Surah Asy-Syu’ara Ayat 185-191; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 185-191

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 185-191 ini, menjelaskan bahwa Tuhan yang menunjukkan manusia kepada jalan yang benar, yang dapat mengangkat manusia ke tempat yang mulia dan terpuji, adalah Tuhan Yang Mahaadil, Mahakeras tuntutan-Nya, dan Mahakekal rahmat-Nya terhadap orang-orang yang beriman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 185-191

Surah Asy-Syu’ara Ayat 185
قَالُوا إِنَّمَا أَنتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ

Terjemahan: Mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir,

Tafsir Jalalain: قَالُوا إِنَّمَا أَنتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ (Mereka berkata, “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir).

Tafsir Ibnu Katsir: Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Allah Swt. menceritakan tentang jawaban kaum Syu’aib terhadap Syu’aib, yaitu jawaban yang sama seperti yang dikatakan oleh kaum Samud kepada rasul mereka, karena hati mereka (yang kafir) itu sama saja. Mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (Asy-Syu’ara’: 185) Yakni termasuk orang yang terkena sihir, sebagimana yang telah dijelaskan di atas.

Tafsir Kemenag: Sekalipun Syuaib telah mengingatkan kaumnya, tetapi mereka tetap ingkar dan kafir. Bahkan mereka mencela Syuaib dan memandang ringan ancaman Allah yang disampaikan kepada mereka dengan menyatakan bahwa: pertama, Syuaib termasuk salah seorang yang kena sihir, yang mengatakan dan melakukan sesuatu hanya berdasarkan khayalan dan angan-angan belaka. Syuaib seorang manusia biasa seperti mereka, tidak memiliki kelebihan apa pun dari mereka, dan bahkan ia seorang yang rusak akalnya.

Mereka mendustakan Syuaib, dan tidak percaya sedikit pun bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus kepada mereka. Oleh karena itu, mereka mengingkari Nabi Syuaib, menghalangi orang lain mendatanginya, dan mengancam orang-orang yang beriman kepadanya. Akan tetapi, Syuaib terus menasihati dan mengingatkan mereka.

Syuaib adalah nabi yang sangat pintar berdebat dengan kaumnya. Dalil-dalil dan argumennya amat kuat, sehingga para mufasir menjulukinya dengan Khathib al-Anbiya’ (ahli pidato di antara para nabi).

Namun demikian, penduduk Madyan tetap membangkang dan menyangkal seruan Syuaib. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa mereka tidak paham apa yang dikatakannya, padahal seruan itu sudah jelas dan terang. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa Syuaib orang lemah, seakan-akan mereka mengira bahwa kekuatanlah yang menjadi ukuran kebenaran dan keadilan.

Kadang-kadang mereka mengancam akan membunuh Syuaib, dan mengusir para pengikutnya yang beriman dari negeri itu apabila Syuaib dan orang-orang yang beriman itu tidak kembali kepada agama mereka.

Kaum Syuaib juga mengingatkan masyarakat bahwa mereka akan merugi kalau mengikuti agama Syuaib karena melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan. Mereka merasa heran kepada Syuaib yang melarang mereka menyembah sembahan nenek moyang mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai terhadap harta mereka. Mereka mencela Syuaib tentang kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Mereka mengejek dengan sinis salat yang dikerjakan Syuaib. Allah berfirman:

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.” (Hud/11: 87).

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami.” (Hud/11: 91).

Kedua, Jika Syuaib benar-benar seorang nabi dan rasul Allah, maka ia diminta untuk menurunkan kepada mereka (kaum Syuaib) gumpalan-gumpalan dari langit, sebagaimana yang telah diancamkannya. Sikap kaum Syuaib ini sama dengan sikap kaum Quraisy ketika menentang Nabi Muhammad agar beliau memancarkan air dari bumi untuk mereka, mendatangkan sebuah kebun dan kurma serta anggur yang indah, mendatangkan azab dengan menjatuhkan kepingan-kepingan dari langit yang menimpa mereka, atau mendatangkan sebuah rumah emas dan sebagainya. (Baca Surah al-Isra’/17: 90-93).

Tafsir Quraish Shihab: Mereka berkata, “Kamu hanyalah salah seorang yang dipengaruhi oleh kekuatan sihir, sehingga akal sehatnya menjadi hilang.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 186
وَمَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَإِن نَّظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ

Terjemahan: dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta.

Tafsir Jalalain: وَمَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَإِن (Dan kamu tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya) lafal In di sini adalah bentuk Takhfif daripada Inna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, lengkapnya berasal dari Innahuu نَّظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ (kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta).

Tafsir Ibnu Katsir: dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. (Asy-Syu’ara’: 186) Yaitu sengaja berdusta dalam pengakuanmu itu bukan karena Allah telah mengutusmu kepada kami. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit.

Tafsir Kemenag: Sekalipun Syuaib telah mengingatkan kaumnya, tetapi mereka tetap ingkar dan kafir. Bahkan mereka mencela Syuaib dan memandang ringan ancaman Allah yang disampaikan kepada mereka dengan menyatakan bahwa: pertama, Syuaib termasuk salah seorang yang kena sihir, yang mengatakan dan melakukan sesuatu hanya berdasarkan khayalan dan angan-angan belaka. Syuaib seorang manusia biasa seperti mereka, tidak memiliki kelebihan apa pun dari mereka, dan bahkan ia seorang yang rusak akalnya.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 30-33 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Mereka mendustakan Syuaib, dan tidak percaya sedikit pun bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus kepada mereka. Oleh karena itu, mereka mengingkari Nabi Syuaib, menghalangi orang lain mendatanginya, dan mengancam orang-orang yang beriman kepadanya. Akan tetapi, Syuaib terus menasihati dan mengingatkan mereka. Syuaib adalah nabi yang sangat pintar berdebat dengan kaumnya. Dalil-dalil dan argumennya amat kuat, sehingga para mufasir menjulukinya dengan Khathib al-Anbiya’ (ahli pidato di antara para nabi).

Namun demikian, penduduk Madyan tetap membangkang dan menyangkal seruan Syuaib. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa mereka tidak paham apa yang dikatakannya, padahal seruan itu sudah jelas dan terang. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa Syuaib orang lemah, seakan-akan mereka mengira bahwa kekuatanlah yang menjadi ukuran kebenaran dan keadilan.

Kadang-kadang mereka mengancam akan membunuh Syuaib, dan mengusir para pengikutnya yang beriman dari negeri itu apabila Syuaib dan orang-orang yang beriman itu tidak kembali kepada agama mereka.

Kaum Syuaib juga mengingatkan masyarakat bahwa mereka akan merugi kalau mengikuti agama Syuaib karena melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan. Mereka merasa heran kepada Syuaib yang melarang mereka menyembah sembahan nenek moyang mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai terhadap harta mereka. Mereka mencela Syuaib tentang kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Mereka mengejek dengan sinis salat yang dikerjakan Syuaib. Allah berfirman:

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.” (Hud/11: 87).

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami.” (Hud/11: 91).

Kedua, Jika Syuaib benar-benar seorang nabi dan rasul Allah, maka ia diminta untuk menurunkan kepada mereka (kaum Syuaib) gumpalan-gumpalan dari langit, sebagaimana yang telah diancamkannya. Sikap kaum Syuaib ini sama dengan sikap kaum Quraisy ketika menentang Nabi Muhammad agar beliau memancarkan air dari bumi untuk mereka, mendatangkan sebuah kebun dan kurma serta anggur yang indah, mendatangkan azab dengan menjatuhkan kepingan-kepingan dari langit yang menimpa mereka, atau mendatangkan sebuah rumah emas dan sebagainya. (Baca Surah al-Isra’/17: 90-93).

Tafsir Quraish Shihab: Lagi pula kamu adalah manusia biasa seperti kami.
Mengapa kamu merasa lebih istimewa dari kami untuk menyampaikan risalah? Kami yakin kamu tidak lain hanyalah salah seorang pembohong besar.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 187
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِّنَ السَّمَاءِ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

Terjemahan: Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.

Tafsir Jalalain: فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا (Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan) dapat dibaca Kasafan dan Kisfan, artinya gumpalan-gumpalan مِّنَ السَّمَاءِ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”) dalam pengakuan risalahmu itu.

Tafsir Ibnu Katsir: (Asy-Syu’ara’: 187) Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sisi langit, yakni sebagian darinya. Qatadah mengatakan potongan dari langit. Sedangkan As-Saddi mengatakan azab dari langit.

Pengertian ayat ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy, yang disitir oleh firman-Nya: Dan mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. (Al-Isra’: 90) sampai dengan firman-Nya: “atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. (Al-Isra’: 92)

Dan firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu: Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika betul (Al-Qur’an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit” (Al-Anfal: 32), hingga akhir ayat. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh orang-orang kafir yang jahil dalam surat ini: Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit. (Asy-Syu’ara’: 187)

Tafsir Kemenag: Sekalipun Syuaib telah mengingatkan kaumnya, tetapi mereka tetap ingkar dan kafir. Bahkan mereka mencela Syuaib dan memandang ringan ancaman Allah yang disampaikan kepada mereka dengan menyatakan bahwa: pertama, Syuaib termasuk salah seorang yang kena sihir, yang mengatakan dan melakukan sesuatu hanya berdasarkan khayalan dan angan-angan belaka. Syuaib seorang manusia biasa seperti mereka, tidak memiliki kelebihan apa pun dari mereka, dan bahkan ia seorang yang rusak akalnya.

Mereka mendustakan Syuaib, dan tidak percaya sedikit pun bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus kepada mereka. Oleh karena itu, mereka mengingkari Nabi Syuaib, menghalangi orang lain mendatanginya, dan mengancam orang-orang yang beriman kepadanya. Akan tetapi, Syuaib terus menasihati dan mengingatkan mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Qiyamah Ayat 26-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Syuaib adalah nabi yang sangat pintar berdebat dengan kaumnya. Dalil-dalil dan argumennya amat kuat, sehingga para mufasir menjulukinya dengan Khathib al-Anbiya’ (ahli pidato di antara para nabi).

Namun demikian, penduduk Madyan tetap membangkang dan menyangkal seruan Syuaib. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa mereka tidak paham apa yang dikatakannya, padahal seruan itu sudah jelas dan terang. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa Syuaib orang lemah, seakan-akan mereka mengira bahwa kekuatanlah yang menjadi ukuran kebenaran dan keadilan.

Kadang-kadang mereka mengancam akan membunuh Syuaib, dan mengusir para pengikutnya yang beriman dari negeri itu apabila Syuaib dan orang-orang yang beriman itu tidak kembali kepada agama mereka.

Kaum Syuaib juga mengingatkan masyarakat bahwa mereka akan merugi kalau mengikuti agama Syuaib karena melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan. Mereka merasa heran kepada Syuaib yang melarang mereka menyembah sembahan nenek moyang mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai terhadap harta mereka. Mereka mencela Syuaib tentang kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Mereka mengejek dengan sinis salat yang dikerjakan Syuaib. Allah berfirman:

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.” (Hud/11: 87).

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami.” (Hud/11: 91).

Kedua, Jika Syuaib benar-benar seorang nabi dan rasul Allah, maka ia diminta untuk menurunkan kepada mereka (kaum Syuaib) gumpalan-gumpalan dari langit, sebagaimana yang telah diancamkannya. Sikap kaum Syuaib ini sama dengan sikap kaum Quraisy ketika menentang Nabi Muhammad agar beliau memancarkan air dari bumi untuk mereka, mendatangkan sebuah kebun dan kurma serta anggur yang indah, mendatangkan azab dengan menjatuhkan kepingan-kepingan dari langit yang menimpa mereka, atau mendatangkan sebuah rumah emas dan sebagainya. (Baca Surah al-Isra’/17: 90-93).

Tafsir Quraish Shihab: Jika kamu benar-benar membawa risalah, mengapa tidak dijatuhkan kepada kami suatu bentuk azab dari langit?”
Demikianlah, permintaan ini menyiratkan betapa kukuhnya pengingkaran mereka.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 188
قَالَ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ

Terjemahan: Syu’aib berkata: “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Tafsir Jalalain: قَالَ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ (Syuaib berkata, “Rabbku lebih mengetahui apa yang kalian kerjakan”) maka Dia kelak akan membalasnya kepada kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Adapun firman Allah Swt.: Syu’aib berkata, “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Asy-Syu’ani’: 188) Nabi Syu’aib menjawab, “Allah lebih mengetahui tentang kalian.

Jika kalian berhak mendapatkannya, niscaya Dia akan menimpakannya kepada kalian. Dia tidak akan menganiaya kalian.” Dan memang apa yang mereka mintakan itu benar-benar terjadi pada diri mereka sebagai pembalasan yang setimpal dari perbuatan mereka. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman selanjutnya: Kemudian mereka mendustakan Syuaib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.

Tafsir Kemenag: Ungkapan ayat ini merupakan jawaban Syuaib terhadap pengingkaran dan penantangan kaumnya dengan mengatakan bahwa ia tidak diutus untuk menjadikan mereka beriman dengan memasukkan iman ke dalam hati mereka. Ia juga tidak bertugas menghisab amal perbuatan mereka, serta menghukum dan menimpakan azab kepada mereka.

Tugasnya hanya menyampaikan agama Allah kepada kaumnya. Adapun menjadikan seseorang itu beriman, menghisab perbuatan manusia, dan menimpakan azab adalah hak Allah semata, karena Dia adalah Yang Mahakuasa dan lebih mengetahui segala perbuatan manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Syu’ayb berkata, “Tuhanku Maha Mengetahui kemaksiatan yang kalian lakukan, dan kalian berhak mendapatkan azab.
Dia akan menimpakan azab itu kepada kalian pada saat yang telah ditentukan.” Ucapan ini mencerminkan kepasrahan Syu’ayb kepada Allah.
Tujuannya tidak lain untuk memperingatkan mereka.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 189
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Terjemahan: Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.

Tafsir Jalalain: وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (Dan sekali-kali aku tidak meminta upah kepada kalian atas ajakan itu, tiada lain upahku hanyalah dari Rabb semesta alam).

Tafsir Ibnu Katsir: (Asy-Syu’ara’: 189) Azab tersebut termasuk jenis dari apa yang dimintakan oleh mereka, yaitu ditimpakannya gumpalan dari langit kepada mereka.

Karena Allah Swt. menjadikan azab yang menimpa mereka berupa panas yang tinggi selama tujuh hari, tiada sesuatu pun yang terlindungi dari panas tersebut. Kemudian datanglah gumpalan awan yang besar menaungi mereka, lalu mereka pergi menuju arah awan itu dengan maksud menaungi diri mereka dengan naungannya dari sengatan panas yang sangat tinggi. Setelah mereka semua kumpul di bawah awan besar itu, maka Allah menurunkan kepada mereka percikan api dari neraka dan luapan api yang sangat besar.

Baca Juga:  Surah Asy Syu'ara Ayat 116-122; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Bumi berguncang menggoyahkan mereka, dan mereka ditimpa oleh pekikan yang keras sehingga arwah mereka melayang, lalu binasalah mereka semuanya. Karena itu Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu’ara’: 189) Allah Swt. menyebutkan gambaran kebinasaan mereka dalam tiga tempat tinggal. Setiap tempat tinggal sesuai dengan teksnya.

Di dalam surat Al-A’raf disebutkan bahwa mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. Demikian itu karena mereka telah mengatakan: Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syuaib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami. (Al-A’raf: 88) Mereka menakut-nakuti Nabi Allah Syu’aib dan orang-orang yang mengikutinya, maka mereka ditimpa azab gempa bumi.

Tafsir Kemenag: Karena penduduk Madyan tetap membangkang, Syuaib mengancam dengan menyuruh mereka menunggu azab yang akan didatangkan Allah. Pada waktu yang dijanjikan Allah, datanglah malapetaka yang dahsyat menimpa mereka. Pada hari itu, mereka merasakan terik panas yang sangat menyesakkan napas.

Tidak ada sesuatu pun yang dapat menolong mereka dari keadaan yang demikian, apakah berupa naungan rumah, ataupun air yang dapat diminum, dan sebagainya. Oleh karena itu, mereka ke luar ke tanah lapang dan bernaung di bawah segumpal awan yang menyejukkan.

Dalam keadaan demikian, turunlah azab Allah berupa sambaran petir yang dahsyat yang ke luar dari gumpalan awan itu, dengan suara yang keras, dan menyebabkan bumi berguncang. Mereka semua mati tersungkur dengan muka tertelungkup ke tanah. Keadaan mereka itu seperti keadaan kaum Nabi Saleh yang ditimpa azab Allah sebelumnya. Adapun Nabi Syuaib dan orang-orang yang beriman diselamatkan Allah dari azab itu.

Tafsir Quraish Shihab: Akan tetapi, mereka tetap bersikukuh mendustakan Syu’ayb. Lalu Allah menurunkan kepada mereka cuaca yang sangat panas, sehingga membuat mereka berlarian tanpa membawa naungan apa-apa. Tatkala mereka semua berkumpul di bawah naungan awan, Allah menimpakan kepada mereka gumpalan-gumpalan api.
Mereka pun binasa di hari yang luar biasa dahsyat itu.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 190
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

Tafsir Jalalain: (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman).

Tafsir Ibnu Katsir: Manakala mereka semua telah berkumpul di bawah naungan awan itu, lalu Allah menimpakan api kepada mereka.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, “Itulah azab di hari mereka dinaungi oleh awan, sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.”

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu’ara’: 190-191) Yakni Mahaperkasa dalam pembalasan-Nya terhadap orang-orang kafir, lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.”

Tafsir Kemenag: Semua kejadian yang terdapat dalam kisah Syuaib dan kaumnya, yaitu kehancuran penduduk Madyan yang mengingkari seruan Syuaib dan penyelamatan orang-orang yang beriman dari sambaran petir dan gempa, merupakan bukti atas kebenaran Syuaib sebagai rasul Allah. Sekalipun demikian, orang-orang musyrik Mekah serta manusia yang tidak mau mengambil pelajaran daripadanya, tetap tidak beriman kepada Nabi Muhammad.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya azab yang diturunkan kepada penduduk Aykah yang membangkang itu merupakan bukti kemahakuasaan Allah. Tetapi kebanyakan kaummu, Muhammad, tidak meyakininya.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 191
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Terjemahan: Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang).

Tafsir Ibnu Katsir: Manakala mereka semua telah berkumpul di bawah naungan awan itu, lalu Allah menimpakan api kepada mereka.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, “Itulah azab di hari mereka dinaungi oleh awan, sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.” Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu’ara’: 190-191) Yakni Mahaperkasa dalam pembalasan-Nya terhadap orang-orang kafir, lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan yang menunjukkan manusia kepada jalan yang benar, yang dapat mengangkat manusia ke tempat yang mulia dan terpuji, adalah Tuhan Yang Mahaadil, Mahakeras tuntutan-Nya, dan Mahakekal rahmat-Nya terhadap orang-orang yang beriman.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Tuhanmu Mahaesa dalam kekuatan dan kemenangan. Dan Dia Maha Pengasih kepada orang-orang yang beriman.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 185-191 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S