مُّكۡرَمُونَ (Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan) dengan pahala yang berlimpah dari Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian ditafsirkan oleh firman Allah: فَوَٰكِهُ (“Yaitu buah-buahan”) Yang bermacam-macam. وَهُم مُّكۡرَمُونَ (“Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan.”) artinya diistimewakan, dilayani dan diberi kenikmatan.

Tafsir Kemenag: Allah menceritakan kenikmatan yang diberikan kepada kaum yang taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka dengan penuh keikhlasan melakukan amal kebajikan, menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, bersih dari dosa selalu memanjatkan doa dan harapan kepada Tuhan mereka. Itulah hamba-hamba Allah yang ikhlas, yang akan mendapatkan surga, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (at-Tin/95: 4-6)

Dan firman Allah: Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (al-‘A.shr/103: 1-3)

Golongan hamba Allah yang ikhlas itu, tidak akan merasakan azab, tidak akan ditanya pada hari hisab, bahkan mereka mungkin diampuni kesalahannya jika ada kesalahan, dan diberi ganjaran pahala sepuluh kali lipat dari tiap amal saleh yang dikerjakannya atau lebih besar dari itu dengan kehendak Allah.

Kepada mereka inilah Allah memberikan rezeki yang telah ditentukan yakni buah-buahan yang beraneka ragam harum baunya dan rasanya amat lezat sehingga membangkitkan selera untuk menikmatinya. Mereka hidup mulia serta mendapat pelayanan dan penghormatan.

Dari Ayat-Ayat di atas, dapat dipahami bahwa makanan di surga itu disediakan untuk kenikmatan dan kesenangan.

(43-44) Pada Ayat ini, Allah menjelaskan lebih lanjut hamba-hamba Allah yang beriman dan beramal saleh dan surga yang penuh nikmat yang mempunyai tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan. (al-‘Ankabut/29: 58)

Ahli surga itu duduk di atas kursi yang megah berhadap-hadapan satu sama lain agar saling mengenal dan mereka berbincang-bincang tentang hal-hal yang menyenangkan, yang memberikan mereka kepuasan rohani dan jasmani sebagaimana diterangkan Allah dengan firman-Nya: Dan sebagian mereka berhadap-hadapan satu sama lain saling bertegur sapa. (ath-thur/52: 25).

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu buah-buahan yang bermacam-macam. Mereka adalah orang-orang yang ditenteramkan dan dimuliakan.

Surah As-Saffat Ayat 43
فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ

Terjemahan: di dalam surga-surga yang penuh nikmat.

Tafsir Jalalain: فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ (Di dalam surga-surga yang penuh nikmat.).

Tafsir Ibnu Katsir: فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ (di dalam surga-surga yang penuh nikmat.)

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menjelaskan lebih lanjut hamba-hamba Allah yang beriman dan beramal saleh dan surga yang penuh nikmat yang mempunyai tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan. (al-‘Ankabut/29: 58)

Ahli surga itu duduk di atas kursi yang megah berhadap-hadapan satu sama lain agar saling mengenal dan mereka berbincang-bincang tentang hal-hal yang menyenangkan, yang memberikan mereka kepuasan rohani dan jasmani sebagaimana diterangkan Allah dengan firman-Nya:

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 30-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan sebagian mereka berhadap-hadapan satu sama lain saling bertegur sapa. (ath-thur/52: 25).

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.

Surah As-Saffat Ayat 44
عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ

Terjemahan: di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan.

Tafsir Jalalain: عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ (Di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan) artinya, sebagian dari mereka duduk menghadap kepada sebagian yang lain, sehingga sebagian dari mereka tidak melihat tengkuk sebagian yang lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ (“Di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapna.”) Mujahid berkata: “Sebagian mereka tidak memandang kepada punggung atau kuduk sebagian yang lain.”

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menjelaskan lebih lanjut hamba-hamba Allah yang beriman dan beramal saleh dan surga yang penuh nikmat yang mempunyai tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan. (al-‘Ankabut/29: 58)

Ahli surga itu duduk di atas kursi yang megah berhadap-hadapan satu sama lain agar saling mengenal dan mereka berbincang-bincang tentang hal-hal yang menyenangkan, yang memberikan mereka kepuasan rohani dan jasmani sebagaimana diterangkan Allah dengan firman-Nya:

Dan sebagian mereka berhadap-hadapan satu sama lain saling bertegur sapa. (ath-thur/52: 25).

Tafsir Quraish Shihab: Mereka duduk di atas tahta dengan saling berhadapan.

Surah As-Saffat Ayat 45
يُطَافُ عَلَيۡهِم بِكَأۡسٍ مِّن مَّعِينٍۭ

Terjemahan: Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir.

Tafsir Jalalain: يُطَافُ عَلَيۡهِم (Diedarkan kepada mereka) maksudnya, kepada masing-masing di antara mereka diedarkan بِكَأۡسٍ (gelas) yaitu tempat untuk minum berikut minumannya مِّن مَّعِينٍۭ (yang berisikan khamar dari sungai khamar) yang mengalir bagaikan sungai di bumi.

Tafsir Ibnu Katsir: يُطَافُ عَلَيۡهِم بِكَأۡسٍ مِّن مَّعِينٍۭ (Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir.)

Tafsir Kemenag: Sesudah menggambarkan makanan dan tempat tinggal mereka, Allah kemudian menerangkan minuman mereka. Dengan dilayani oleh anak-anak remaja yang cakap, ahli surga itu menikmati minuman lezat, segelas khamar yang sangat jernih bagaikan air bening yang warnanya putih bersih yang sedap rasanya, ada minuman mereka yang bercampur zanjabil (jahe) yang didatangkan dari sumber air surga yang namanya salsabil sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:

Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan. (al-Insan/76: 17-19)

Kenikmatan minuman yang disediakan Allah dalam surga merupakan kelengkapan kenikmatan bagi ahli surga. Mereka disuguhi bermacam ragam khamar yang melimpah ruah seolah-olah khamar itu diambilnya dari sumber bening yang mengalir tanpa putus-putusnya, setiap kali mereka meminta tentu mendapatkannya. Allah menjelaskan pula bahwa khamar dalam surga itu keadaannya jauh berbeda dengan khamar yang terdapat di dunia, baik mengenai kejernihan, warna, bau ,dan rasanya.

Demikian pula pengaruh minuman terhadap jasmani dan rohani berbeda dengan khamar dunia. Khamar surga tidak membahayakan dan tidak memabukkan.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka dikelilingi oleh anak-anak kecil yang membawa bejana berisikan minuman dari sumber yang terus mengalir tanpa terputus.

Surah As-Saffat Ayat 46
بَيۡضَآءَ لَذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ

Terjemahan: (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum.

Tafsir Jalalain: بَيۡضَآءَ (Warnanya putih) lebih putih daripada air susu لَذَّةٍ (sedap rasanya) sangat lezat rasanya لِّلشَّٰرِبِينَ (bagi orang-orang yang minum) berbeda dengan khamar di dunia yang apabila diminum rasanya tidak enak.

Tafsir Ibnu Katsir: [Warnanya] putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya. Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tidak mabuk karenanya.”) Allah mensucikan khamr Surga dari berbagai bahaya yang terdapat dalam khamr dunia berupa sakit kepala, sakit perut dan hilangnya akal secara total [keseluruhan].

Tafsir Kemenag: Sesudah menggambarkan makanan dan tempat tinggal mereka, Allah kemudian menerangkan minuman mereka. Dengan dilayani oleh anak-anak remaja yang cakap, ahli surga itu menikmati minuman lezat, segelas khamar yang sangat jernih bagaikan air bening yang warnanya putih bersih yang sedap rasanya, ada minuman mereka yang bercampur zanjabil (jahe) yang didatangkan dari sumber air surga yang namanya salsabil sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:

Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan. (al-Insan/76: 17-19)

Kenikmatan minuman yang disediakan Allah dalam surga merupakan kelengkapan kenikmatan bagi ahli surga. Mereka disuguhi bermacam ragam khamar yang melimpah ruah seolah-olah khamar itu diambilnya dari sumber bening yang mengalir tanpa putus-putusnya, setiap kali mereka meminta tentu mendapatkannya.

Allah menjelaskan pula bahwa khamar dalam surga itu keadaannya jauh berbeda dengan khamar yang terdapat di dunia, baik mengenai kejernihan, warna, bau ,dan rasanya.

Demikian pula pengaruh minuman terhadap jasmani dan rohani berbeda dengan khamar dunia. Khamar surga tidak membahayakan dan tidak memabukkan.

Tafsir Quraish Shihab: Warnanya putih bersih ketika dicampur. Rasanya pun menggairahkan orang-orang yang meminumnya..

Surah As-Saffat Ayat 47
لَا فِيهَا غَوۡلٌ وَلَا هُمۡ عَنۡهَا يُنزَفُونَ

Terjemahan: Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya.

Tafsir Jalalain: لَا فِيهَا غَوۡلٌ (Tidak ada di dalam khamar itu alkohol) yakni zat yang membuat akal mereka mabuk وَلَا هُمۡ عَنۡهَا يُنزَفُونَ (dan mereka tiada mabuk karenanya) dapat dibaca Yunzafuuna atau yanzifuuna, yang berasal dari kalimat, Nazafasy Syaaribu, dan Anzafa, artinya memabukkan; maksudnya khamar surga itu tidak memabukkan berbeda halnya dengan khamar di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: لَا فِيهَا غَوۡلٌ وَلَا هُمۡ عَنۡهَا يُنزَفُونَ (Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya.) yaitu khamr yang berasal dari sungai yang mengalir yang tidak dikhawatirkan akan habis dan terputus.

Imam Malik meriwAyatkan dari Zaid bin Aslam: “Khamr yang mengalir bersih, yaitu warnanya bersinar indah, tidak seperti khamr dunia yang dipandang begitu menjijikkan dan jelek berupa merah, hitam, kuning atau keruh dan warna-warna lain yang tidak disukai oleh tabiat yang baik.”

Firman Allah: وَلَا هُمۡ عَنۡهَا يُنزَفُونَ (“dan mereka tidak mabuk karenanya.”) Mujahid berkata: “Akal-akal mereka tidak hilang.” Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Muhammad bin Ka’ab, al-Hasan, ‘Atha’ bin Abi Muslim al-Khurasani, as-Suddi dan lain-lain.

Adh-Dhahhak berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Khamr memiliki empat hal: mabuk, pusing, muntah dan kencing.” Lalu Allah menyebutkan khamr surga dan mensucikannya dari empat hal tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam surah ash-Shaaffaat.

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 75-82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Sesudah menggambarkan makanan dan tempat tinggal mereka, Allah kemudian menerangkan minuman mereka. Dengan dilayani oleh anak-anak remaja yang cakap, ahli surga itu menikmati minuman lezat, segelas khamar yang sangat jernih bagaikan air bening yang warnanya putih bersih yang sedap rasanya, ada minuman mereka yang bercampur zanjabil (jahe) yang didatangkan dari sumber air surga yang namanya salsabil sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:

Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan. (al-Insan/76: 17-19)

Kenikmatan minuman yang disediakan Allah dalam surga merupakan kelengkapan kenikmatan bagi ahli surga. Mereka disuguhi bermacam ragam khamar yang melimpah ruah seolah-olah khamar itu diambilnya dari sumber bening yang mengalir tanpa putus-putusnya, setiap kali mereka meminta tentu mendapatkannya.

Allah menjelaskan pula bahwa khamar dalam surga itu keadaannya jauh berbeda dengan khamar yang terdapat di dunia, baik mengenai kejernihan, warna, bau ,dan rasanya.

Demikian pula pengaruh minuman terhadap jasmani dan rohani berbeda dengan khamar dunia. Khamar surga tidak membahayakan dan tidak memabukkan.

Tafsir Quraish Shihab: Minuman itu tidak membuat pusing dan membuat mereka mabuk. Dengan meminumnya kesadaran mereka tidak hilang.

Surah As-Saffat Ayat 48
وَعِندَهُمۡ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ عِينٌ

Terjemahan: Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,

Tafsir Jalalain: وَعِندَهُمۡ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ (Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya) yaitu bidadari-bidadari yang selalu menundukkan pandangan matanya, atau dengan kata lain mereka hanya memandang suami-suami mereka saja dan tidak memandang orang lain, karena menurut mereka suami-suami mereka adalah orang-orang yang paling cakap عِينٌ (dan jelita matanya) artinya mata bidadari-bidadari itu sangat jelita.

Tafsir Ibnu Katsir: وَعِندَهُمۡ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ عِينٌ (“Dan di sisi-sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya.”) yaitu yang menjaga diri, tidak memandang kepada selain pasangan-pasangan mereka. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Zaid bin Aslam, Qatadah, as-Suddi dan lain-lain. عِينٌ (“dan jelita matanya.”) maksudnya bermata jelita.

Pendapat lain mengatakan bahwa matanya lentik, kembali kepada yang pertama [jelita]. Mereka adalah wanita-wanita yang matanya jelita. Mata mereka digambarkan dengan hasan [keindahan] dan ‘iffah [penjagaan diri] seperti perkataan Zukaikha tentang Yusuf: قَالَتۡ فَذَٰلِكُنَّ ٱلَّذِى لُمۡتُنَّنِى فِيهِ وَلَقَدۡ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ فَٱسۡتَعۡصَمَ (“Itulah dia orang yang kamu cela aku karena [tertarik] kepadany, dan sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya [padaku], akan tetapi dia menolak.”)(Yusuf: 32). Yaitu disamping tampan, beliau [Nabi Yusuf as.] juga ‘iffah, bertakwa dan bersih. Demikian para bidadari surga tersebut [yang baik dan indah]. Oleh karena itu, Allah berfirman:

وَعِندَهُمۡ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ عِينٌ (“Dan di sisi-sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya.”)

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menyebutkan lagi dalam Ayat ini kecantikan istri ahli-ahli surga sebagai penyempurnaan terhadap nikmat yang diberikan Tuhan kepada mereka di akhirat. Istri-istri mereka itu merupakan bidadari-bidadari yang cantik, tidak suka melihat orang-orang yang bukan suaminya, matanya jeli, kulitnya putih kuning bersih seperti warna telur burung unta yang belum pernah disentuh orang-orang dan belum dikotori debu. Warna kulit perempuan demikian sangat disenangi oleh orang Arab.

Pada Ayat yang lain digambarkan para bidadari itu bagaikan mutiara. Firman Allah: Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik. (al-Waqi’ah/56: 22-23)

Tafsir Quraish Shihab: Di surga, di sisi orang-orang yang dibersihkan dari dosa itu terdapat bidadari-bidadari yang diciptakan dalam keadaan terjaga kesuciannya. Pandangan mereka hanya tertuju pada pasangannya. Mereka tidak mau melihat keinginan syahwat yang menyesatkan. Kecantikan mereka ada pada kejelitaan matanya.

Surah As-Saffat Ayat 49
كَأَنَّهُنَّ بَيۡضٌ مَّكۡنُونٌ

Terjemahan: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.

Tafsir Jalalain: كَأَنَّهُنَّ (Seakan-akan mereka) yakni warna kulit mereka بَيۡضٌ (adalah telur) burung unta مَّكۡنُونٌ (yang tersimpan dengan baik) bagaikan telur burung unta yang terlindungi oleh bulu induknya, sehingga tidak ada suatu debu pun yang menempel padanya, demikian pula warnanya, putih kekuning-kuningan, warna kulit seperti itu adalah warna kulit wanita yang paling cantik.

Tafsir Ibnu Katsir: كَأَنَّهُنَّ بَيۡضٌ مَّكۡنُونٌ (“Seakan-akan mereka adalah telur [burung unta] yang tersimpan dengan baik.”) Dia menggambarkan mereka dengan badan-badan yang halus dan warna kulit yang paling indah. ‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas:

كَأَنَّهُنَّ بَيۡضٌ مَّكۡنُونٌ (“Seakan-akan mereka adalah telur [burung unta] yang tersimpan dengan baik.”) yaitu intan yang tersimpan baik. Dia menyenandungkan satu bait Abu Duhbal, seorang ahli syair dalam gashidahnya: “Mereka adalah bunga seperti intan permata
Yang diistimewakan dari barang-barang berharga yang tersimpan.”

Al-Hasan berkata: كَأَنَّهُنَّ بَيۡضٌ مَّكۡنُونٌ (“Seakan-akan mereka adalah telur [burung unta] yang tersimpan dengan baik.”) artinya yang terjaga, tidak pernah disentuh dengna tangan-tangan.”

Sa’id bin Jubair berkata: yaitu perutnya putih.” ‘Atha’ al-Khurasani berkata: “Yaitu isi yang berada di antara kulit luar dan intinya yang putih.” Inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir tentang firman-Nya: مَّكۡنُونٌ (“Yang tersimpan dengan baik”) wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menyebutkan lagi dalam Ayat ini kecantikan istri ahli-ahli surga sebagai penyempurnaan terhadap nikmat yang diberikan Tuhan kepada mereka di akhirat. Istri-istri mereka itu merupakan bidadari-bidadari yang cantik, tidak suka melihat orang-orang yang bukan suaminya, matanya jeli, kulitnya putih kuning bersih seperti warna telur burung unta yang belum pernah disentuh orang-orang dan belum dikotori debu. Warna kulit perempuan demikian sangat disenangi oleh orang Arab.

Pada Ayat yang lain digambarkan para bidadari itu bagaikan mutiara. Firman Allah: Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik. (al-Waqi’ah/56: 22-23)

Tafsir Quraish Shihab: Mereka bagaikan telur burung unta yang terlindungi oleh sayap, sehingga tak tersentuh tangan dan tak terkena debu.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah As-Saffat Ayat 38-49 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S