Masih Ingat Zaid yang Memukuli Amr? Begini Nasibnya Sekarang

zaid dan amr

Pecihitam.org – Pengkaji bahasa Arab khususnya gramatika Arab (ilmu nahwu), pasti tak asing dengan dua tokoh yang sering disebut-sebut namanya ketika sedang belajar nahwu entah itu dalam kitab Jurumiyah, Imriti, maupun Alfiyah Ibnu Malik. Siapa lagi kalau bukan Zaid dan Amr, tak ubahnya artis yang namanya sering berseliweran dalam kitab-kitab nahwu, nama keduanya mungkin masih sangat akrab di telinga para santri hingga kini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam kitab al-Nadzaraat karya Mustafa Lutfi al-Manfaluti ada sebuah narasi cerita tentang kedua tokoh ini (Zaid dan Amr). Kisah ini ada di Juz pertama kitab al-Nadzaraat, tepatnya ada pada kisah ketujuh jika diurutkan dari kisah paling akhir. Atau berada pada urutan kisah ke-44 jika diurutkan dari kisah paling awal kitab al-Nadzaraat, kisahnya kira-kira seperti ini;

Alkisah, Daud Pasha (salah seorang gubernur Daulah Usmaniyah) ingin sekali belajar bahasa Arab. Kemudian Daud Pasha mendatangkan salah seorang ulama untuk mengajarinya bahasa Arab. Suatu hari di tengah proses belajar, Daud Pasha bertanya kepada ulama tersebut.

“Wahai guruku yang mulia, apa gerangan kesalahan Amr sehingga si Zaid selalu memukulinya setiap hari”
“Apakah Amr mempunyai kedudukan lebih rendah daripada Zaid, sehingga Zaid bebas memukulnya, menyiksanya sepanjang hari, seolah-olah Amr tidak bisa membela dirinya sendiri sedikitpun?” tanya Daud Pasha kepada gurunya sambil menghentakkan kakinya ke tanah dengan nada tinggi.

Baca Juga:  Kisah Nabi Muhammad Jatuh Cinta Dan Patah Hati Saat Cinta Pertama

Mendapati Daud Pasha yang bertanya dengan nada tinggi, sang guru pun akhirnya mengutarakan argumennya, “Tidak ada yang dipukul dan tidak ada yang memukul wahai Daud Pasha. Ini hanya tentang permisalan saja yang dibuat para ulama nahwu untuk memudahkan belajar ilmu bahasa Arab tersebut” jawab sang guru dengan santai namun berusaha menjelaskan.

Mendengar jawaban sang guru, Daud Pasha merasa kurang puas akan jawaban sederhana yang telah diutarakan gurunya. Oleh karena itu, Daud Pasha marah lalu ia memenjarakan gurunya tadi.

Kemudian Daud Pasha kembali menyuruh orang untuk mencari ulama nahwu yang lain. Pertanyaan yang sama diajukan kepada mereka, namun sayang kesemuanya menjawab dengan jawaban yang sama, persis seperti ulama yang pertama. Daud Pasha kembali tidak puas, nasib ulama yang mengajarnya pun berujung bui.

Satu per satu ulama negeri itu tidak bisa memuaskan Daud Pasha dengan jawabannya. Walhasil, penuh lah penjara dengan ulama nahwu dan sunyilah madrasah-madrasah dari para pengajar dikarenakan para ulamanya dipenjarakan oleh Daud Pasha. Kejadian ini tak pelak menjadi perbincangan di seantero negeri dan semua aparatur kerajaan berusaha mencari jalan keluarnya.

Baca Juga:  Karomah Kyai Kholil, Sebab KH Hasyim Asyari Ngaji 120 Tahun

Sang gubernur kembali mencari guru dengan mengutus utusan untuk menjemput para ulama ahli bahasa Arab dari Baghdad. Sang utusan berhasil menghadirkan ulama dari Baghdad di hadapan Daud Pasha.

Beliau adalah pimpinan ulama yang paling alim dari para ulama yang ada di Baghdad. Bahkan dikatakan, ulama ini telah mengetahui apa maksud Daud Pasha memanggil dirinya. Sang ulama dengan berani dan percaya diri maju ke depan dan berkenan menjawab pertanyaan Daud Pasha tersebut.

“Apa kesalahan Amr sehingga ia selalu dipukuli oleh Zaid ?” tanya Gubernur Daud Pasha penasaran.

“Kesalahan Amr hanya satu, ia telah mencuri huruf wawu (و) yg seharusnya itu milik anda wahai gubernur. Huruf wawu (و) yang saharusnya ada dua pada kata Daud (داود) ternyata hanya ada satu, sebab itulah para ulama nahwu menugaskan si Zaid untuk selalu memukul Amr, sebagai hukuman atas perbuatannya itu.” Jawab pimpinan ulama itu dengan tegas, sambil mengisyaratkan adanya huruf wawu (و) di kalimat Amr setelah huruf ro’ (عمرو).

Mendengar jawaban dari ulama tersebut, gubernur Daud Pasha merasa sangat puas dan memuji pimpinan ulama dari baghdad tersebut. Kepuasan hati sang gubernur membuatnya ingin memberikan hadiah. Daud Pasha menawarkan hadiah apa saja yang ulama tersebut inginkan. Permintaan ulama dari baghdad tersebut sederhana.

Baca Juga:  Ketika Seorang Ahli Ibadah Dikalahkan Oleh Iblis

“Aku hanya ingin agar para ulama yang anda tawan dalam penjara dibebaskan semuanya” kata sang ulama.

Maka gubernur Daud Pasha mengabulkan permintaannya. Akhirnya para ulama itu bebas dari penjara. Ulama dari Baghdad tadi diberi hadiah sekaligus diberi ongkos perjalanan dan diantar kembali ke daerahnya.

Namun Mustafa Lutfi al-Manfaluti sendiri memberikan kritikan menarik pada kisah ini. Kritiknya seperti ini; Keputusan Daud Pasha membebaskan para ulama nahwu memang baik. Tapi alangkah lebih baik jika sebelum Daud Pasha membebaskan para ulama nahwu tadi, ia membuat sebuah tantangan agar para ulama nahwu tadi membuat contoh baru jangan hanya Zaid dan Amr saja, kan umat dan para santri bosen.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *