Surah Ath-Thur Ayat 17-20; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ath-Thur Ayat 17-20

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ath-Thur Ayat 17-20 ini, menerangkan bahwa orang-orang yang takut akan murka Tuhannya, mereka melaksanakan ibadah kepadaNya baik dengan terang-terangan atau tidak, memenuhi kewajibankewajibannya terhadap Tuhan, dan menjalankan peraturanperaturan agama, tidak mengerjakan suatu perbuatan maksiat yakni tidak menodai dirinya dengan dosa dan tidak menodai jiwanya dengan kemunafikan. Mereka merasakan suka cita dan kebahagiaan yang penuh karena anugerah dan hadiahhadiah yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ath-Thur Ayat 17-20

Surah Ath-Thur Ayat 17
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَعِيمٍ

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan,

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَعِيمٍ (Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah swt. menceritakan orang-orang yang berbahagia dengan firman-Nya: إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَعِيمٍ (“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan.”) dan itu jelas bertolak belakang dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang mendapatkan adzab dan siksaan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang takut akan murka Tuhannya, mereka melaksanakan ibadah kepadaNya baik dengan terang-terangan atau tidak, memenuhi kewajibankewajibannya terhadap Tuhan, dan menjalankan peraturanperaturan agama, tidak mengerjakan suatu perbuatan maksiat yakni tidak menodai dirinya dengan dosa dan tidak menodai jiwanya dengan kemunafikan.

Kepada mereka Tuhan memberikan balasan surga, di dalamnya mereka bersenang-senang. Mereka mendapat apa yang belum pernah mereka lihat, belum pernah mereka dengar, dan belum pernah diterangkan oleh seorang manusia pun.

Semuanya itu sebagai balasan atas perbuatan baik mereka selama hidup di dunia. Mereka menjauhi kemewahan duniawi yang membuat lalai pada ibadah serta bersabar atas cobaan-cobaan yang menimpa mereka dengan harapan agar mendapat rida Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di surga-surga yang sangat luas tak terlukiskan, dan juga dalam kenikmatan yang sangat besar.

Surah Ath-Thur Ayat 18
فَٰكِهِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ وَوَقَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ

Terjemahan: mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.

Tafsir Jalalain: فَٰكِهِينَ (Mereka bersuka ria) artinya, hidup penuh dengan kesenangan بِمَآ (dengan apa) huruf Maa di sini adalah Mashdariyah ءَاتَىٰهُمۡ (yang didatangkan kepada mereka) diberikan kepada mereka رَبُّهُمۡ وَوَقَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ (oleh Rabb mereka; dan Rabb mereka memelihara mereka dari azab neraka) lafal Wawaqaahum di’athafkan kepada lafal Ataahum. Yakni mereka hidup dengan pemberian Rabb mereka dan berada dalam pemeliharaan-Nya. Lalu dikatakan kepada mereka,.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 20-21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: فَٰكِهِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ (“Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka.”) maksudnya mereka bersenang-senang dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka, berbagai macam kenikmatan berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan lain-lain.

وَوَقَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ (“Dan Rabb mereka memelihara mereka dari azab neraka.”) maksudnya Allah Ta’ala telah menyelamatkan mereka dari adzab neraka. Dan itu adalah kenikmatan tersendiri, di samping masuk surga, juga agar mereka merasakan sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan tidak pula terbersit di dalam hati manusia.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini digambarkan bahwa mereka merasakan suka cita dan kebahagiaan yang penuh karena anugerah dan hadiahhadiah yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mereka tidak pernah terganggu oleh segala macam was-was atau dihinggapi oleh perasaan lelah.

Mereka betul-betul berada dalam kesenangan dan kenikmatan serta kelezatan luar biasa, muka mereka berseri-seri, ceria, dan riang gembira. Mereka telah diselamatkan oleh Tuhannya dari azab. Mereka kini merasakan segala kenikmatan dan jauh dari kesengsaraan. Itulah kesenangan yang benar dan nikmat yang abadi.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka menikmati segala yang diberikan Tuhan kepada mereka, dan Tuhan pun akan melindungi mereka dari azab neraka.

Surah Ath-Thur Ayat 19
كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

Terjemahan: (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”,

Tafsir Jalalain: كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا (“Makan dan minumlah dengan enak) lafal Hanii-an menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, artinya dengan nikmat بِمَا كُنتُمۡ (sebagai balasan dari apa) huruf Ba di sini mengandung makna Sababiyah تَعۡمَلُونَ (yang telah kalian kerjakan”).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala selanjutnya: كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (“Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.”) maksudnya, semua itu merupakan karunia dan kebaikan dari-Nya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah membolehkan mereka memakan dan meminum apa yang telah tersedia berupa segala makanan dan minuman yang lezat-lezat. Mereka tidak lagi khawatir akan bahaya yang akan menimpa seperti halnya apa yang mereka saksikan di dunia tentang adanya bahaya makanan dan minuman.

Semua itu sebagai balasan terhadap segala amal baik mereka dan sebagai balasan atas kesungguhan mereka di dunia dalam berbakti kepada Allah swt. Mereka betul-betul merasa nikmat di akhirat itu. Diriwayatkan bahwa Rabi’ bin Hisyam melakukan salat sepanjang malam.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 7-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Lalu seorang bertanya kepadanya mengapa ia melelahkan dirinya seperti itu. Maka jawabannya bahwa ia memerlukan istirahat di akhirat nanti. Dalam ayat yang sama artinya Allah berfirman:

(Kepada mereka dikatakan),”Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (al-hujurat/49: 17)

Perkataan hani’an dalam ayat ini berarti kenikmatan makanan dan minuman dan terhindar dari segala apa yang membahayakan. Orang yang makan di dunia kadang-kadang mendatangkan penyakit dan lain-lain, sehingga ia kurang tenang dan kurang enak makan. Atau ia takut akan segera habisnya makanan itu sehingga ia harus mencarinya lagi. Atau karena habis, lalu kemudian harus memasak lagi hingga matang dan dapat dimakan. Hal-hal seperti ini tidak akan ditemui di surga.

Perkataan “بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ” dalam ayat ini berarti sebagai balasan yang telah kamu perbuat di dunia, hal ini sebagai isyarat bahwa Allah telah memenuhi apa yang telah dijanjikan olehNya di dunia, sebab tidak ada nikmat di dunia yang bisa diperoleh tanpa adanya susah payah dahulu. Berlainan halnya dengan nikmat di akhirat. Nikmat di akhirat sebagai balasan atas iman dan amal saleh di dunia sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya:

Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (al-hujurat/49: 17).

Tafsir Quraish Shihab: Dikatakan kepada mereka, “Makanlah makanan yang lezat dan minumlah minuman yang enak, sebagai balasan atas apa yang kalian lakukan di dunia.”

Surah Ath-Thur Ayat 20
مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ سُرُرٍ مَّصۡفُوفَةٍ وَزَوَّجۡنَٰهُم بِحُورٍ عِينٍ

Terjemahan: mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.

Tafsir Jalalain: مُتَّكِـِٔينَ (Mereka bertelekan) menjadi Hal dari Dhamir yang terkandung di dalam firman-Nya, “Fii jannaatin” عَلَىٰ سُرُرٍ مَّصۡفُوفَةٍ (di atas dipan-dipan berderetan) sebagian dari dipan-dipan itu letaknya berdampingan dengan yang lainnya وَزَوَّجۡنَٰهُم (dan Kami kawinkan mereka) di’athafkan kepada lafal jannaatin, yakni Kami buat mereka senang dan tenang بِحُورٍ عِينٍ (dengan bidadari-bidadari) yang jeli matanya lagi sangat cantik.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ سُرُرٍ مَّصۡفُوفَةٍ (“Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan,”) ats-Tsauri menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: “Dipan-dipan [itu] dalam keadaan tertata rapi.” Dan firman-Nya: مَّصۡفُوفَةٍ (“Berderetan”) yang berarti saling bertatapan wajah antara satu dengan yang lainnya. Dan hal itu sebagaimana firman-Nya: عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ (“mereka duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”)(al-Hijr: 47)

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 13-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman-Nya: وَزَوَّجۡنَٰهُم بِحُورٍ عِينٍ (“Dan kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.”) maksudnya, Kami berikan kepada mereka teman-teman wanita yang shalihah dan pasangan-pasangan cantik berupa bidadari-bidadari yang jelita. Mengenai firman-Nya:

وَزَوَّجۡنَٰهُم (“Dan Kami kawinkan mereka”) Mujahid berkata: “Maksudnya, Kami nikahkan mereka dengan bidadari.” Dan sifat para bidadari tersebut telah diuraikan sebelumnya.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menyebutkan apa yang mereka nikmati misalnya kasur-kasurnya (dipan-dipannya). Mereka duduk di sofa yang berjajar dengan santai tanpa suatu apapun yang membebani hati mereka.

Tidak ada satu masalah pun yang mesti mereka hadapi waktu itu, sebab barang siapa yang duduk, sedangkan ia menghadapi suatu masalah atau di bebani pikiran oleh suatu masalah berarti pikiran dan hatinya tidak tenteram.

Pada ayat ini dipergunakan kata-kata yajlis (duduk) bukan kata-kata yattaki’u (duduk santai). Dengan maksud untuk menjelaskan keadaan duduk seseorang yang diliputi kepuasan dan ketenteraman. Maka keadaan di surga itu menunjukkan suatu keadaan yang tenang, tanpa kesusahan, tanpa beban dan tanpa masalah. Dalam ayat yang sama artinya dikatakan: Duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (al-hijr/15: 47)

Duduk santai sekadar ungkapan sebagai salah satu contoh tentang kebebasan yang sebenarnya di dalam surga sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw:

“Seseorang di dalam surga duduk santai selama 40 (empat puluh) tahun tidak berpindah dan tidak membosankannya, datang kepadanya (tanpa diusahakan) apa-apa yang diingini oleh dirinya dan disenangi oleh matanya.” (Riwayat Ibnu Abi hatim) Kemudian diterangkan bahwa mereka di sana menikmati pasangan-pasangan mereka. Allah telah memberi mereka istri-istri yang cantik yang bermata jeli.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka duduk bertelekan di atas dipan-dipan yang tersusun rapi. Dan mereka Kami kawinkan dengan bidadari-bidadari yang putih dan bermata lebar dan jeli.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ath-Thur Ayat 17-20 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S