Surah Maryam Ayat 54-55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Maryam Ayat 54-55

Pecihitam.org – Kandungan Surah Maryam Ayat 54-55 ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya menceritakan tentang Ismail nenek moyang bangsa Arab yang diangkat Allah menjadi nabi dan rasul agar dapat menjadi contoh teladan bagi mereka pada sifat-sifatnya, kesetiaan dan kejujurannya ketabahan dan kesabarannya dalam menjalankan perintah Tuhannya dan ketaatan serta kepatuhannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Maryam Ayat 54-55

Surah Maryam Ayat 54
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا

Terjemahan: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.

Tafsir Jalalain: وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ (Dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya) sekali-kali ia tidak menjanjikan sesuatu melainkan ia memenuhinya.

Disebutkan bahwa ia pernah menunggu seseorang yang telah berjanji kepadanya, selama tiga hari atau satu tahun, sehingga orang yang berjanji itu datang kepadanya di tempat yang dijanjikan itu, dan ternyata Nabi Ismail masih menunggu di tempat itu وَكَانَ رَسُولًا (dan dia adalah seorang rasul) untuk kabilah Jurhum نَّبِيًّا (dan nabi).

Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan pujian dari Allah kepada Isma’il bin Ibrahim al-Khalil yang menjadi bapak Arab Hijaz seluruhnya, yaitu seseorang yang benar janjinya.

Ibnu Juraij berkata: “Dia tidak akan memberikan janji kepada Rabbnya kecuali pasti akan dilaksanakannya.” Yaitu tidak pernah ia mewajibkan suatu ibadah tertentu dengan nadzar kecuali pasti ia akan menegakkannya dan menunaikan haknya. Ibnu Jarir berkata bahwa Isma’i berjanji dengan seorang laki-laki di suatu tempat, lalu Isma’il datang dan laki-laki itu tampaknyalupa.

Akan tetapi, Isma’il tetap menunggu sampai laki-laki itu datang esok harinya dan berkata: “Engkau belum beranjak dari tempat ini.” Isma’il menjawab: “Tidak akan.” Laki-laki itu berkata: “Aku benar-benar lupa.” Isma’il menjawab: “Aku tidak akan beranjak sampai engkau datang.” Untuk itu: kaana shaadiqal wa’di (“Ia adalah seorang yang jujur janjinya.”)

Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunannya bahwa ‘Abdullah bin Abil Hamsa berkata: “Aku berbai’at kepada Rasulullah sebelum beliau diutus menjadi Nabi. Di kemudian hari, aku berjanji bertemu dengannya di suatu tempat. Akan tetapi pada hari itu aku lupa, begitu juga hari keduanya.

Maka pada hari ketiga, aku menemui beliau dan aku melihat beliau tetap berada di tempat tersebut. Beliau bersabda padaku: “Hai anak muda, engkau menyebabkan aku rindu. Aku menunggumu di sini sejak tiga hari.”

Sebagian ulama berkata: “Isma’il di sebut ‘Seorang yang jujur janjinya,’ adalah karena ia berkata kepada ayahnya: سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (“Niscaya engkau akan mendapatkan aku termasuk orang-orang yang sabar”) lalu ia jujur dalam masalah itu.” Jujur dalam janji adalah merupakan sifat-sifat terpuji. Sebagaimana menyalahi janji yang merupakan sifat tercela.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” (QS. Ash-Shaff: 2)

Rasulullah bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; Jika bicara ia dusta, jika berjanji ia menyalahi, dan jika diberi amanah ia khianat.”

Jika yang disebutkan ini merupakan sifat orang-orang munafik, maka mengupayakan sifat-sifat lawannya merupakan bagian dari sifat-sifat orang mukmin.

Untuk itu, Allah memuji hamba dan Rasul-Nya yaitu Isma’il sebagai orang jujur dalam janji. Demikian pula dengan Rasulullah, beliau adalah seorang yang menepati janji, di mana tidaklah beliau berjanji dengan seseorang kecuali beliau pasti akan menepatinya.

Firman-Nya: وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا (“Beliau adalah seorang Rasul dan Nabi,”) di dalam ayat ini terkandung petunjuk tentang kemuliaan Isma’il dibandingkan saudaranya, yaitu Ishaq. Karena Allah mensifati Ishaq dengan kenabian saja, sedangkan Isma’il disifati-Nya dengan kenabian dan kerasulan.

Di dalam Shahih Muslim dinyatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih Isma’il dari keturunan Ibrahim.” Hal tersebut menunjukkan kebenaran pendapat yang baru saja kami kemukakan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya menceritakan tentang Ismail nenek moyang bangsa Arab yang diangkat Allah menjadi nabi dan rasul agar dapat menjadi contoh teladan bagi mereka pada sifat-sifatnya, kesetiaan dan kejujurannya ketabahan dan kesabarannya dalam menjalankan perintah Tuhannya dan ketaatan serta kepatuhannya.

Salah satu di antara sifat yang sangat menonjol ialah menepati janji. Menepati janji adalah sifat yang dipunyai oleh setiap rasul dan nabi, tetapi sifat ini pada diri Ismail sangat menonjol sehingga Allah menjadikan sifat ini sebagai keistimewaan Ismail.

Di antara janji-janji yang ditepatinya walaupun janji itu membahayakan jiwanya ialah kesediaannya disembelih sebagai kurban untuk melaksanakan perintah Allah kepada ayahnya Ibrahim yang diterimanya dengan perantaraan ar-ruyah ash-shadiqah (mimpi yang benar) yang senilai dengan wahyu.

Tatkala Ibrahim membicarakan dengan Ismail tentang perintah Allah untuk menyembelihnya, Ismail dengan tegas menyatakan bahwa dia bersedia disembelih demi untuk mentaati perintah Allah dan dia akan tabah dan sabar menghadapi maut bagaimana pun pedih dan sakitnya. Hal ini tersebut dalam ayat:

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (ash-shaffat/37: 102)

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 30-32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Itulah janji Ismail kepada bapaknya Ibrahim. Janji itu benar-benar ditepati oleh Ismail dan dia menyerahkan dirinya kepada bapaknya yang telah siap dengan pisau yang tajam untuk menyembelihnya.

Ibrahim pun walau dengan perasaan sangat iba dan kasihan merebahkan Ismail untuk memudahkan penyembelihan dan pisau pun telah ditujukan ke lehernya. Ketika itu Allah memanggil Ibrahim dan mengganti Ismail dengan seekor biri-biri yang besar dan gemuk. Hal ini diceritakan Allah dalam firman-Nya:

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pipi(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.”

Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (ash-shaffat/37: 103-107)

Di samping sifat yang menonjol itu Ismail diangkat Allah menjadi nabi dan rasul kepada kabilah Jurhum yang menetap di Mekah bersama ibunya. Sebagai rasul, Ismail ditugaskan Allah menyampaikan risalah yaitu risalah yang pernah disampaikan oleh ayahnya Nabi Ibrahim kepada kabilah Jurhum itu.

Memang sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai rasul terdapat di kalangan bangsa Arab orang-orang yang menganut paham tauhid dan besar kemungkinan paham tauhid yang dianut mereka adalah paham yang dibawa dan disampaikan oleh Ismail kepada kaumnya.

Surah Maryam Ayat 55
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا

Terjemahan: Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.

Tafsir Jalalain: وَكَانَ يَأْمُرُ (Dan ia menyuruh ahlinya) yakni kaumnya بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (untuk salat dan menunaikan zakat dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Rabbnya) lafal Mardhiyyan asalnya Mardhuwwun, kedua huruf Wawunya diganti menjadi Ya.

Selanjutnya harakat Dhammah Dhadhnya diganti menjadi Kasrah, akhirnya jadi Mardhiyyun, oleh karena kedudukannya menjadi Khabar Kaana maka bacaannya menjadi Mardhiyyan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (“Dan dia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang di ridhai di sisi Rabbnya.”) Ayat inipun menunjukkan pujian yang indah, sifat yang terpuji dan persahabatan yang kokoh, dimana beliau adalah seorang yang sabar dalam ketaatan kepada Rabbnya, serta memerintahkan juga kepada keluarganya,

sebagaimana firman Allah kepada Rasul-Nya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu [agar] mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaahaa: 132)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-Malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6)

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 45-47; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Yaitu perintahkanlah yang ma’ruf kepada mereka dan laranglah yang munkar dari mereka dan jangan membiarkan mereka tanpa pengawasan. Sehingga api neraka akan melahap mereka pada hari Kiamat. Terdapat dalam sebuah hadits bahwa Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:

“Allahmemberi rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun di waktu malam, lalu shalat dan membangunkan isterinya, jika ia enggan, maka laki-laki itu memercikkan air ke wajahnya, dan Allah memberi rahmat kepada seorang wanita yang bangun di waktu malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya, jika ia tidak mau maka isterinya itu memercikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda: “Apabila seseorang bangun di waktu malam dan membangunkan isterinya, lalu keduanya shalat dua raka’at, niscaya keduanya dicatat sebagai laki-laki dan perempuan yang selalu banyak mengingat Allah.” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Majah dengan lafazh ini)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ismail selalu menyuruh keluarganya tetap mengerjakan salat dan menunaikan zakat, karena salat dan zakat itu telah disyariatkan semenjak Nabi Ibrahim. Risalah yang disampaikan oleh Nabi Ismail adalah risalah yang dibawa oleh bapaknya Ibrahim.

Meskipun yang diterangkan di sini hanya mengenai keluarganya tetapi perintah itu mencakup seluruh kaumnya karena rasul itu diutus bukan untuk keluarga semata tetapi diutus untuk semua umatnya.

Nabi Muhammad sendiri pada mulanya hanya disuruh menyampaikan ajaran Islam kepada keluarganya dan kemudian baru diperintahkan mengajak seluruh manusia mengikuti ajaran yang dibawanya. Hal ini terdapat dalam firman Allah:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat,(asy- Syuara/26: 214)

Dan firman-Nya: Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. (thaha/20: 132)

Kemudian Allah menerangkan bahwa Ismail itu adalah orang yang diridai Allah karena dia tidak pernah lalai menaati perintah Tuhannya, dan selalu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Maryam ayat 54-55 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S