Abdullah bin Mas’ud Pernah Protes dengan Gus Baha, Ada Apa?

abdullah bin mas'ud

Pecihitam.org – Suatu ketika saat penyusunan Mushaf Universitas Islam Indonesia, KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha’) ini masuk dalam tim penyusun sebagai Anggota Tim Lajnah Mushaf UII.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tim tersebut terdiri dari pakar tafsir dari Profesor, Doktor, dan ahli-ahli Al-Qur’an dari penjuru tanah air seperti Prof. Quraish Shihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof Shohib, dan lain-lain.

Mungkin hanya Gus Baha’ lah pakar tafsir yang tak menyandang titel akademik karena beliau tercatat hanya menyantri di Pesantren Al-Anwar, Karangmangu, Sarang, Rembang asuhan KH. Maimun Zubair, selain mengaji kepada ayahandanya KH. Nur Salim al-Hafidz, murid KH. Arwani Amin Kudus dan KH. Abdullah Salam, Kajen, Pati.

Tapi entah kenapa ketika penyusunan Mushaf tersebut Gus Baha lupa mencantumkan nama Abdullah bin Mas’ud di dalam daftar nama sahabat yang meriwayatkan qiro’at. Dalam mushaf tersebut memang dijelaskan secara ringkas tentang sejarah penurunan, periwayatan, pembukuan dan Ulumul Qur’an lainnya.

Dalam buku Guru Orang-Orang Pesantren Terbitan Pondok Pesantren Sidogiri disebutkan, bahwa Sahabat Ibnu Mas’ud ini tergolong salah satu sahabat yang pertama kali masuk islam (as-Sabiqunal Awwalun) bersama Abu Bakar bin Abi Quhafah, Khodijah binti Khuwailid, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain. Beliau dikenal dengan julukan Sahibu Sawadi Rasulillah (yang mengetahui rahasia Rasulullah) karena kedekatannya dengan Rasulullah SAW.

Baca Juga:  Kisah Gus Dur Saat Merantau di Eropa

Rasululah SAW pernah bersabda tentang sahabat yang kurus dan berpostur tubuh pendek dengan warna kulit sawo matang ini;

“Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an seperti ketika diturunkan, maka bacalah sebagaimana bacaan Ibnu Ummi ‘Abd (Ibnu Mas’ud)”. Rasulullah SAW kembali bersabda, “Belajarlah baca Al-Qur’an dari empat orang: Ibnu Mas’ud, Muaz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab dan Salim Maula Abi Huzaifah”.

Hingga pada malam harinya, Gus Baha’ bermimpi bertemu dengan sahabat Abdullah bin Mas’ud. Dalam mimpi itu Ibnu Mas’ud menegur Gus Baha’ yang lupa tak menuliskan namanya dalam daftar sahabat yang meriwayatkan Al-Qur’an.

Maka saat bangun, Gus Baha’ pun segera menuliskan sahabat yang masyhur sebagai ahli Qur’an ini dalam Mushaf kampus islam legendaris yang pertama diterbitkan pada tahun 1997 ini.

Begitulah sosok Gus Baha’, pria kelahiran Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah yang selalu berpenampilan sederhana, namun memiliki keilmuan yang amat mendalam.

Baca Juga:  Gus Baha Sampaikan Pesan Penting untuk Penggemar Fanatik K-Pop

Ulama yang nasabnya bersambung sampai Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang dimakamkan di area Masjid Lasem, Rembang ini juga telah mengkhatamkan hafalan Shohih Muslim lengkap dengan matan, rawi, dan sanadnya saat masih menyantri di Sarang.

Kitab Fikih seperti Fathul Mu’in, Nahwu seperti Imrithi, Alfiyah bin Malik pun juga telah dihafal luar kepala. Sampai-sampai Mbah Moen pun berkata “Santri tenan iku yo koyo baha’ iku” (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha’).

Pengakuan kealimannya dalam bidang tafsir dan fiqh pun juga keluar dari pakar tafsir ternama penulis Tafsir Al-Misbah. Prof. Dr. Habib Quraish Shihab.

Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an dan Mantan Menteri Agama ini mengatakan demikan “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Qur’an hinga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti Pak Baha”

Sungguh betapa luas samudera keilmuan ulama’ nusantara. Meskipun banyak diantara mereka yang tak sempat mengeyam pendidikan di Arab seperti KH. Ihsan Jampes (Penulis Sirojut Tholib syarh Minhajul Abidin karya Imam Ghozali), KH. Arwani Amin (Penulis Faidhul Barakat fi Qira’at Sab’ah) atau Gus Baha’ di era milenial ini, namun keilmuannya diakui oleh dunia. Semoga kedepan akan muncul generasi ulama-ulama berkaliber Internasional yang lahir dari bumi Nusantara.

Baca Juga:  Gus Baha: Ngaji Al Hikam, Penghilang Nafsu dan Syahwat

Sanad naskah ini ditulis Muhammad Abid Muaffan, dikutip pecihitam.org dengan sedikit penambahan point yang diperlukan. Merujuk pada keterangan yang disarikan dari Gus Qowim, Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an An-Nur, Jogjakarta saat silaturrahmi ke kediaman Gus Baha’.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *