Pendapat Para Sahabat, Imam Madzhab dan Para Ulama Atas Aqidah Mujassimah Wahabi (Bag II)

Pendapat Para Sahabat, Imam Madzhab dan Para Ulama Atas Aqidah Mujassimah Wahabi

Pecihitam.org – Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Qadhi Husein tentang masalah Aqidah Mujassimah wahabi ini dari Imam Asy-Syafi’i, beliau berkata:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

اَلْمُجَسِّمُ كَافِرٌ ذَكَرَهُ السُّيُوْطِيُ فِيْ (الأَشْبَاهِ وَالنَّظَائِرِ) ص/ 488 وَالْوَهَابِيَّةِ مُجَسِّمَةٌ فَالشَّافِعِيُ كَفَرَهُمْ.

Artinya: Orang (berakidah) mujassimah (/Musyabihah) adalah kafir. Telah menyebutkan pendapat ini oleh Imam As-Suyuthi dalam kitab Asybah wa Annazair hal. 488. Orang-orang wahabi adalah orang Mujassimah (meyakini Allah Berjisim/beranggota tubuh layak makhluk) maka Imam Syafi’i RA mengkafirkan mereka.

Berkata Imam Abu Hanifah RA[1] dalam kitab washiyah:

مَنْ قَالَ بِحُدُوْثِ صِفَةِ مِنْ صِفَاتِ اللهِ أَوْشَكَّ أَوْ تَوَقَّفَ كَفَرَ

Artinya:” Siapa saja yang mengatakan baharu satu sifat dari segala sifat Allah SWT atau seseorang ragu (apakah baharu atau tidak) atau tawaqquf (tidak berpendapat/ condong kemanapun apakah baharu atau qadim) maka dia telah kafir.

Berkata Imam Malik RA pada pendapat yang diriwatkan oleh Al-Hafizd Al-Mujtahid Abu Bakar ibnu Munzir dari Imam Malik:

أَرَى فِيْ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ أَنْ يُعْرَضُوْا عَلَى السَّيْفِ فَإِنْ رَدْعُوْا وَإِلَّا ضُرِبَتْ أَعْنَاقُهُمْ. وَأَهْلُ الْأَهْوَاءِ كَالْمُجَسِّمَةِ الْمُشَبِّهَةِ وَالْمُعْتَزِلَةِ وَالْجَهْمِيَّةِ.

Artinya: “Pendapat saya tentang Ahlul Ahwa’ adalah diancam dengan pedang sampai mereka kembali (taubat) dan apabila tidak maka dipenggal lehernya”. Ahlul Ahwa’ seperti mujassimah musyabihah, mu’tazilah dan jahmiyah.

Baca Juga:  Peranan Mr. Hempher Terhadap Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (Bag 8)

Berkata Imam Ahmad Ibnu Hambali RA:

مَنْ قَالَ اللهُ جِسْمٌ لَا كَالْأَجْسَامِ كَفَرَ

Artinya:” Siapa saja yang mengatakan Allah itu berjisim (berbentuk) yang tidak seperti jisim (makhluk) maka ia telah kafir”.

Berkata Imam Abu Hasan Al-Asy’Ary RA.

مَنِ اعْتَقَدَ أَنَّ اللهَ جِسْمٌ فَهُوَ غَيْرُ عَارِفِ بِرَبَّهِ وَإِنَّهُ كَافِرٌ بِهِ

Artinya: “Barang siapa yang mengi’tiqadkan (meyakini) bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah Jisim (berbentuk) maka dia tidak mengenal Tuhannya dan dia telah kafir dengan-Nya”.

Berkata Imam Ath-Thahawi RA: 

وَمَنْ وَصَفَ اللهَ بِمَعْنَى مِنْ مَعَانِيْ البَشَرِ فَقَدْ كَفَرَ

Artinya: “Barang siapa mensifatkan Allah SWT dengan satu sifat dari segala sifat manusia (misal: duduk di atas ‘Arsy) maka sungguh ia telah kafir.

وَفِيْ كِتَابِ الْفَتَاوَى الْهِنْدِيَّةِ مِنْ مَشَاهِيْرِ كُتُبِ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ: وَيَكْفُرُ بِإِثْبَاتِ الْمَكَانِ لِلّهِ.

Artinya: “dan pada kitab fatwa Al-Hindiyah salah satu kitab terkenal dalam mazhab hanafi Berkata Imam Ath-Thahawi RA: Dan akan menjadi kafir dengan menetapkan tempat bagi Allah SWT.”

Berkata Imam Badruddin ibnu Balban Al-Damsyiqi Al-Hambali dalam kitab مختصر الإفادات (w. 10843 H) hal. 489:

Baca Juga:  Pendapat Para Sahabat, Imam Madzhab dan Para Ulama Atas Aqidah Mujassimah Wahabi (Bag III)

فَمَنِ اعْتَقَدَ أَوْ قَالَ إِنَّ اللهَ بِذَاتِهِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ أَوْ فِيْ مَكَانٍ فَكَافِرٌ

Artinya: “Maka barang siapa meyakini bahwa Allah SWT dengan Zat-Nya berada pada setiap tempat atau pada tempat tertentu maka ia kafir”.

Dan menukilkan oleh Al-Hafizd An-Nawawi dari Imam Jamaluddin Al-Mutawally  Asy-Syafi’ie yang merupakan ashabul wujuh[2] Berkata:

أَنَّ مَنْ وَصَفَ اللهَ بِالْإِتِّصَالِ وَالْإِنْفِصَالَ كَانَ كَافِرًا. اُنْظُرْ كِتَابَ (رَوْضَةَ الطَّلِبِيْنَ) المَجَلِدِ العَاشِرِ صَحِيْفَةَ 64.

Artinya: “Bahwa seseorang yang mensifati Allah SWT dengan Ittishal (menyatu) dan infishal (berpisah) maka ia kafir.” Lihat kitab رَوْضَةَ الطَّلِبِيْنَ karangan Imam Nawawi Jilid 10 halaman 64[3].

Berkata Al-Faqih al-Hanafi Mulla Ali Al-Qari dalam kitab Syarah al-Misykat mengutip bahwa:

وَنَقَلَ الْفَقِيْهُ الْحَنَفَيُ مُلاَّ عَلِيُ القَارِيُ فِيْ كِتَابِهِ (شَرْحِ الْمِشْكَاةِ) فِيْ الجُزْءِ الثَالِثِ صَفْحَةَ 300 قَالَ: جَمَعَ السَّلَفُ وَالْخَلَفُ إِنَّ مُعْتَقِدَ الْجِهَةِ (أَيْ فِيْ حَّقِ اللهِ) كَافِرٌ كَمَا صَرَحَ بِهِ العِرَقِيُّ وَقَالَ: إِنَّهُ قَوْلٌ أَبِي حَنِيْفَةَ وَمَالِكِ وَالشَّافِعِيْ وَالْأَشْعَرِيِ وِالبَاقَلَانِيِ.

Artinya:”…mayoritas ulama salaf dan khalaf mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang meyakini arah (arah yang 6) pada Allah SWT adalah kafir. Sebagaimana yang di tegaskan oleh al-I’raqi dan beliau mengatakan bahwa pendapat ini adalah pendapat imam Abi Hanifah, Malik, al-Syafi’ie dan Baqillani”.

Baca Juga:  Ketika Virus Mujassimah Melanda Pengikut Madzhab Hanbali

[1] Nama lengkap beliau adalah, Abu Hanifah An-Nuaim ibn Tsabit. Dilahirkan pada tahun 80 H. Beliau adalah seorang mujtahid muthlak yang sangat kuat hujjahnya. Pada masanya, beliau adalah pedang sunnah yang terhunus pada leher kelompok mu’tazilah. Beliau dikenal dengan ahli ilmu kalam sekaligus ahli fiqh. Beliau ber-‘aqidah tanzih (mensucikan Allah SWT dari serupa dengan makhluk). Bahkan beliau memiliki 5 kitan yang ditulis khusus menjelaskan ilmu ‘aqidah yaitu: Ar-risalah,  Al-Fiqhu Al-Akbar, Al-Fiqhu Al-Absath, Al-Washiyyah, Al-Alim wa Al-Muta’allim. Wafat pada tahun 150 H, tahun kelahiran Imam Syafi’ie, sehingga dikatakan :” Seorang bulan telah wafat dan telah lahir bulan yang lain”.

[2] Tingkatan seorang alim yang berada satu tingkat dibawah seorang mujtahid.

[3] Imam Nawawi, Raudhatut Thalibin, (Beirut: Dar al Fikr), Juz 10, hal. 64.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *