Surah Al-Waqiah Ayat 41-56; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Waqiah Ayat 41-56

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Waqiah Ayat 41-56 ini, Allah swt menjelaskan apa sebabnya mereka golongan kiri itu menerima siksa yang sedemikian pedihnya. Allah menegaskan bahwa buah pohon zaqqum dan minuman air yang sangat panas itu adalah hidangan pertama yang disediakan untuk golongan kiri tersebut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Waqiah Ayat 41-56

Surah Al-Waqiah Ayat 41
وَأَصۡحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلشِّمَالِ

Terjemahan: “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?

Tafsir Jalalain: وَأَصۡحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلشِّمَالِ (Dan golongan kiri, alangkah celakanya golongan kiri itu).

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah menceritakan tentang keadaan golongan kanan, Allah swt. lanjutkan dengan menjelaskan keadaan golongan kiri, dengan firman-Nya: وَأَصۡحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلشِّمَالِ (“dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?”) maksudnya siapakah orang-orang yang disebut sebagai golongan kiri itu?

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini Allah menyebut ashabusy-syimal, kemudian diulang kata-kata itu dalam bentuk pertanyaan dengan maksud mencela. Kemudian diterangkan azab yang akan menimpa mereka yaitu: 1. Angin panas yang bertiup dengan membawa udara yang sangat panas dan menyengat seluruh tubuh.

Mereka lari mencari naungan dari asap jahanam. 2. Air yang disediakan untuk minuman mereka bukan air yang sejuk, tetapi air mendidih yang panasnya tidak terhingga. 3. Awan yang ada di atas mereka berupa gumpalan awan, dari asap api neraka yang sangat hitam yang tidak menyejukkan dan tidak menyenangkan. Hal itu sesuai dengan firman Allah: (Akan dikatakan),

“Pergilah kamu mendapatkan apa (azab) yang dahulu kamu dustakan. Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning.

Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran). (alMursalat/77: 29-34) Angin samum yang panas luar biasa dan awan hitam yang juga menambah suasana panas yang sangat luar biasa itulah yang menyebabkan mereka merasa haus dan dahaga yang tidak ada bandingannya dan yang sudah tidak tertahankan lagi, yang memaksa mereka untuk minum sebanyak-banyaknya walaupun air yang diminum itu adalah air yang panas dan mendidih bagaikan lumeran timah dan tembaga. Dengan demikian, semakin bertubi-tubilah penderitaan siksa dan azab yang mereka rasakan.

Tafsir Quraish Shihab: Tentang golongan kiri, tidak ada seorang pun yang tahu azab bagi golongan kiri.

Surah Al-Waqiah Ayat 42
فِى سَمُومٍ وَحَمِيمٍ

Terjemahan: “Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,

Tafsir Jalalain: فِى سَمُومٍ (Dalam angin yang amat panas) yaitu angin panas dari neraka, panas angin itu dapat menembus sampai ke pori-pori وَحَمِيمٍ (dan air panas yang mendidih) yang panasnya tak terperikan.

Tafsir Ibnu Katsir: Lebih lanjut Dia menafsirkan hal itu dengan firman-Nya: فِى سَمُوم (“Dalam angin yang sangat panas”) maksudnya udara yang sangat panas membara. وَحَمِيمٍ (“dan air yang mendidih”) yakni air yang sangat panas.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini Allah menyebut ashabusy-syimal, kemudian diulang kata-kata itu dalam bentuk pertanyaan dengan maksud mencela. Kemudian diterangkan azab yang akan menimpa mereka yaitu: 1. Angin panas yang bertiup dengan membawa udara yang sangat panas dan menyengat seluruh tubuh. Mereka lari mencari naungan dari asap jahanam.

2. Air yang disediakan untuk minuman mereka bukan air yang sejuk, tetapi air mendidih yang panasnya tidak terhingga. 3. Awan yang ada di atas mereka berupa gumpalan awan, dari asap api neraka yang sangat hitam yang tidak menyejukkan dan tidak menyenangkan. Hal itu sesuai dengan firman Allah:

(Akan dikatakan), “Pergilah kamu mendapatkan apa (azab) yang dahulu kamu dustakan. Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran). (alMursalat/77: 29-34)

Angin samum yang panas luar biasa dan awan hitam yang juga menambah suasana panas yang sangat luar biasa itulah yang menyebabkan mereka merasa haus dan dahaga yang tidak ada bandingannya dan yang sudah tidak tertahankan lagi, yang memaksa mereka untuk minum sebanyak-banyaknya walaupun air yang diminum itu adalah air yang panas dan mendidih bagaikan lumeran timah dan tembaga. Dengan demikian, semakin bertubi-tubilah penderitaan siksa dan azab yang mereka rasakan.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka dalam siksaan angin panas yang menembus pori-pori dan mengelilingi mereka. Air yang panas mendidih diminumkan kepada mereka dan dituangkan ke kepala. Mereka berada di bawah naungan asap panas yang hitam, tidak sejuk sehingga dapat meringankan panasnya udara dan tidak menyenangkan bila mereka menghirupnya.

Surah Al-Waqiah Ayat 43
وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ

Terjemahan:”dan dalam naungan asap yang hitam.

Tafsir Jalalain: وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (Dan dalam naungan asap yang hitam) mereka diliputi oleh asap yang sangat hitam.

Tafsir Ibnu Katsir: وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (“dan dalam naungan asap yang hitam”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yakni berada di bawah naungan asap.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Abu Shalih, Qatadah, as-Suddi, dan lain-lain.

Oleh karena itu disini Allah berfirman: وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (“Dan dalam naungan asap yang hitam”) yakni asap hitam. Laa baaridiw walaa kariim (“Tidak sejuk dan tidak menyenangkan”) maksudnya bukan tiupan yang baik dan bukan pula pemandangan yang indah.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini Allah menyebut ashabusy-syimal, kemudian diulang kata-kata itu dalam bentuk pertanyaan dengan maksud mencela. Kemudian diterangkan azab yang akan menimpa mereka yaitu: 1. Angin panas yang bertiup dengan membawa udara yang sangat panas dan menyengat seluruh tubuh. Mereka lari mencari naungan dari asap jahanam.

2. Air yang disediakan untuk minuman mereka bukan air yang sejuk, tetapi air mendidih yang panasnya tidak terhingga. 3. Awan yang ada di atas mereka berupa gumpalan awan, dari asap api neraka yang sangat hitam yang tidak menyejukkan dan tidak menyenangkan. Hal itu sesuai dengan firman Allah:

(Akan dikatakan), “Pergilah kamu mendapatkan apa (azab) yang dahulu kamu dustakan. Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran). (alMursalat/77: 29-34)

Angin samum yang panas luar biasa dan awan hitam yang juga menambah suasana panas yang sangat luar biasa itulah yang menyebabkan mereka merasa haus dan dahaga yang tidak ada bandingannya dan yang sudah tidak tertahankan lagi, yang memaksa mereka untuk minum sebanyak-banyaknya walaupun air yang diminum itu adalah air yang panas dan mendidih bagaikan lumeran timah dan tembaga. Dengan demikian, semakin bertubi-tubilah penderitaan siksa dan azab yang mereka rasakan.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka dalam siksaan angin panas yang menembus pori-pori dan mengelilingi mereka. Air yang panas mendidih diminumkan kepada mereka dan dituangkan ke kepala. Mereka berada di bawah naungan asap panas yang hitam, tidak sejuk sehingga dapat meringankan panasnya udara dan tidak menyenangkan bila mereka menghirupnya.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 90-92; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Surah Al-Waqiah Ayat 44
لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ

Terjemahan: “Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

Tafsir Jalalain: لَا بَارِدٍ (Tidak sejuk) tidak sebagaimana naungan yang biasanya وَلَا كَرِيمٍ (dan tidak menyenangkan) tidak baik pemandangannya.

Tafsir Ibnu Katsir: لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيم (“Tidak sejuk dan tidak menyenangkan”) maksudnya bukan tiupan yang baik dan bukan pula pemandangan yang indah. Sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hasan dan Qatadah: wa laa kariim (“dan tidak menyenangkan”) yakni bukan suatu pemandangan yang menyenangkan. adh-Dhahhak mengatakan: “Setiap minuman yang tidak tawar dan tidak pula menyegarkan.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini Allah menyebut ashabusy-syimal, kemudian diulang kata-kata itu dalam bentuk pertanyaan dengan maksud mencela. Kemudian diterangkan azab yang akan menimpa mereka yaitu: 1. Angin panas yang bertiup dengan membawa udara yang sangat panas dan menyengat seluruh tubuh. Mereka lari mencari naungan dari asap jahanam.

2. Air yang disediakan untuk minuman mereka bukan air yang sejuk, tetapi air mendidih yang panasnya tidak terhingga. 3. Awan yang ada di atas mereka berupa gumpalan awan, dari asap api neraka yang sangat hitam yang tidak menyejukkan dan tidak menyenangkan.

Hal itu sesuai dengan firman Allah: (Akan dikatakan), “Pergilah kamu mendapatkan apa (azab) yang dahulu kamu dustakan. Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran). (alMursalat/77: 29-34)

Angin samum yang panas luar biasa dan awan hitam yang juga menambah suasana panas yang sangat luar biasa itulah yang menyebabkan mereka merasa haus dan dahaga yang tidak ada bandingannya dan yang sudah tidak tertahankan lagi, yang memaksa mereka untuk minum sebanyak-banyaknya walaupun air yang diminum itu adalah air yang panas dan mendidih bagaikan lumeran timah dan tembaga. Dengan demikian, semakin bertubi-tubilah penderitaan siksa dan azab yang mereka rasakan.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka dalam siksaan angin panas yang menembus pori-pori dan mengelilingi mereka. Air yang panas mendidih diminumkan kepada mereka dan dituangkan ke kepala. Mereka berada di bawah naungan asap panas yang hitam, tidak sejuk sehingga dapat meringankan panasnya udara dan tidak menyenangkan bila mereka menghirupnya.

Surah Al-Waqiah Ayat 45
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.

Tafsir Jalalain: إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ (Sesungguhnya mereka sebelum itu) yakni sewaktu-waktu berada di dunia مُتْرَفِينَ (hidup bermewah-mewah) mereka selalu hidup bersenang-senang dan tidak mau melelahkan diri mereka dalam ketaatan.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah itu Allah menyebutkan kelayakan mereka mendapatkan hal tersebut, sehingga Dia berfirman: إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ (“Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup dalam mewah-mewh”) maksudnya dulu ketika mereka di dunia, mereka senantiasa bersenang-senang dan mencari kelezatan diri sendiri dengan tidak mempedulikan apa yang dibawa oleh para Rasul.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan apa sebabnya mereka golongan kiri itu menerima siksa yang sedemikian pedihnya. Dahulu, sewaktu mereka hidup di dunia semestinya mereka wajib beriman kepada Allah dengan menjalankan pelbagai amal saleh serta menjauhkan larangan Tuhannya, tetapi yang mereka jalankan adalah sebaliknya, yaitu: a. Mereka hidup bermewah-mewah. b. Mereka tidak berhenti-hentinya mengerjakan dosa besar. c. Mereka mengingkari adanya hari kebangkitan.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya, dahulu, sebelum mendapatkan azab ini, mereka hidup berlebih-lebihan dalam menikmati kenikmatan dunia serta tidak taat kepada Allah.

Surah Al-Waqiah Ayat 46
وَكَانُواْ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلۡحِنثِ ٱلۡعَظِيمِ

Terjemahan: “Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.

Tafsir Jalalain: وَكَانُواْ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلۡحِنثِ (Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa) melakukan perbuatan dosa ٱلۡعَظِيمِ (yang besar) yaitu perbuatan menyekutukan Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: وَكَانُواْ يُصِرُّونَ (“dan mereka terus menerus”) yakni mereka senantiasa tidak berniat sedikitpun untuk bertaubat. عَلَى ٱلۡحِنثِ ٱلۡعَظِيمِ (“Mengerjakan dosa yang besar”) yakni kufur kepada Allah, menjadikan berhala dan para sekutu sebagai ilah selain Allah.

Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yang dimaksud dengan al hintsil ‘adhiim adalah kemusyrikan.” Demikian pula yang dikemukakan oleh Mujahid, ‘Ikrimah, adh-Dhahhak, Qatadah, as-Suddi dan lain-lain. Sedangkan asy-Sya’bi mengemukakan:”Hal itu berarti sumpah palsu.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, secara terperinci diterangkan bahwa mereka golongan kanan, yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya adalah penghuni surga yang akan bersenangsenang dan bergembira dalam taman surga yang di antara pohonpohonnya terdapat pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya.

Mereka bersuka-ria di bawah naungan berbagai macam pohon yang rindang, di mana tercurah air yang mengalir dan pohon-pohon yang lain dengan buahnya yang lezat serta berbuah sepanjang masa tanpa mengenal musim, dengan kelezatan cita rasanya dan pohon-pohon bunga yang wangi lagi semerbak harum baunya yang dapat menikmatinya kapan dan di mana pun mereka berada, tanpa ada yang melarang akan apa yang dikehendakinya.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.

Surah Al-Waqiah Ayat 33
لَّا مَقۡطُوعَةٍ وَلَا مَمۡنُوعَةٍ

Terjemahan: “yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.

Tafsir Jalalain: (Yang tidak berhenti) buahnya. karena musim-musiman (dan tidak terlarang mengambilnya) artinya, ia boleh diambil tanpa harus membayarnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: laa maqthuu’atiw walaa mamnuu’atin (“Yang tidak berhenti [buahnya] dan tidak terlarang mengambilnya.”) maksudnya tidak akan berhenti karena datang musim dingin dan musim panas, bahkan tersedia untuk dimakan sepanjang masa. Kapanpun mereka inginkan, maka mereka akan mendapatkannya.

Tidak ada sesuatu pun yang menahan mereka dari ketentuan yang telah digariskan oleh Allah bagi mereka. Qatadah mengemukakan: “Tidak ada yang menghalangi mereka untuk mengambilnya, baik itu pagar maupun dari duri dan tidak juga jarak yang jauh. Dan telah dikemukakan dalam hadits, jika seseorang mengambil buah, maka tempatnya akan diganti oleh buah yang lain.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, secara terperinci diterangkan bahwa mereka golongan kanan, yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya adalah penghuni surga yang akan bersenangsenang dan bergembira dalam taman surga yang di antara pohonpohonnya terdapat pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya.

Mereka bersuka-ria di bawah naungan berbagai macam pohon yang rindang, di mana tercurah air yang mengalir dan pohon-pohon yang lain dengan buahnya yang lezat serta berbuah sepanjang masa tanpa mengenal musim, dengan kelezatan cita rasanya dan pohon-pohon bunga yang wangi lagi semerbak harum baunya yang dapat menikmatinya kapan dan di mana pun mereka berada, tanpa ada yang melarang akan apa yang dikehendakinya.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka terus menerus melakukan dosa besar. Mereka bersumpah kepada Allah dengan sebenar- benarnya bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.

Surah Al-Waqiah Ayat 47
وَكَانُواْ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ

Baca Juga:  Surah Al-Waqiah Ayat 83-87; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemehan: Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?

Tafsir Jalalain: وَكَانُواْ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ (Dan mereka selalu mengatakan, “Apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?) kedua huruf Hamzah pada dua tempat dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil.

Tafsir Ibnu Katsir: وَكَانُواْ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ (“Dan mereka selalu mengatakan: ‘Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? apakah bapak-bapak kami yang terdahulu [dibangkitkan pula]?’”) maksudnya, mereka mengucapkan itu dengan maksud untuk mendustakan dan menggap mustahil akan kejadiannya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan apa sebabnya mereka golongan kiri itu menerima siksa yang sedemikian pedihnya. Dahulu, sewaktu mereka hidup di dunia semestinya mereka wajib beriman kepada Allah dengan menjalankan pelbagai amal saleh serta menjauhkan larangan Tuhannya, tetapi yang mereka jalankan adalah sebaliknya, yaitu: a. Mereka hidup bermewah-mewah. b. Mereka tidak berhenti-hentinya mengerjakan dosa besar. c. Mereka mengingkari adanya hari kebangkitan.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan mengingkari kebangkitan, mereka berkata, “Apakah, apabila kami mati dan sebagian badan kami menjadi tanah dan sebagian yang lainya menjadi tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?

Surah Al-Waqiah Ayat 48
أَوَءَابَآؤُنَا ٱلۡأَوَّلُونَ

Terjemahan: apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?”

Tafsir Jalalain: أَوَءَابَآؤُنَا ٱلۡأَوَّلُونَ (Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu dibangkitkan pula?”) lafal Awa huruf Wawunya dibaca Fat-hah, sedangkan huruf Hamzahnya menunjukkan kata tanya, Hamzah atau kata tanya pada ayat ini dan pada ayat sebelumnya mengandung arti Istib’ad, artinya jauh dari kemungkinan; ini berdasarkan keyakinan mereka yang tidak mempercayainya. Tetapi menurut suatu qiraat huruf Wawu dibaca Sukun sehingga bacaannya menjadi Au karena di’athafkan kepada Inna dan Isimnya secara Mahall.

Tafsir Ibnu Katsir: أَوَءَابَآؤُنَا ٱلۡأَوَّلُونَ (Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu dibangkitkan pula?”)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, lebih diperinci kesenangan dan kegembiraan yang dinikmati oleh para penghuni surga tersebut ialah bahwa mereka akan duduk di atas kasur tebal berlapis-lapis, empuk dan halus yang isinya terbuat dari sutra, di atas ranjang kencana yang bertahtakan emas dan permata, dengan diciptakan pasangannya ialah bidadari-bidadari yang cantik jelita dan suci tak pernah haid dan hamil selama-lamanya, yang selalu dalam keadaan perawan sepanjang masa;

Bidadari-bidadari yang cantik jelita dan lemah gemulai itu berpakaian serba sutra yang halus dan sangat menarik, dengan hiasan gelang, kalung, dan anting-anting yang menambah kecantikannya yang asli, ditambah lagi dengan semerbak harum wanginya yang sangat menggiurkan.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah kami dan nenek moyang kami terdahulu yang telah mati dan telah menjadi tanah yang berserakan di bumi akan dibangkitkan?”

Surah Al-Waqiah Ayat 49
قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ

Terjemahan: Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,

Tafsir Jalalain: قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ (Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,)..

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: qul innal awwaliina wal aakhiriina ( Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,

Tafsir Kemenag: Berhubungan dengan ejekan dan cemoohan mereka itu, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya memberikan jawaban yang tegas dan tandas, bahwa sesungguhnya nenek-moyang mereka yang mereka anggap mustahil dapat dibangkitkan dan anak cucu mereka kemudian yang mereka anggap tidak akan dibangkitkan, pasti benar semuanya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar pada hari yang sudah ditentukan.

Tidak ragu lagi bahwa berkumpulnya umat yang tidak terkira banyaknya itu lebih menakjubkan lagi daripada kebangkitan itu sendiri. Dalam ayat yang sama maksudnya Allah berfirman: Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru). (anNazi’at/79: 13-14).

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah, sebagai jawaban atas keingkaran mereka, “Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, termasuk kalian, akan dikumpulkan pada waktu dan hari yang telah ditentukan dan tidak dilampaui oleh seorang pun dari mereka.

Surah Al-Waqiah Ayat 50
لَمَجۡمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوۡمٍ مَّعۡلُومٍ

Terjemahan: “benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.

Tafsir Jalalain: لَمَجۡمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ (benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu) atau waktu yang tertentu يَوۡمٍ مَّعۡلُوم (pada hari yang dikenal) yaitu pada hari kiamat.

Tafsir Ibnu Katsir: لَمَجۡمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوۡمٍ مَّعۡلُومٍ (“Benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu dan orang-orang yang kemudian. Benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.’”) maksudnya hari itu sudah ditentukan dan dipastikan, tidak akan maju atau mundur, dan tidak akan bertambah atau berkurang.

Tafsir Kemenag: Berhubungan dengan ejekan dan cemoohan mereka itu, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya memberikan jawaban yang tegas dan tandas, bahwa sesungguhnya nenek-moyang mereka yang mereka anggap mustahil dapat dibangkitkan dan anak cucu mereka kemudian yang mereka anggap tidak akan dibangkitkan, pasti benar semuanya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar pada hari yang sudah ditentukan.

Tidak ragu lagi bahwa berkumpulnya umat yang tidak terkira banyaknya itu lebih menakjubkan lagi daripada kebangkitan itu sendiri. Dalam ayat yang sama maksudnya Allah berfirman: Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru). (anNazi’at/79: 13-14).

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah, sebagai jawaban atas keingkaran mereka, “Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, termasuk kalian, akan dikumpulkan pada waktu dan hari yang telah ditentukan dan tidak dilampaui oleh seorang pun dari mereka.

Surah Al-Waqiah Ayat 51
ثُمَّ إِنَّكُمۡ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلۡمُكَذِّبُونَ

Terjemahan: Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ إِنَّكُمۡ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلۡمُكَذِّبُونَ (Kemudian sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan!).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ إِنَّكُمۡ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلۡمُكَذِّبُونَ (“Kemudian sungguh kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya.”) yakni mereka semua akan ditangkap dan dilemparkan sampai mereka makan pohon zaqqum sehingga perut mereka dipenuhi dengan pohon tersebut.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka yang sesat, yang senantiasa mengerjakan dosa besar dengan mendustakan para rasul dan mengingkari hari kebangkitan dan hari pembalasan, bahwa mereka benar-benar akan memakan buah pohon zaqqum, dan karena perasaan lapar yang tak terhingga, bukan satu dua buah zaqqum yang dimakannya, melainkan mereka memakan sepenuh perutnya; dan karena perasaan haus dan dahaga yang tidak tertahankan lagi, maka mereka kembali minum air yang sangat panas bagaikan cairan timah dan tembaga yang mendidih, namun mereka tetap minum terus bagaikan minumnya unta yang sangat haus dan sangat dahaga.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran dan mendustakan hari kebangkitan, akan memakan buah dari pohon zaqqum. Kalian akan mengisi perut dengan buah itu karena rasa lapar yang sangat.

Surah Al-Waqiah Ayat 52
لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍ مِّن زَقُّومٍ

Terjemahan: benar-benar akan memakan pohon zaqqum,

Tafsir Jalalain: لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍ مِّن زَقُّومٍ (Benar-benar akan memakan pohon zaqqum) lafal Min zaqquum menjadi Bayan dari lafal Min Syajarin.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 125; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍ مِّن زَقُّومٍ. (“benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya.”) yakni mereka semua akan ditangkap dan dilemparkan sampai mereka makan pohon zaqqum sehingga perut mereka dipenuhi dengan pohon tersebut.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka yang sesat, yang senantiasa mengerjakan dosa besar dengan mendustakan para rasul dan mengingkari hari kebangkitan dan hari pembalasan, bahwa mereka benar-benar akan memakan buah pohon zaqqum, dan karena perasaan lapar yang tak terhingga, bukan satu dua buah zaqqum yang dimakannya, melainkan mereka memakan sepenuh perutnya; dan karena perasaan haus dan dahaga yang tidak tertahankan lagi, maka mereka kembali minum air yang sangat panas bagaikan cairan timah dan tembaga yang mendidih, namun mereka tetap minum terus bagaikan minumnya unta yang sangat haus dan sangat dahaga.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran dan mendustakan hari kebangkitan, akan memakan buah dari pohon zaqqum. Kalian akan mengisi perut dengan buah itu karena rasa lapar yang sangat.

Surah Al-Waqiah Ayat 53
فَمَالِـُٔونَ مِنۡهَا ٱلۡبُطُونَ

Terjemahan: dan akan memenuhi perutmu dengannya.

Tafsir Jalalain: فَمَالِـُٔونَ مِنۡهَا ٱلۡبُطُونَ (Maka kalian akan memenuhi dengannya) dengan pohon zaqqum itu (perut-perut kalian).

Tafsir Ibnu Katsir: فَمَالِـُٔونَ مِنۡهَا ٱلۡبُطُونَ (“Kemudian sungguh kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya.”) yakni mereka semua akan ditangkap dan dilemparkan sampai mereka makan pohon zaqqum sehingga perut mereka dipenuhi dengan pohon tersebut.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka yang sesat, yang senantiasa mengerjakan dosa besar dengan mendustakan para rasul dan mengingkari hari kebangkitan dan hari pembalasan, bahwa mereka benar-benar akan memakan buah pohon zaqqum, dan karena perasaan lapar yang tak terhingga, bukan satu dua buah zaqqum yang dimakannya, melainkan mereka memakan sepenuh perutnya; dan karena perasaan haus dan dahaga yang tidak tertahankan lagi, maka mereka kembali minum air yang sangat panas bagaikan cairan timah dan tembaga yang mendidih, namun mereka tetap minum terus bagaikan minumnya unta yang sangat haus dan sangat dahaga.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran dan mendustakan hari kebangkitan, akan memakan buah dari pohon zaqqum. Kalian akan mengisi perut dengan buah itu karena rasa lapar yang sangat.

Surah Al-Waqiah Ayat 54
فَشَٰرِبُونَ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡحَمِيمِ

Terjemahan: Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.

Tafsir Jalalain: فَشَٰرِبُونَ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡحَمِيمِ (Sesudah itu kalian minum) yakni sesudah memakan buah pohon zaqqum itu (air yang sangat panas).

Tafsir Ibnu Katsir: فَشَٰرِبُونَ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡحَمِيمِ (Sesudah itu kalian minum) yakni sesudah memakan buah pohon zaqqum itu (air yang sangat panas).

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka yang sesat, yang senantiasa mengerjakan dosa besar dengan mendustakan para rasul dan mengingkari hari kebangkitan dan hari pembalasan, bahwa mereka benar-benar akan memakan buah pohon zaqqum, dan karena perasaan lapar yang tak terhingga, bukan satu dua buah zaqqum yang dimakannya, melainkan mereka memakan sepenuh perutnya; dan karena perasaan haus dan dahaga yang tidak tertahankan lagi, maka mereka kembali minum air yang sangat panas bagaikan cairan timah dan tembaga yang mendidih, namun mereka tetap minum terus bagaikan minumnya unta yang sangat haus dan sangat dahaga.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah memakan buah itu, kalian meminum air yang sangat panas dan tidak menghilangkan dahaga. Kalian meminumnya dengan sangat banyak seperti seekor unta yang kehausan. Meski demikian, rasa dahaga itu tidak akan hilang.”

Surah Al-Waqiah Ayat 55
فَشَارِبُونَ شُرْبَ الْهِيمِ

Terjemahan: Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.

Tafsir Jalalain: فَشَارِبُونَ (Maka kalian minum seperti minumnya) dapat dibaca Syarba, atau Syurba, dalam keadaan Nashab karena menjadi Mashdar شُرْبَ الْهِيم (unta yang kehausan) maksudnya, bagaikan unta yang sedang kehausan. Lafal Al Hiim adalah bentuk jamak dari lafal Haiman untuk jenis jantan, dan untuk jenis betina dikatakan Haimaa; wazannya sama dengan lafal ‘Athsyaan dan ‘Athsyaa.

Tafsir Ibnu Katsir: فَشَارِبُونَ شُرْبَ الْهِيم (Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.”) maksudnya kata alHiim berarti unta yang sangat kehausan. Bentuk tunggal [mufrad]nya adalah aHiimun, sedangkan bentuk mu’annatsnya adalah Haimaa-un.

Dari ‘Ikrimah bahwasannya ia pernah berkata: “AlHiim berarti unta sakit yang minum air tetapi tidak pernah merasa kenyang.” Sedangkan as-Suddi mengemukakan: “AlHiim berarti penyakit yang menyerang unta, sehingga ia tidak pernah merasa kenyang sampai mati. Demikian juga dengan penghuni neraka jahanam, mereka tidak akan pernah merasa kenyang meminum air mendidih yang sangat panas untuk selamanya.”

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka yang sesat, yang senantiasa mengerjakan dosa besar dengan mendustakan para rasul dan mengingkari hari kebangkitan dan hari pembalasan, bahwa mereka benar-benar akan memakan buah pohon zaqqum, dan karena perasaan lapar yang tak terhingga, bukan satu dua buah zaqqum yang dimakannya, melainkan mereka memakan sepenuh perutnya; dan karena perasaan haus dan dahaga yang tidak tertahankan lagi, maka mereka kembali minum air yang sangat panas bagaikan cairan timah dan tembaga yang mendidih, namun mereka tetap minum terus bagaikan minumnya unta yang sangat haus dan sangat dahaga.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah memakan buah itu, kalian meminum air yang sangat panas dan tidak menghilangkan dahaga. Kalian meminumnya dengan sangat banyak seperti seekor unta yang kehausan. Meski demikian, rasa dahaga itu tidak akan hilang.”

Surah Al-Waqiah Ayat 56
هَٰذَا نُزُلُهُمۡ يَوۡمَ ٱلدِّينِ

Terjemahan: Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan”.

Tafsir Jalalain: هَٰذَا نُزُلُهُمۡ (Itulah hidangan untuk mereka) apa yang disediakan untuk mereka يَوۡمَ ٱلدِّينِ (pada hari pembalasan”) yakni di hari kiamat nanti.

Tafsir Ibnu Katsir: هَٰذَا نُزُلُهُمۡ يَوۡمَ ٱلدِّينِ (“Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.”) yang demikian itu telah diterangkan, yakni jamuan yang dihidangkan kepada mereka di sisi Rabb mereka pada hari mereka dihisab kelak.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa buah pohon zaqqum dan minuman air yang sangat panas itu adalah hidangan pertama yang disediakan untuk golongan kiri tersebut. Hal ini disebabkan juga dalam Surah ad-Dukhan ayat 43 berkenaan dengan makanan yang disediakan untuk orang yang berdosa. Golongan kiri adalah orang kafir atau yang berbuat dosa.

Tafsir Quraish Shihab: Aneka macam siksaan yang telah disebutkan itu adalah hidangan yang telah disediakan untuk mereka pada hari pembalasan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Waqiah Ayat 41-56 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S